bernasnews — Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan ekonomi global dan ketegangan geopolitik di berbagai negara. Meningkatnya tensi geopolitik menyebabkan perubahan signifikan arah kebijakan ekonomi negara-negara besar menjadi inward looking. Akibatnya, dunia semakin terfragmentasi dan tren globalisasi berubah menjadi deglobalisasi.
Meski dihadapkan pada guncangan, pelemahan global, dan fluktuasi perekonomian dunia, kondisi perekonomian Indonesia cukup solid dan terkendali. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal tiga tahun 2023 tetap tumbuh positif di atas 5 persen, didukung oleh inflasi yang terkendali, serta membaiknya daya beli masyarakat. Kinerja APBN juga masih cukup solid dan kuat. Di samping itu, neraca perdagangan juga melanjutkan surplus meskipun ekspor dan impor masih mengalami tren penurunan.
Meskipun demikian, Indonesia tetap harus waspada karena ketidakpastian global yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Apalagi tahun 2024 akan ada pemilihan presiden, anggota legislatif pusat dan daerah, dan anggota dewan perwakilan daerah yang tentunya membutuhkan kestabilan ekonomi dan politik. Oleh karena itu, arah bauran kebijakan Bank Indonesia adalah kebijakan moneter yang tetap diarahkan pada stabilitas (pro-stability) sedang kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta pengembangan UMKM dan ekonomi keuangan syariah diarahkan untuk pertumbuhan ekonomi (pro-growth).
Langkah memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tekanan global serta mencegah dampak terhadap inflasi barang impor dilakukan Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 yang memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75persen.
Kebijakan suku bunga didukung oleh pertama penguatan stabilisasi nilai rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Kedua, penguatan strategi operasi moneter untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), penerbitan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) serta Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter yang pro-market untuk pendalaman pasar keuangan dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri. Ketiga, penguatan koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk implementasi penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023. Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan pemerintah melalui pengendalian inflasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga diperkuat melalui GNPIP di berbagai daerah. Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dilakukan melalui koordinasi Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Transaksi Pemerintah Pusat dan Daerah.
Beberapa program unggulan GNPIP telah diimplementasikan di berbagai daerah pada tahun 2023 ini. GNPIP Sulawesi Selatan melakukan di antaranya kerja sama antara platform digital farming dengan gapoktan, optimalisasi jalur distribusi Sipeppa yang diperluas melalui kerja sama antara Bulog dengan Toko Ritel Modern Nasional, serta dukungan pembiayaan KUR Saprotan dan bantuan pemberian 100.000 bibit cabai Katokkon.
GNPIP DIY melakukan di antaranya reformasi kalurahan mengingat kalurahan menjadi garda terdepan dalam menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani, optimalisasi pemanfaatan tanah kas desa dalam pengelolaan kawasan produksi pangan berkelanjutan. Arah kebijakan dan strategi Bank Indonesia dalam mendorong UMKM menjadi lebih kuat berupa pelaksanaan program pengembangan UMKM melalui tiga pilar kebijakan, yaitu korporatisasi, kapasitas, dan pembiayaan. (Dr. Rudy Badrudin, M.Si, Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI Yogyakarta dan Peneliti Senior PT. Sinergi Visi Utama)