Opini  

Inilah Pendapat Tim Ahli ISEI Jogja: Prospek Bisnis dan Ekonomi 2020

BERNASNEWS.COM — Tradisi awal tahun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, melakukan kegiatan untuk menjaring pendapat dari sejumlah pengurus dan anggotanya. Pada awal tahun 2020, sejumlah pendapat terkait dengan “Prospek Bisnis & Ekonomi 2020” telah berhasil dirangkum sebagai berikut.

1. Himan Tisnawan (Pengarah ISEI Jogja & Kepala Perwakilan BI DIY)

“Di tengah-tengah perekonomian global yang belum membaik, dan bayang2 Perang Dagang AS-China yang belum kunjung ada kejelasan, ditambah dengan pesatnya perkembangan teknologi digital yang mengubah secara eksponensial berbagai sendi kehidupan, dengan segala tantangan dan peluangnya, saya berharap pada Tahun 2020, ekonomi DIY dapat tetap  tumbuh dengan baik dan semakin berkualitas. Segala potensi yang dimiliki DIY seperti SDM yang unggul, Pelaku UMKM yang sangat banyak dan unggul,  destinasi wisata yang semakin atraktif bagi turis untuk masuk ke DIY, bandara baru kulonprogo dengan segala peluangnya, serta warisan budaya yang sangat kaya luar biasa, harus mampu dioptimalkan untuk menjadi sebuah kekuatan pertumbuhan ekonomi DIY yang semakin inklusif. Tahun 2020 adalah tahun tantangan sekaligus peluang bagi DIY untuk tumbuh lebih baik lagi”.

Untung Nugroho (Pengarah ISEI Jogja & Kepala OJK DIY). Foto: Dok. ISEI Jogja

2. Untung Nugroho (Pengarah ISEI Jogja & Kepala OJK DIY)

“OJK DIY optimis tahun depan perekonomian DIY akan tumbuh dengan baik. Seiring dengan itu secara umum industri keuangan DIY akan tumbuh dengan baik walaupun persaingan akan semakin ketat. Khusus bagi BPR dan BPRS perlu meningkatkan kualitas layanan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan teknologi informasi yang itu semua perlu dibangun dengan permodalan yang cukup”.

Fahmy Radhi (Pengurus ISEI Jogja & Dosen Sekolah Vokasi UGM). Foto: Dok. ISEI Jogja

3. Fahmy Radhi (Pengurus ISEI Jogja & Dosen Sekolah Vokasi UGM)

“Tidak banyak berubah dengan 2019, ekspor migas makin menurun,  lantaran lifting migas makin turun diperkiraan  mencapai 700 ribu barrel per hari. Impor migas, terutama impor BBM, akan semakin meningkat, sehingga Neraca Perdagangan Migas tetap defisit pada 2020. Kalau ekspor non-migas tidak naik secara significan, defisit neraca migas semakin membebani defisit neraca perdagangan.”

Bogat Agus Riyono (Pengurus ISEI Jogja & Dirut PT. SID Property). Foto: Dok. ISEI Jogja

4. Bogat Agus Riyono (Pengurus ISEI Jogja & Dirut PT. SID Property)

            “Keberhasilan penerintahan Jokowi menjaga tingkat bunga perbankan dan menguatkan nilai tukar rupiah hingga akhir 2019. Dan saya yakin akan terus berlanjut merupakan angin segar untuk bisnis properti. Tahun 2020 akan lebih menjanjikan. Kapitalisasi pasar properti akan meningkat. Namun prospek tersebut akan dipengaruhi juga oleh kinerja para pengembang selama periode yang lalu. Konsumen makin cerdas dan teliti memantau data dan realisasi di lapangan.”


Soeharto (Pengurus ISEI Jogja & Pengusaha Muda). Foto: Dok. ISEI Jogja

5. Soeharto (Pengurus ISEI Jogja & Pengusaha Muda)

            “Kondisi bisnis di luar sektor pariwisata dalam waktu terakhir nampaknya sedang mengalami penurunan (slowdown). Omzet bisnis semakin menurun, meskipun sampai saat ini masih bisa bertahan “survival”. Salah satu faktor penyebab kondisi tersebut adalah kondisi perekonomian dunia yang sedang lesu. Perang dagang AS-China menjadikan perekonomian dunia belum bisa bangkit. Kondisi terakhir memanasnya hubungan AS-Iran diprediksi akan menjadikan harga minyak dunia meningkat. Pada akhirnya perekonomian dunia dalam kondisi tetap stagnan yang berakibat kondisi bisnis di Indonesia dan DIY sebagian tetap lesu.”

Y. Sri Susilo (Sekretaris ISEI Jogja & Dosen FBE Atma Jogja). Foto: Dok. ISEI Jogja

6. Y. Sri Susilo (Sekretaris ISEI Jogja & Dosen FBE Atma Jogja)

            “Pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2019 mencapai angka 6% lebih dan itu berarti lebih tinggi dari rata pertumbuhan nasional yang sebesar 5%. Pertumbuhan ekonomi tersebut salah satunya dipengaruhi pembangunan infrastruktur, khususnya pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (BIY). Kontribusi sektor pariwisata (dan ikutannya) dan sektor pendidikan (dan ikutnya) cukup signifikan. Pembangunan BIY hampir selesai, sehingga kontribusi di tahun 2020 tidak sebesar tahun sebelumnya. Ke depan harus dicari sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi bagi DIY. Ekonomi kreatif, termasuk ekonomi digital, perlu didorong dan dikembangkan secara signifikan agar dapat menjadi motor baru pertumbuhan ekonomi di DIY”. (ted)