Gejog Lesung, Musik Tradisi yang Masih Lestari hingga Kini

Musik Gejog Lesung yang dimainkan oleh ibu-ibu abdi dalem Kraton Jogja, sebagai pengiring prosesi gelaran budaya Nunplak Wajik. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews — Dalam prosesi Numplak Wajik, bagian dari proses merangkai pareden atau gunungan sebagai simbul sedekah seorang raja kepada rakyat oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang digelar tiga setiap tahunnya secara turun temurun. Gelaran budaya tersebut selalu diiringi dengan musik Gejog Lesung.

Gejog Lesung adalah pertunjukan musik yang menggunakan lesung (alat penumbuk padi) sebagai instrumen utama, merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia, khususnya di Jawa. Keberadaan kesenian ini ditengarai sudah ada sejak berabad-abad silam, bagian dari kearifan lokal sebagai negara agraris.

Lesung digunakan sebagai instrumen musik dengan cara dipukul-pukul untuk menghasilkan suara ritmis dan sering dimainkan dalam acara-acara adat dan budaya. Gejog Lesung pun sering dipertunjukkan oleh komunitas atau kelompok masyarakat dalam acara-acara tertentu.

Juga sebagai musik pengiring pengganti gamelan untuk mengiringi pagelaran tari-tarian tradisonal serta dalam pagelaran kesenian kethoprak sehingga munculah sebutan Kethoprak Lesung.

Gejog Lesung adalah salah satu warisan budaya yang penting di Indonesia, khususnya di Jawa, dan terus dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat. Juga sering ditampilkan dalam event-event budaya maupun pariwisata di Jogja.

Meskipun demikian, lesung sebagai alat penumbuk padi untuk proses menjadi beras sudah jarang dilakukan/ dipakai oleh para petani dikarenakan munculnya usaha jasa penggilingan padi memakai mesin yang lebih praktis dan efisien, bagian dari kemajuan teknologi di bidang pertanian. (ted)