bernasnews — Digitalisasi atau IoT (Internet of Things) adalah suatu keniscayaan dalam dunia bisniis, tak terkecuali termasuk dunia perbankan untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabah. Keseriusan dalam digitalisasi di berbagai bidang ini ditangkap betul oleh PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI).
Bank pemilik pemerintah yang didirikan pada tanggal 16 Desember 1895 ini, bisa dikata berpikir out of the box. Sementara bank-bank swasta maupun bank milik pemerintah yang lainnya ‘adem ayem’ dalam menyikapi teknologi digitalisasi, BRI bahkan memiliki satelit sendiri bernama BRIsat dimana peluncurannya pada tanggal 18 Juni 2016.
Kepemilikan satelit tentu sangat mendukung kinerja bagi sebuah bank yang mempunyai ratusan unit kantor cabang dan belasan ribu anjungan tunai mandiri (ATM), yang tersebar di seantero Indonesia, yang wilayahnya terdiri dari ribuan pulau terpencar di antara lautan dan samudera. Dan belum semua wilayah terjangkau oleh jaringan provider internet (blankspot).
Apabila kita menengok ke belakang beberapa puluh tahun lalu, senyampang dengan program pemerintah waktu itu bahwa para petani diimbau agar menjadi anggota Koperasi Unit Desa (KUD) karena kebijakan dalam penjualan terkait kebutuhan para petani seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan distribusinya melalui lembaga tersebut, sedangkan sebagai pendukung jasa pelayanan adalah BRI yang setiap desa/ kecamatan berdiri kantor unit.
Menurut Mendagri Tito Karnavian dalam rapat koordinasi Kick Off Pelaksanaan Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) Tahun 2023, dikatakan bahwa penduduk di Indonesia berkisar 48-49 persen tinggal di desa. Artinya posisioning BRI berada di pedesaan sudah sangat tepat. Dan dari desalah yang mengawali tumbuh kembangnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Barangkali tidaklah berlebihan mengapa pertembuhan sektor UMKM dari pedesaan? Warga desa yang semula hanya berkutat di bidang pertanian dan perkebunan karena adanya kebiasaan atau budaya tertentu setelah usai bercocok tanam sembari membuat kerajinan saat menanti musim panen tiba. Juga masih melimpahnya bahan-bahan untuk membuat kerajinan di desa.
Sebagai ilustrasi, dalam hal itu bisa dilihat di Desa Kasongan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puluhan tahun silam profesi warga desa itu adalah petani, yang kemudian juga membuat gerabah sebatas untuk perabot rumah tangga. Seperti kuwali, periuk, anglo, gentong, celengan dan sebagainya. Yang kemudian ada sentuhan kreatifitas estetika dan artitistik, yang semula gerabah biasa menjadi karya seni keramik bernilai ekonomi cukup tinggi.
Bergerak dari petani yang kemudian menjadi pengrajin inilah, yang akhirnya mereka secara tidak langsung dituntut profesional dan salah satu bentuknya adalah kepemilikan rekening bank untuk mempermudah transaksi. Lantas menjadi sebuah kelaziman persyaratan untuk UMKM di mana pun berada harus memiliki rekening bank, dan sementara ini hanyalah BRI yang bisa menjawabnya karena keberadaannya juga ada di mana-mana.
Layanan dan digitalisasi BRI sangat mendukung dalam bisnis baik skala mikro semacam UMKM maupun skala besar semacam pabrikan. Sebab dalam bisnis yang baik, selain dari kulaitas produk juga pelayanan. Pelayanan dalam transaksi keuangan dituntut cepat serta akurat, sehingga dunia perbankan pun juga dituntut demikian. Apa lagi kekinian juga muncul usaha berbasis e-commerce.
Pertumbuhan e-commerce yang sangat luar biasa di Indonesia ini akhirnya pun “memaksa” Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dengan menerbitkan QRIS (Quick Response Code Indonesia Standar), yakni standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code. Selain menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya. Jejaring kolaborasi semacam ini untuk BRI yang telah siap dengan layanan digitalisasi, dalam menapaki usianya yang ke-128 tahun tentu menjadi effort dalam perannya “Memberi Makna Indonesia”.
Menurut penulis, ada satu harapan dengan kelebihan yang dimiliki oleh BRI, dengan kemampuan CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimilikinya dapat melakukan gerakan literasi digital bagi para nasabah terkait, sehingga ada gayung bersambut berkolaborasi bersama untuk kemajuan perekonomian dan peradaban bangsa Indonesia. (tedy kartyadi)