BERNASNEWS.COM – Pandemi virus Corona nampaknya belum juga berakhir hingga saat ini, sehingga pemerintah memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dan masyarakat diminta untuk selalu menjaga diri agar tak terjangkit atau tertular virus ini.
Dan segala bentuk kegiatan yang bersifat pengumpulan massa diharapkan tidak dilakukan, karena berpotensi menyebarnya virus ini semakin luas. Dengan suasana yang relatif sepi dari kehidupan normal, tentu berdampak pula bagi dunia usaha atau bisnis bahkan mengalami kerugian.
Lihat saja apa pusat perbelanjaan di Yogyakarta, seperti di Malioboro, sebagian besar toko memilih untuk tutup, karena sepinya pembeli. Bahkan terbersit berita ada beberapa toko yang akan dijual, karena tidak sanggup memikul beban kerugian yang besar untuk waktu-waktu ini.
Bagiamana hal ini bila dikaitkan dengan kehidupan pelaku bisnis mikro, kecil dan menengah atau UMKM? Dampak virus Corona atau Covid-19 ternyata sangat besar terhadap pelaku UMKM. Bahkan Covid 19 membuat roda perekonomian menjadi mati untuk sementara waktu ini. Sehingga boleh dikatakan para pelaku UMKM mengalami ibarat hidup enggan, mati tak mau.
Tentu saja tidak ada satu pun pelaku UMKM yang menginginkan usahanya mati, semua ingin usaha yang dijalankan semakin berkembang bahkan menjadi usaha yang besar. Dan apa pun yang terjadi, kehidupan usaha pasti akan sangat bergantung pada pasar atau konsumen yang menjadi pelanggan. Tanpa konsumen dapat dipastikan usaha tersebut tidak akan berjalan sebagimana mestinya.
Sekarang yang menjadi permalahan adalah bagaimana caranya agar UMKM mampu mempertahankan hidup? Seperti dikatakan M Porter, dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup suatu usaha, ada tiga cara yang dapat ditempuh oleh pelaku usaha.
Pertama, kemampuan UMKM memenuhi kebutuhan pasar sasaran. Hal ini menuntut agar pelaku usaha selalu mampu mengetahui apa yang sebenarnya yang diminta dan dibutuhkan oleh pasar sasarannya. Karena pada dasranya pasar sasaran inilah yang sebenarnya dilayani oleh pelaku usaha, bukan pasar yang lain. Dan pasar sasaran inilah yang merupakan pelanggan mereka. Selama pasar sasaran dapat dilayani, dalam jangka panjang pelaku usaha pasti akan hidup.
Kedua, kemampuan mengelola usaha berbasis keunggulan biaya. Ini dimaksudkan agar pelaku usaha benar-benar dapat mewujudkan agar produk yang dihasilkan dengan biaya yang murah. Dengan begitu usaha ini akan mampu menetapkan harga produk yang cenderung murah, sehingga dapat terbeli oleh konsumen. Dan itulah sebenarnya yang diharapkan oleh para konsumen, yakni produk dengan harga yang murah. Mampukah pelaku usaha mempunyai keunggulan biaya ini?
Ketiga, kemampuan untuk dapat tampil beda dengan usaha lain terutama yang sejenis. Dengan adanya kemampuan tampil beda ini yang dapat diwujudkan dalam hal kualitas barang atau pun beda dalam melakukan pelayanan kepada konsumen, akan menjadi keunggulan tersendiri yang selalu dicari konsumen.
Bagimana pelaku usaha, terutama UMKM, dapat menyajikan barang yang berkualitas atau bahkan barang yang ditawarkan mempunyai kualitas yang lebih baik dibanding pesaing. Bila ini bisa dilakukan pasti akan selalu dicari konsumen, apalagi ditambah dengan kemampuan melayani konsumen lebih unggul dibanding pesaing, tentu itu yang didambakan pasar.
Apalagi kalau dalam pelayanan ini ditambah lagi dengan membangun penjualan lewat on-line, tentu akan semakin memudahkan konsumen untuk memperoleh barang yang dibutuhkan, apalagi sekarang zaman tekonologi canggih.
Itulah beberapa cara yang kiranya dapat dilakukan oleh para pelaku usaha, terutama kelompok UMKM, di saat seperti sekarang yang situasinya kurang mendukung gara-gara Covid-19.
Kita menyambut baik adanya Perpu yang dikeluarkan Presidenm Joko Widodo yang menambah anggaran dalam APBN sebesar Rp 405,1 triliun, dimana sebesar Rp 150 triliun digunakan untuk program ekonomi nasional, termasuk melakukan restrukturisasi kredit, penjaminan serta pembiayaan UMKM.
Dengan adanya kebijakan ini kemungkinan besar akan membantu memulihkan kehidupan UMKM yang sedang kembang kempis sekarang ini. Namun begitu, bagi para pelaku UMKM tetap dituntut adanya jiwa wirausaha yang handal. Kalau pelaku UMKM berjiwa wirausaha maka mereka pun berani menghadapi resiko seperti saat ini. Dengan cara ini maka pepatah hidup enggan mati tak mau seperti judul tulisan ini jangan sampai terjadi. Semoga bermanfaat. (Drs Djati Julitriarsa MM, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta)