Opini  

God Is Not Finished With Me Yet: Refleksi Pribadi Menjadi Guru dalam Peringatan Hari Guru Nasional 2024

Yohanes Sudarna, S.Pd, M,M., Guru SMP Marsudirini Maria Goretti Semarang (Foto: Dok.Pribadi)

bernasnews — Masih lekat dalam ingatan saat mengawali panggilanku menjadi  guru “Bekerja di ladang Tuhan” menjadi impianku. Ketika mengawali jadi guru,aku dihadapkan pada dua pilihan menjadi guru negeri atau menanggapi panggilan menjadi guru di sekolah  Katolik, Saat itu masih sangat terbuka, pendidikan diploma program  pemerintah yang aku tempuh akan memudahkan menjadi guru negeri. 

Namun suara hatiku mengatakan: “sudah jadi guru yayasan saja, nanti kamu akan mendapat banyak berkat, hidupmu akan lebih berguna, selain bisa berperan mencerdaskan anak, kamu juga dapat ikut ambil bagian menjaga dan menumbuhkan   perkembangan iman kristiani anak-anak”.

Sebuah idealisme yang tidak akan mudah dilaksanakan, banyak tantangan yang akan aku hadapi, menjaga martabat guru Katolik yang harus terlibat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bermasyarakat, dan juga menggereja. Tentu sangat membanggakan jika bisa terlibat mewujudkan salah satu tujuan pendidikan sekolah Katolik seperti yang tertera  dalam  Hukum Kanonik Gereja Katolik yaitu membentuk manusia seutuhnya meliputi dimensi intelektual, moral, spiritual, dan sosial.

Dengan keyakinan yang pasti, aku mengawali menjadi guru di  SMA Katolik, untuk meyakinkan pilihanku, aku mencoba melaksanakan panggilanku di  beberapa SMA  Katolik, pengalaman  yang semakin memantapkan pilihanku bekerja di ladang Tuhan. Pada akhirnya Yayasan Marsudirini menjadi pilihan terakhir, meski ada peluang di yayasan – yayasan lain.

Salah satu yang menguatkan pilihanku adalah  dukungan  istri yang telah terlebih dahulu mengajar di SMA  Marsudirini Semarang.  SMP Maria Goretti menjadi tempat awal karyaku di Yayasan Marsudirini, tidak mudah memang melaksanakan tugas di jenjang yang baru dan mata pelajaran yang bukan jurusan  intiku.

Kembali teringat saat pertama kali bertemu dengan ketua Yayasan Marsudirini Sr.Catherin, OSF, menyampaiakan  “Pak Darno, panjenengan saya tugaskan mengajar Fisika di SMP Maria Goretti ya…!” Penugasan itu tentu sudah dipertimbangkan oleh Suster, dengan memperhatikan pengalaman kerjaku menjadi guru Matematika dan Fisika di beberapa SMA.

Didorong motivasi yang kuat untuk memberikan sumbangsih bagi sekolah Marsudirini, tugas itu aku terima dengan senang hati dan penuh syukur. Selain lokasi yang tidak jauh dengan sekolah istri, Tuhan pasti punya rencana yang baik untukku.

Petikan Injil: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberika-Nya kepadamu” (Yoh 15:16) menjadi penyemangat dalam melaksanakan tugas panggilanku.

Aku yakin ini adalah jalan yang telah dipilihkan Tuhan, agar apa yang menjadi angan – anganku terlibat dalam pendampingan iman anak semakin terwujud, berbuah menjadikan anak cerdas intelektual, moral, spiritual, dan sosial.

Kepercayaan yang telah diberikan Yayasan Marsudirini,  aku laksanakan dengan sepenuh hati. Kenyataanya di lapangan, tidak seindah yang aku bayangkan, mengajar siswa SMP ternyata tidak sesuai dengan ekspektasiku, menjadikan anak – anak yang cerdas, berkepribdian, dan beriman yang baik, banyak tantangan yang harus aku hadapi.

Pergulatan ini membuat aku harus banyak belajar, bagaimana mencari strategi dan metode mengajar agar bisa memotivasi anak belajar sehingga mampu membekali anak untuk menyongsong masa depannnya. Setelah dua tahun mengajar Fisika di SMP Maria Goretti, mulai tahun pelajaran 1998/1999 aku ditugaskan  membantu mengajar Matematika di SMIK St. Fransiskus Semarang.

Kesempatan yang tidak aku sia-siakan untuk mewujudkan idealismeku memberi bekal siswa yang cerdas dalam mata pelajaran matematika, tugas  yang sejalan dengan ilmu yang aku dalami saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Pada tahun pelajaran 2000/2001, ada kebijakan Yayasan Marsudirini untuk penataan guru – guru  SMP, SMA, dan SMK  yang berada di Kota Semarang dan sekitarnya, dampak dari penutupan SMP St. Ana Semarang.  Dengan pertimbangan linearitas ijazah dengan tugas pokok mengajar, akhirnya aku ditugaskan  penuh di SMIK St. Fransiskus Semarang mengajar matematika. Tentu banyak hikmah yang Tuhan rencanakan bagiku, kelak salah satunya mempermudah sertifikasi guruku dan juga bermasyarakat, serta menggereja. 

Agar aku dapat melaksanakan  tugas pokokku dengan baik, aku selalu berusaha menjadi guru pembelajar untuk menambah dan meng”up grade” komptesinsiku, selain itu juga mengikuti berbagai lomba guru untuk mengukur tingkat kompetensiku. Meskipun belum pernah mencapai yang terbaik, dapat memasuki grand final Lomba Guru Kreatif tingkat Jateng   – DIY  maupun Tingkat Jawa – Bali cukup membanggakanku.

If you can do your best, why not?” selalu menjadi motoku dalam melaksanakan tugas.  Aku selalu mencoba mengerjakan sesuatu dengan yang terbaik, sama – sama membutuhkan pemikiran, tenaga, dan biaya, kenapa tidak aku laksanakan yang terbaik. Selain moto tersebut petikan Injil: “…Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar” (Mat.25:21) juga menjadi inspirasiku dalam melaksanakan tugas.

Buah yang aku dapat, selain berusaha menjadi guru yang baik, juga  dipercaya menjadi Wakasek Humas maupun Kurikulum.  Pada tahun 2006 juga diberi kepercayaan menjadi Tim Kerja  Yayasan Marsudirini bidang pendidikan. Berkomuniklasi, berelasi, dan membangun jejaring dengan Bapak Ibu guru dan Suster yang hebat – hebat semakin membuka hati dan pikiranku untuk berkembang agar dapat meningkatkan pelayanan terhadap para siswa dan orang – orang yang  membutuhkan.

Kesempatan yang semakin membuatku lebih rendah hati  adalah saat  menjadi tim pembuatan buku  Kemarsudirian jenjang SMA/K. Ketika  membaca buku- buku  pelindung Yayasan Marsudirini  Santo Fransiskus dan Ibu Magdalena Daemen banyak kutemukan nilai – nilai yang luar biasa. menemukan spiritual yang seharusnya aku hidupi dan menghidupi  dalam pelayananku menjadi guru di Yayasan Marsudirini.

Ada perubahan yang sangat besar dalam hidupku, setelah memahami spritualitas hidup yang diteladankan Santo Fransiskus dan Ibu Magdalena Daemen, kerendahan hati, kesederhanaan, persaudaraan, semangat doa, dan pertobatan semakin aku coba hayati. Deus Providebit, Tuhan akan menyelenggarakan, sungguh nyata dalam hidupku.

Dengan berusaha dan berdoa Tuhan telah mencukupkan semuanya, tidak ada kekhawatiran sebab Tuhan akan menopangku. Keyakinan akan janji Tuhan juga dikuatkan dengan petikan Injil : “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”(Yoh 14:14). Berkat Tuhan yang luar biasa dalam hidupku, meski tidak berlebihan namun semua telah dicukupkan.

Perjalananku menjadi guru di Yayasan Marsudirini telah mencapai kepercayaan yang lebih, setelah 14 tahun dipercaya menjadi Waka Kurikulum, Yayasan mempercaiku meneruskan estafet kepemimpinan  SMK St. Fransiskus Semarang pada tahun 2019. Antara ragu dan tertantang tugas perutusan itu aku terima, melanjutkan karya- karya yang telah para Suster rintis di SMK St.Fransiskus.  “Pak Darno, besuk Jenengan menggantikan saya  ya, menjadi Kepala SMIK …!” kata Sr. Pualina, OSF pada bulan Juli   2019. Antara khayalan dan kenyataan tawaran itu  aku terima.  

