Opini  

Manajemen Serangan Jantung dalam Bisnis

BERNASNEWS.COM – Memperhatikan judul di atas sepertinya tak ada hubungannya antara satu dengan yang lain. Sebab, jantung hanya dimiliki makhluk hidup, sementara dalam dunia bisnis tak pernah ada jantung. Namun bila kita menarik benang merahnya, tampak bahwa bisnis pun mempunyai kehidupan sendiri dan unik, sehingga ibarat makhluk hidup bisnis juga mempunyai jantung.

Dan perlu dipahami bahwa jantung merupakan organ yang paling vital dalam hidup manusia. Kalau organ ini mati, maka secara otomatis kehidupan itu pun juga berhenti total. Ingat, bahwa di dunia ini ternyata serangan jantung telah banyak menimbulkan korban alias kematian bagi seseorang, tak lepas dari berita terakhir bagaimana hal itu menimpa suami artis Bunga Citra Lestari alias BCL, yakni Ashraf Sinclair, yang terpaksa meninggal pada usia muda, yakni 40 tahun.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa serangan jantung tidak pandang bulu bagi siapa saja, artinya penyakit yang mematikan itu dapat dialami oleh setiap manusia, tanpa melihat berapa usianya.

Lantas timbul pertanyaan, bagaimana sebaiknya seseorang harus mampu mengelola jantung agar tidak mengalami serangan mendadak yang dapat mengakibatkan kematian? Nah, tentunya hal ini perlu dicermati bagaimana mengelola jantung dari sisi manajemen. Karena pada intinya penyakit itu tidak datang dengan tiba-tiba, kerna berdasar informasi dari para ahli jantung biasanya serangan jantung didahului dengan adanya tanda-tanda tertentu seperti nyeri dada sebelah kiri, sesak nafas, keringat dingin dan sebagainya.

Namun sering si penderita tidak mau memperhatikan adanya gejala atau tanda tersebut. Bagaimana hal ini bila dikaitkan dengan kehidupan bisnis yang sedang berjalan? Sebab dalam bisnis pun dapat saja terjadi serangan yang sifatnya mendadak mengancam kehidupan bisnis yang sedang dijalankan oleh pelakunya, apalagi bisnis dari kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Beberapa gejala bahkan tanda adanya serangan jantung dalam bisnis UMKM dapat pula berupa munculnya pesaing baru dengan nilai lebihnya, misal kualitas produk yang lebih baik atau pun pelayanan yang menjanjikan, omset penjualan yang menunjukkan penurunan yang signifikan, kehilangan konsumen atau pelanggan, dan masih banyak lainnya. Sering masalah seperti ini dianggap sepele oleh pelaku UMKM, sehingga tahu-tahu pada saat tertntu bisnis yang dijalankan secara otomatis akan bangkrut atau mati.

Semestinya kalau muncul fenomena seperti yang disebutkan di atas, harus segera diantisipasi agar yang dapat berakibat fatal tak akan terjadi. Tidak salah kalau dalam hal ini si pelaku usaha segera menemukan sebab utama yang menyebabkan usaha atau bisnis yang dijalankan mengalami gangguan, misalnya dengan menerapkan manajemen diagram tulang ikan (fish diagram), yang pada dasarnya adalah mencari penyebab utama yang mengakibatkan gangguan pada bisnisnya.

Maka harus dipelajari sungguh-sungguh apa penyebab utamanya, jangan hanya memperhatikan hal-hal tertentu yang sifatnya merupakan gangguan kecil, yang sebenarnya tidak begitu berarti bagi kelangsungan hidup usahanya. Namun juga bukan berarti bahwa hal-hal kecil seperti itu harus diabaikan, karena kalau menumpuk akhirnya akan benar-benar mengancam secara serius.

Di sinilah diperlukan berbagai pengetahuan dalam konteks manajemen, yang terdiri dari berbagai macam fungsi mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, penggerakan sampai dengan pengendalian.

Oleh sebab itu tidak salah kalau pelaku usaha dalam menjalankan aksinya sehari-hari kemudian mampu menjalin kerja sama dengan pelaku usaha lainnya dengan jalan membuat jejaring, sehingga akan dapat saling bertukar pengalaman maupun pengetahuan, guna mengantisipasi hal-hal tertentu yang kemungkinan besar tidak dipahaminya.

Karena dapat saja terjadi adanya serangan mendadak pada bisnisnya dan tak dapat ditanggulangi karena sebenarnya ada ketidakmampuan dan ketidaktahuan terkait masalah yang melanda usahanya. Apalagi hal ini dialami oleh kelompok UMKMi, yang secara umum mereka mempunyai keterbatasan tertentu seperti manajemen terbatas, dalam hal permodalan relatif kecil, teknologi yang sederhana dan sebagainya.

Ingat, bahwa dalam kenyataan bila ada suatu bisnis dijalankan dan itu berkembang, maka dapat dipastikan bisnis semacam itu akan segera diikuti oleh para pendatang baru yang ingin juga menimba keuntungan. Dan kadang kala dengan berbagai cara pendatang baru ini melakukan terobosan-terobosan tertentu yang dapat mengancam bisnis yang sudah ada.

Oleh karena itu tidak salah bagi pelaku UMKM mencermati fenomena apa yang muncul dalam kehidupan bisnis dan sekiranya hal itu ditelaah merupakan sesuatu yang dapat mengancam, segera dilakukan antisipasi sedemikian rupa agar segera bisa disingkirkan dan tak mengganggu usaha yang sudah dirintis. Dan sekali lagi justru menjadi sebuah serangan jantung yang dapat mematikan usahanya.

Dengan demikian marilah disadari oleh para palaku UMKM betapa bahayanya serangan-serangan semacam itu. Bukankah bisnis yang dijalankan tidak hanya sebagai bisnis untuk sesaat? Sekali lagi pelaku UMKM harus mampu mengelola serangan jantung yang mematikan dengan menambah kemampuan dalam dunia usaha. Semoga bermakna. (Drs Djati Julitriarsa MM, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta)