BERNASNEWS- Pemerintah dan peternak di Kabupaten Gunungkidul menyambut musim kemarau dengan optimisme tinggi terhadap meredanya wabah antraks.
Saat ini, wilayah timur Gunungkidul seperti Kapanewon Girisubo dan Rongkop masih menghadapi paparan penyakit antraks pada sapi dan kambing.
Imbauan Puskeswan
Kepala UPT Puskeswan Playen, Aris Hidayat, memastikan wilayah Playen dan seputaran Pasar Siyono Harjo tetap bebas dari antraks.
Kendati demikian, dia selalu mewanti-wanti kepada peternak dan pedagang untuk tetap mewaspadai penyebaran antraks tersebut.
“Kita masih bebas antraks. Justru kasus paling banyak muncul di sisi timur kabupaten,” tegas Aris.
Aris menyebut kebiasaan peternak di wilayah timur yang menjual hewan mati sebagai pemicu utama penyebaran antraks.
Mereka menjual hewan yang sudah mati demi menghindari kerugian, tanpa menyadari risikonya terhadap penyebaran penyakit.
Antraks di Gunungkidul Akan Menghilang
Meski begitu, Aris tetap optimis wabah itu akan segera berlalu seiring bergantinya musim. Ia meyakini antraks akan segera menghilang bersamaan dengan datangnya musim kemarau.
“Antraks selalu muncul di akhir musim penghujan. Penularannya terjadi melalui spora di tanah yang menjadi tempat pakan ternak,” jelasnya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit, pengelola Pasar Siyono Harjo memperketat pengawasan lalu lintas hewan ternak. Setiap hewan yang masuk dan keluar pasar harus menjalani proses sterilisasi.
Petugas menyemprotkan disinfektan langsung ke tubuh hewan, sementara kendaraan pengangkut wajib melewati kolam desinfektan (dipping).
“Kami memastikan hewan dan kendaraan pengangkutnya benar-benar steril,” lanjut Aris.
Ia juga menegaskan seluruh hewan yang diperdagangkan di Pasar Siyono Harjo dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit seperti antraks, PMK, maupun LSD.
Petugas tidak hanya menerapkan pengawasan saat hari pasaran berlangsung. Setelah kegiatan pasar selesai, tim dari Dinas Perdagangan langsung menyemprot seluruh area dengan cairan disinfektan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Aris memprediksi lonjakan populasi hewan ternak akan terjadi antara H-30 hingga H-7 Idul Adha. Meski jumlah hewan meningkat, ia memastikan pengawasan dan penerapan protokol kesehatan tetap menjadi prioritas.
Lurah Pasar Siyono Harjo, Isnaning, turut mengonfirmasi bahwa empat personel tim pasar rutin melakukan sterilisasi, khususnya setiap selesai pasaran Wage, sebagai bentuk antisipasi terhadap wabah penyakit hewan ternak.
Dengan kolaborasi antara petugas pasar, dinas terkait, dan kesadaran peternak, Gunungkidul terus berupaya mengendalikan dan mengakhiri wabah antraks, terlebih dengan dukungan datangnya musim kemarau yang diyakini akan mempercepat pemulihan.
“Kita selalu waspada akan penyebaran antraks dan penyakit lain,” tegasnya. (ef linangkung)