Dengan keyakinan “Deus Providebit” aku akan melaksanakan tugas sebaik – baiknya. Aku menyadari betul, tugas kepala sekolah menuntut pelayanan yang lebih. Tugas pokok kepala sekolah menjadi manajer, supervisior, dan interprener harus aku jalani dengan sungguh – sungguh, apalagi kepala sekolah di SMK, sekolah vokasi  yang bercirikan untuk membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan praktis yang dapat diterapkan secara langsung pada pekerjaan atau industri tertentu.  

Terlepas dari segala kekuranganku sebagai pribadi yang unik, namun berusaha memberikan yang terbaik selalu aku usahakan, selain untuk mencapai target pribadi juga bisa menjadikan motivasi bagi  rekan kerja dan juga para siswa – siswi.

Berkolaborasi dengan berbagai pihak, aku mulai mengembangkan sekolah dengan berbenah dan berubah untuk meningkatkan ‘trust”.  Langkah kongkrit yang aku lakukan  dengan selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, dengan  berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), berkolaborasi (collaboration), dan juga learning   coba aku laksanakan  bersama rekan – rekan kerja.

Sebagai bukti jiwa pembelajar dan berusaha mengerjakan yang terbaik, aku meningkatkan kompetensi dengan studi lanjut pascasarjana, puji Tuhan hasilnya dapat menyelesaiakan studi tepat waktu dengan  predikat lulusan tercepat, terbaik, dan tertua. Pencapaian ini menjadikan  salah satu cara untuk  memotivasi  guru – guru muda untuk berkembang, secara khusus juga untuk pendidikan anak -anakku.  

Kini saatnya karya pendidikan di SMK St.Fransiskus Semarang  dilanjutkan oleh     guru – guru terbaik Yayasan Marsudirini, aku ditugaskan kembali  menjadi guru di SMP Maria Goretti. Meski proses pergantian tugas tertunda, itu bukan karena kepentingan pribadiku tetapi semata – mata menyelesaikan kegiatan yang sudah terencana yang bekerja sama dengan    dinas – dinas lain.

Sejujurnya tugas baru ini aku syukuri, perjalanan panjang yang telah aku lalui membutuhkan penyegaran, variasi, apalagi  mendekati garis akhir, pensiun, semua perlu disiapkan. Meski demikian aku selalu komitmen dengan mottoku dan semangat pelayanan yang diteladankan St. Fransiskus dan Ibu Magdalena Daemen.

Saat – saat mengawali tugasku menjadi guru, butuh adaptasi, baik secara akademik, mental, spiritual, maupun fisik. “Wow…luar biasa visi misi sekolah dan yel – yel penyemangatnya…” gumanku dalam hati. Strategi yang digunakan sekolah untuk mewujudkan tercapainya visi misi dengan membuat yel – yel “Level Up” yang dapat diartikan  menjadi naik level atau  naik tingkat, konsekuensinya siswa, guru dan karyawan, kepala sekolah tiap hari harus terus meningkat dalam  aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektifnya. Sedangkan untuk sekolah harus semakin baik sarana prasarana, pelayanannya, maupun prestasi lainnya.  

Tuhan telah menjadi penuntunku. Aku percaya semua akan berjalan dengan baik, dengan semangat melayani dengan ketulusan hati    pasti akan berbuah baik dan mendapat berkat yang melimpah. Seperti tertulis dalam ayat berikut: “Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.” (Efesus 6:8 ).

Keyakinan itu yang selalu menguatkanku.  Aku sudah mulai biasa melaksaanakan tugas sebagai seorang guru yang harus mendidik dan mengajar dengan penuh ikhlas dan tanggungjawab. Tuhan tidak pernah meninggalkanku, dukungan keluarga dan rekan kerja semuanya akan memudahkan semuanya.

Karya Tuhan dalam hidupku masih selalu berkorbar, ada pepatah “God is not finished with me yet” sungguh terjadi dalam diriku.  Tuhan masih mempercayakan aku untuk berkarya menjadi pendidik dan pengajar di sekolah yang telah dipilih-Nya.  Sungguh rencana yang indah telah digariskan mengawali karya dan mengakhiri karya di SMP Maria Goretti Semarang.

“Mari kita mulai, sebab kita belum berbuat apa -apa!”, ajakan Bapa Fransiskus  selalu menjadi inspirasiku dalam  melayani para siswa dan karya – karya lainku, baik di masyarakat maupun gereja.  Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati setiap langkah dan karyaku. Amin (Yohanes Sudarna, S.Pd,,M.M., Guru SMP Marsudirini Maria Goretti Semarang)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *