Opini  

Meraih Rejeki Bulan Puasa

Drs Z. Bambang Darmadi, M.M., Instruktur Besertifikasi BNSP dan Penulis Buku. (Foto: Dok. Pribadi)

bernasnews — Dalam beberapa hari lagi, tepatnya  pada tanggal 10-11 April 2024 umat Islam khususnya akan merayakan Idul Fitri 1445 H. Nuansa keramaian bisnis di bulan puasa ini sudah tampak di beberapa swalayan, mini market yang menyediakan aneka minuman sirup, buah kurma, kue-kue, aneka roti dalam jumlah besar. Bahkan dibeberapa penginapan (Hotel) telah merancang konsep atau menu untuk buka bersama dengan aneka paket hemat, juga beberapa toko menyediakan perangkat alat sholat, maju muslim dan sejenisnya sudah mulai ramai dikunjungi pembeli.

Lebih lebih beberapa toko besi/ cat telah terasa ada peningkatan penjualan pada jenis cat tembok, cat pagar dan sebagainya. Keramaian bisnis bulan puasa juga sudah mulai dirasakan oleh para pelaku bisnis di bidang kebutuhan pokok sehari-hari,  tidak ketinggalan para pelaku bisnis pakaian jadi, aneka kain, sarung, peci, dengan publikasi  promosi dan diskon yang menarik. Yang jelas dibulan puasa ini banyak orang berminat untuk mengais rejeki, baik  melalui jualan minuman kolak, aneka lauk pauk, aneka buah untuk persiapan berbuka puasa dan kebutuhan yang lain, kondisi ini juga dipicu  munculnya banyak pasar tiban di bulan puasa.

Melihat kondisi pasar saat ini  yang  kompetitif, bukan berarti akan semakin mudah untuk memasarkan hasil produk atau jasa, walau pemasaran dapat dilakukan juga dengan system “on line” dan “COD”. Pasalnya keberadaan pesaing senantiasa ada dalam lingkungan  yang kompetitif. Kemajuan teknologi yang begitu cepat dan dasyat,  tidak serta merta semakin mudah mengalahkan pesaing, dan senyatanya kemajuan IPTEK muncul paradoks.

Artinya pada suatu sisi, ada janji yang begitu memberi harapan besar, yakni perubahan teknologi dapat memperbaiki kehidupan kita. Akan tetapi pada sisi yang lain, ada kebutuhan manusia yang relatif belum dapat terpenuhi secara merata. Misalnya tentang kebutuhan pokok dengan harga yang dapat dijangkau oleh lapisan bawah, seperti harga beras, gula, telur daging yang belum stabil, bahkan pada warung-warung kecil tersedia beras dengan takaran setengah kilogram,  gula jawa perbungkus Rp.2.000 dan sebagainya. Hal ini menandakan masih adanya daya beli masyarakat yang perlu mendapat perhatian dari yang berwenang/ pemerintah.

Oleh karenanya konsep apa yang diperlukan dalam bisnis?. Pertanyaan ini sengaja dilontarkan agar supaya masing-masing diri kita menyadari bahwa salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah  tahan banting (Bhs.Jawa: ulet), paham target market-nya  dan perlu kecerdasan bertahan (Adversity Quotient) sangat dibutuhkan. Sebab unsur kegigihan dalam bisnis saat ini sangat diperlukan dalam merebut pasar yang semakin kompetitif. Selamat menjalan puasa sambil berbisnis,  semoga bermakna. (Z. Bambang Darmadi, Instruktur Pelatihan dan Penulis Buku)