bernasnews – Jumat Agung merupakan salah satu peristiwa paling sakral dalam kalender liturgi umat Katolik. Kenapa warna liturgi Jumat Agung merah?
Pada hari ini, umat mengenang sengsara dan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib, sebuah momen penuh perenungan, kesedihan, dan pengharapan.
Uniknya, dalam ibadat Jumat Agung, warna liturgi yang digunakan bukanlah ungu atau hitam seperti yang lazim dipakai dalam suasana berkabung, melainkan warna merah.
Lantas, mengapa warna merah menjadi pilihan utama untuk liturgi Jumat Agung?
Makna Warna Merah dalam Liturgi Katolik
Dalam tradisi Katolik, setiap warna liturgi memiliki arti mendalam dan digunakan sesuai konteks perayaan iman.
Warna merah secara khusus melambangkan darah, pengorbanan, dan semangat martir. Pada Jumat Agung, penggunaan warna merah merujuk langsung pada darah Kristus yang tercurah di salib demi keselamatan umat manusia.
Warna merah juga mencerminkan kasih yang rela berkorban. Yesus tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga secara spiritual menyerahkan seluruh hidup-Nya dengan kasih sempurna.
Dengan mengenakan warna merah, umat Katolik diajak untuk merenungkan betapa besar cinta Tuhan yang dinyatakan melalui pengorbanan Putra-Nya.
Bukan Sekadar Warna, Tapi Pengalaman Rohani
Warna liturgi Jumat Agung bukan sekadar estetika atau kebiasaan, tetapi menjadi bagian dari pengalaman rohani umat.
Dalam keheningan dan kekhusyukan Jumat Agung, warna merah berbicara tanpa kata—menghadirkan kesadaran akan betapa mahalnya harga penebusan dosa, yaitu nyawa Kristus sendiri.
Berbeda dengan warna ungu yang digunakan selama masa tobat seperti Prapaskah, atau warna hitam yang melambangkan duka mendalam, merah pada Jumat Agung tidak hanya tentang penderitaan, tetapi juga tentang kemenangan melalui pengorbanan.
Di balik darah, ada kasih. Di balik salib, ada harapan. Meski Jumat Agung adalah hari yang penuh duka, warna merah dalam liturgi juga menyiratkan harapan. Darah Kristus yang tercurah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari kemenangan atas dosa dan maut.
Warna merah mengajak umat untuk memaknai penderitaan sebagai jalan menuju kebangkitan dan kehidupan baru.
Ibadat Jumat Agung
Jumat Agung biasanya dirayakan dalam tiga bagian utama: Liturgi Sabda, Penghormatan Salib, dan Penerimaan Komuni.
Pada bagian penghormatan salib, umat akan maju satu per satu untuk membungkuk atau mencium salib, sebagai bentuk penghormatan kepada pengorbanan Kristus.
Dalam momen sakral ini, imam, pemazmur, petugas liturgi, dan misdinar mengenakan busana liturgi berwarna merah. Tak hanya pada pakaian, warna merah juga terlihat pada kain altar, dekorasi gereja, bahkan lilin atau simbol lain yang menghiasi ruangan ibadat.
Jadi, kenapa warna liturgi Jumat Agung merah? Karena warna ini adalah simbol dari kasih yang tak terbatas, darah yang dicurahkan, dan pengorbanan yang sempurna.
Melalui warna merah, umat Katolik diajak untuk masuk lebih dalam dalam makna pengorbanan Kristus dan merenungkan sejauh mana kasih Allah kepada manusia.
Dengan memahami makna di balik warna liturgi ini, kita tidak hanya mengikuti tradisi, tetapi juga mengalami perayaan iman secara lebih utuh dan menyentuh hati.
***