Opini  

Kesucian Data Era Big Data

BERNASNEWS.COM — Revolusi Industri 4.0 salah satunya ditandai dengan kehadiaran Big Data dengan 4’V nya (Volume, Velocity, Variety, Veracity).  Secara konseptual ada satu V yaitu Veracity (kebenaran data) yang krusial untuk dicermati terutama bagi para pengguna data seperti seorang peneliti.  Kebenaran data akan menentukan kualitas informasi dan pengukuran yang dihasilkan. Di sisi lain kita menyadari bahwa “sesuatu yang tidak bisa diukur, tidak bisa dikelola”. Jadi seorang pengelola  (manajer , pengambil keputusan) juga membutuhkan sumber data yang bisa dipegang kebenarannya karena data adalah input/resource bagi  sebuah pengukuran variabel yang akan dijadikan sumber informasi bagi pengambilan kebijakan baik dalam hal problem solving, prediksi , pengembangan produk, model  bisnis ataupun segmen pasar yang baru atau sekedar informasi .

Big Data membutuhkan proses lebih lanjut yang biasa disebut data mining atau kalau dalam penelitian konvensional disebut pengumpulan data yang valid dan reliabel. Untuk itu data yang berjibun dalam bentuk big data butuh diobservasi, dipahami, disaring, dipilih yang cocok dengan pemodelan yang dirancang. Setelah proses ini barulah data bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia, bahkan bisa sangat membantu kalau dilanjutkan dengan pemanfaatan AI (Artificial Intelligence).

Sedikit merefleksi ke sisi/ pendulum yang lain. Sebuah kesadaran muncul dalam pengajaran di kelas sejak tahun 2012 ketika mendampingi mahasiswa mempersiapkan skripsinya. Bermula dari keinginan meyakinkan mahasiswa tentang penting dan berharganya kebenaran sebuah data atau fakta bagi seorang peneliti sehingga jangan sampai muncul keinginan untuk merekayasa data yang dengan susah payah dikumpulkan dari lapangan supaya hipotesis diterima dan semua uji dapat diterima secara statistik.

Meneliti adalah mengungkap fakta sebuah fenomena. Baik dengan cara menguji, mendeskripsikan, membandingkan sampai dengan menelaah secara detil hubungan antar variabel dalam sebuah fenomena yang terjadi di lapangan. Sementara kita tahu bahwa statiska adalah alat yang dipakai untuk membantu tercapainya tujuan tersebut.

 Sebagai peneliti pemula sangatlah penting untuk menyadari sejak awal,  bagaimana kedudukan statistik dan misi penelitian bagi hidup dan kehidupan. Ketika fakta menunjukkan hasil yang tidak sesuai teori dan hasil penelitian terdahulu maka sebenarnya dari situlah muncul kesempatan belajar yang lebih terbuka lebar karena peneliti  harus bisa  menemukan mengapa tidak sesuai teori maupun penelitian terdahulu, lalu mencoba mencari jawaban dari teori-teori yang ada menjadi sangat menantang dan mengasyikkan. Misalnya ketika teori permintaan tidak terbukti karena ketika harga naik justru permintaan juga naik. Maka seorang peneliti bisa mencari jawaban pada teori pemasaran tentang pengelompokan barang. Barang special bisa jadi tidak akan sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran.

Penting disadari bahwa fakta dan data yang di dapat dalam sebuah penelitian  baik yang dikumpulkan di lapangan maupun dari Big Data sebagai sebuah temuan atas situasi tertentu yang menyangkut objek penelitan sangatlah berharga dan bermakna. Oleh sebab itu kesucian fakta dan data bisa  juga dipahami dari sisi lain seorang manusia, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi dan ada di dunia ini tidak akan ada jika tanpa perkenanNya. Jadi dalam data dan fakta di sana ada karya Sang  Pencipta yang mesti diyakini baik adanya.

Sebagai penutup,  cabang keilmuan apakah  yang menjadi penyedia data dan fakta atau menggeluti data mining agar Big Data menjadi sungguh berharga dan bermakna bagi kehidupan manusi secara umum atau dunia usaha secara khusus? Bidang ilmu itu mungkin akan digantikan oleh kehadiran  aplikasi-aplikasi pengukuran sebuah konsep seperti yang dikembangkan oleh Nielsen dengan Audience measurement. Maka menjadi tantangan untuk mengembangan sistem pengukuran yang akan mengarahkan pada pemanfaatan data dan fakta yang ada tanpa mengabaikan satupun data yang ada karena dalam sebuah data kadang tercermin perilaku manusia yang unik. Sebuah panggilan profesi  yang menarik untuk dipertimbangkan dan ditekuni. (Diah Utari BR, Dosen Fakultas Ekonomi USD & Anggota ISEI Cabang Yogyakarta)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *