Opini  

Kekuatan Komunikasi Keluarga untuk Pembenahan COVID-19

BERNASNEWS.COM — Tidak mudah menjalani kehidupan di tengah masa karantina yang sudah berlangsung selama kurang lebih 3 bulan belakangan. Sejatinya perubahan sosial atas diri dan lingkungan dapat membuat ancaman seseorang menjadi “mati gaya”. Namun, dewasa ini krisis pandemi di dunia telah memberikan hikmah dan kesempatan yang bahkan jarang sekali terjadi di waktu-waktu biasanya. Ada moment khusus yang tercipta secara alamiah dengan wujud kebersamaan sebagai satu kesatuan teamwork dari kesibukan para anggotanya masing-masing.

Standar operasional pencegahan wabah Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah ternyata mampu memfasilitasi beberapa pihak untuk dapat merajut komunikasi dengan keluarga secara lebih intens, salah satunya melalui instruksi kebijakan Work From Home atau School From Home. Pelaksanaan sistem tersebut tidak hanya digunakan untuk bekerja saja, namun juga dijadikan sebagai ajang berkumpul bersama keluarga yang cenderung biasanya sibuk menghabiskan waktu dengan rutinitas di luar rumah.

Utamanya relasi keluarga inilah yang dapat membentuk sinergitas antar pribadi di dalamnya untuk melewati fase-fase sulit yang terjadi di negeri ini secara spontan yang mana telah  berdampak ke segala hal. Selaras dengan pandangan tersebut, ketahanan keluarga juga harus dibangun dengan kokoh agar dapat mengatasi berbagai tekanan yang mungkin saja dapat mengancam psikologis, kesehatan dan ketidakharmonisan keluarga itu sendiri.

Sebagai budaya baru, gerakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.09 Tahun 2020, memberikan peluang kepada masyarakat untuk berdiam diri / #stayathome, beraktifitas di dalam rumah saja dan mencari kebahagiaan dengan cara yang berbeda-beda.

Namun tidak dapat dipungkiri, perselisihan pendapat dari setiap anggota keluarga, dapat saja terjadi kapanpun karena meningkatnya kadar pertemuan yang tidak sama dari kondisi sebelumnya terutama di lingkup keluarga. Keluarga itulah yang menjadi pondasi paling efektif dalam membentuk kesadaran para anggotanya untuk saling menguatkan dan memberikan dukungan selama 1 x 24 jam setiap harinya dalam mengekang penyebaran corona virus tersebut.

Komunikasi dalam keluarga secara langsung ataupun melalui media daring karena keterbatasan secara fisik, diakui sebagai suatu kebutuhan yang harus dijalankan agar dapat menghadirkan rasa aman, damai, dan peduli melalui ikatan yang kuat dalam hubungan berkeluarga tersebut. Tidak hanya melihat imbasnya saja, bencana non alam ini pun turut dirasakan oleh sebagain besar masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota besar khususnya, dengan menjadikannya prioritas di keluarga untuk berinteraksi dan mendekatkan diri antara satu sama lain dengan berbagai cara yang bahkan sangat sederhana.

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram, Dyaloka Puspita Ningrum. (Foto: Dok. Pribadi)

Wujud Iklim Komunikasi Yang Positif

Iklim komunikasi yang positif bukan dalam artian positif Covid-19 nya. Pandemi yang ada saat ini membuat rumah adalah tempat ternyaman yang selalu dirindukan oleh para penghuninya. Dalam rangka melindungi diri, partisipasi dan respon keluarga di dalam rumah dapat dijadikan sebagai sarana untuk saling bahu membahu menjalankan himbauan yang ada.

Menitikberatkan agar terus menjaga jarak sosial dari kerumunan diharapkan dapat mengembalikan kesejahteraan dan perkembangan hidup yang signifikan seperti semula ke depannya. Komunikasi di dalamnya dapat dilakukan secara fleksibel, terbuka dan tatap muka dari tahap yang paling santai hingga ke tahap yang paling serius sekalipun.

Grafik kasus yang tercatat terus bertambah setiap harinya, membuat masyarakat dalam waktu dekat harus siap menyambut kemeriahan hari raya idul fitri ditahun ini dengan suka cita terlepas dari segala macam tradisi yang ada di dalamnya. Hal inilah yang membuat semua elemen masyarakat harus benar-benar berbenah, terutama melihat potret kelonggaran publik yang mulai tidak terkendali lantaran beragam tuntutan aktivitas manusia yang berpotensi saling menularkan di beberapa tempat umum, misalnya, Jalan, Bandara, Tempat Beribadah, Mall, Pasar Tradisional dan lain sebagainya yang sungguh sangat menyedihkan karena tidak disiplin dan mengindahkan protokol kesehatan.

Disamping pemahaman mengenai informasi terkait, secara kuantitas orang-orang yang mempunyai waktu lebih bersama keluarga menjadi harapan yang sangat didamba-dambakan.  Dalam memanfaatkan kesempatan tersebut, ada banyak kegiatan eksploitasi yang tentunya berkualitas dengan memberdayaan para anggota keluarga itu sendiri untuk mencapai tanggung jawab dalam mewujudkan normalisasi keadaan yang dapat dilakukan dengan cara mandiri seperti : berolahraga, bermain maupun bergurau bersama, ataupun saling mendengarkan dan mengayomi antara satu sama lain sebagai peralihan perhatian  sosial dengan kekuatan yang diberikan oleh unit kesatuan keluarga tersebut.

Di saat seperti inilah juga, fungsi keluarga dapat dioptimalkan dengan sangat sempurna. Kelompok di dalam keluarga itu dapat saling menjaga secara utuh di tengah arus perkembangan zaman yang sebenarnya mampu menciptakan pribadi-pribadi yang semakin individualistis sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup besar juga. (Dyaloka Puspita Ningrum, SI Kom, MI Kom, Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram)