KADIN Indonesia Mengajak Pemerintah Memperkuat Sektor Jasa

Narasumber dan moderator Forum "KADIN: Global & Domestic Outlook 2025", di Jakarta. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Perekonomian Indonesia saat ini sudah mulai didominasi oleh aktivitas jasa dimana hal ini menjadi alasan pertumbuhan ekonomi kita menjadi kurang stabil karena rentan terkena guncangan.

Dalam hal menjaga perekonomian nasional yang resilien dan berdaya saing maka diperlukan pemilahan antara booster sector, looser sector, dan lagging sector untuk melihat potensi perekonomian Indonesia.

Hal itu dikemukakan oleh Aviliani, WKU Analisis Kebijakan Makro Mikro Ekonomi KADIN Indonesia, dalam forum “Kadin: Global & Domestic Economic Outlook 2025”, yang dibuka oleh Anindya N. Bakrie, Ketua Umum KADIN Indonesia, di Jakarta, Senin (30/12/2024).

“Nanti juga akan dijelaskan, mana yang merupakan sektor-sektor yang mendorong perekonomian, mana sektor yang belum mendapatkan perhatian, dan mana sektor yang terjadi lag atau bahkan ter distrupsi akibat beberapa kebijakan,” ujar Aviliani, dalam keterangannya.

Selanjutnya, dalam beberapa paparan yang ditampilkan Wakakomtap II Kajian Sektoral dan Pelaku Industri  KADIN Indonesia, Andry Satrio Nugroho mengungkapkan bahwa “Eventonomics” yang dipaparkan dalam berbagai outlook menjadi hal yang menarik untuk dapat didorong dan diimplementasikan.

“Saya rasa, eventonomics sebagai strategi yang dapat mendorong sektor jasa di Indonesia menjadi sangat menarik apabila dapat diterapkan. Memiliki nilai tambah yang maksimal, mendorong ekonomi kreatif, bahkan dapat berdampak pada sektor pariwisata,” ungkap Andry.

Eventonomics yang menjadi konsep dari WKU Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Aviliani, memiliki tiga pilar utama, yakni: 1) Multievent dimana akan mendorong multisport event, MICE event yang biasanya menggerakkan perekonomian daerah; 2) Artisan yang akan mendorong komoditas serta potensi lokal kita seperti kopi, teh, coklat bahkan hingga subak dapat digarap untuk memberikan nilai tambah; dan 3) Red Hot Industry dimana melibatkan industri musik, film, animasi, dan jasa desain untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap produk digital services yang saat ini masih defisit terhadap neraca pembayaran.

Ide dari eventonomics ini sebenarnya menjadi perhatian KADIN terhadap sektor jasa di Indonesia yang rentan terhadap guncangan dan apabila dilihat dari kelembagaan, ada Kementerian Perindustrian yang mengurusi manufaktur tetapi masih belum adanya Kementerian Jasa yang dapat mengorkestrasi sektor jasa di Indonesia.

KADIN juga menilai kuatnya pertumbuhan sektor akomodasi makan dan minum dan jasa lainnya terhadap PDB selama Q-1, Q-2, dan Q-3 tahun 2024 menjadi sinyal positif untuk dapat mendorong sektor ini.

Keberhasilan Swiftonomics

The Eras Tour” menjadi benchmark dalam mendukung eventonomics di Indonesia, karena keberhasilan konser Taylor Swift ini terbukti ampuh dapat mendorong perekonomian di negara yang melaksanakan konser tersebut. Singapura misalnya dengan melakukan kontrak eksklusif sebesar US$2-3 juta per konser menciptakan adanya scarcity effect bagi penggemar Taylos Swift di Asia Tenggara.

“Bahkan dalam Kajian LPEM UI (2024) disebutkan bahwa dampak dari konser Taylor Swift sebesar SGD559,8 juta terhadap output, SGD340,2 juta terhadap PDB, dan SGD196,9 juta terhadap pendapatan rumah tangga,” beber Aviliani.

Sektor yang berhasil diungkit dari konser Taylor Swift di Singapura diantaranya adalah transportasi udara, arts and entertainment, akomodasi, layanan makan dan minum, bahkan hingga real estate dimana berbagai sektor tersebut adalah sektor yang bersifat labour intensive.

“Maka dari itu, dukungan pada sektor jasa di Indonesia perlu menjadi dorongan dengan menerapkan “Eventonomics” yang akan menjadi enabler pertumbuhan ekonomi nasional menuju delapan persen,” tandasnya. (ted/ Y. Sri Susilo, Pengurus KADIN DIY)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *