BERNASNEWS.COM – DALAM meeting online yang diadakan JERCovid-19 DIY, Selasa (2/6/2020), Assek Perekonomian DIY Tri Saktiyana mengenalkan istilah bahasa Jawa “Wajar Anyar” (Kewajaran Baru) sebagai padanan “New Normal” (bahasa Inggris) yang diterjemahkan “Kenormalan Baru” (Bahasa Indonesia).
Istilah New Normal memang menjadi hot issue seminggu terakhir ini karena merupakan babak baru penanganan Covid-19. Saya sendiri lebih sreg memakai istilah Wajar Anyar karena terasa lebih adem di hati sehingga mengundang untuk berefleksi.
Sementara itu ada banyak persepsi tentang New Normal sehingga menimbulkan hingar-bingar yang tak perlu. Kalau coba direnungkan istilah Wajar Anyar terkandung ajakan untuk memahami bahwa yang baru itu sebenarnya sesuatu yang wajar. Kewajaran Baru! Bukankah Wajar Anyar itu senyatanya selalu hadir dalam siklus hidup setiap orang?
Setiap orang memiliki siklus hidup yang sama yakni berada dalam kandungan ibu, lahir sebagai bayi ke dunia, tumbuh menjadi seorang anak, remaja dan dewasa, bekerja, memasuki masa tua dan beranjak dari dunia fana ke dunia abadi. Semua orang tahu dan mengalami siklus hidup manusia tersebut.
Namun demikian tiap fase hidup tersebut selalu menantang bahkan menggetarkan hati siapa pun. Masing-masing orang memiliki pengalaman khas dengan berbagai perasaan haru-biru saat akan memasuki fase-fase baru dalam siklus hidupnya. Entah dengan membuat persiapan yang sewajarnya hingga serius nan njlimet.
Tangisan seorang bayi mungil langsung pecah saat ia dilahirkan ke dalam dunia melalui proses persalinan ibunya dengan perjuangan mempertaruhkan hidupnya sendiri. Tangisan bayi tersebut menjadi tanda bahwa Kewajaran Baru mulai berlaku bagi diri sang bayi, orangtuanya dan lingkungan sekitarnya. Kelahiran seorang bayi adalah kewajaran baru yang begitu konkrit bagi orangtuanya, sanak saudaranya dan lingkungan keluarganya sehingga mereka semua perlu menata dan menyesuaikan perilakunya dengan irama baru hidup kebersamaan. Si bayi sendiri mengalami kewajaran baru yang begitu konkrit seperti harus belajar menghirup udara sendiri, belajar menyusu sendiri pada ibunya demi kelangsungan hidupnya dan belajar menangis sebagai bahasa komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
Sementara itu orangtua mulai belajar merawat dan membesarkan buah hatinya dengan penuh cinta dan harapan besar. Dan, lingkungan sekitar pun belajar memberikan bantuan kepadanya untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi dalam hidup bermasyarakat.
Patut dicatat bahwa kewajaran baru yang menjadi konkrit dalam kelahiran seorang bayi membuat keluarga dan lingkungan sekitarnya mengalami dan merasakan kegembiraan bersama! Hal yang sama kembali dirasakan dalam perjalanan hidup seseorang saat seorang anak mulai belajar berjalan, mulai bersosialisasi dengan lingkungannya, mulai menempuh pendidikan, saat memasuki dunia kerja, dan seterusnya.
Selama tiga bulan terakhir kita semua ada dalam situasi memprihatinkan sekaligus mencemaskan akibat pandemi Covid-19. Kini kita semua akan memasuki babak baru dalam penanganan Covid-19. Babak baru itu pun disebut Wajar Anyar atau Kewajaran Baru. Setiap kita semestinya mampu dan akan berhasil hidup di babak Wajar Anyar tersebut karena setiap orang sudah kenyang dengan pengalaman Wajar Anyar dalam siklus hidup manusia seperti digambarkan di atas.
Mungkin diperlukan tanda kehadiran Wajar Anyar sebagai babak baru penanganan Covid-19 saat ini. Tanda-tanda kehadiran Wajar Anyar itu semestinya riil dan konkrit sehingga dapat ditangkap, dilihat dan dirasakan oleh siapa pun saja. Segala persiapan yang dilakukan seperti membuat SOP atau Panduan Memasuki Babak Wajar Anyar itu semestinya mencerminkan kondisi dan kebutuhan babak Wajar Anyar tersebut.
Namun demikian semua persiapan yang dilakukan dijauhkan dari dominansi kecemasan bahkan ketakutan memasuki babak Wajar Anyar dimaksud. Sebaliknya, justru persiapan tersebut mendatangkan kegembiraan dan memompa optimisme karena telah tersedia perencanaan yang jelas dan mantap. Ibarat sepasang suami-istri begitu gembira menyambut kelahiran buah hatinya karena segala rencana merawat dan membesarkan buah hatinya sudah mantap dan siap dilaksanakan. Semoga. (Herman Tony, Sekretaris BPD PHRI DIY)