bernasnews – Tanggal 1 Mei 2025 akan menjadi momen penting di Yogyakarta. Kota budaya ini akan menjadi salah satu titik konsentrasi utama peringatan Hari Buruh Internasional, atau yang akrab disebut May Day.
Diperkirakan tidak kurang dari 1.000 buruh bersama elemen masyarakat lain akan berpartisipasi dalam aksi damai yang sarat akan nuansa budaya serta semangat perjuangan.
Aksi ini tidak sekadar menjadi ajang unjuk rasa, tetapi juga dirancang sebagai perayaan identitas dan kekuatan kelas pekerja.
Lewat pawai budaya, para peserta menyampaikan pesan sosial dan politik mereka melalui media seni, musik, orasi, serta pertunjukan teatrikal yang mencerminkan realitas dan harapan buruh Indonesia.
Penyelenggara dan Peserta Aksi
Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Majelis Pekerja Buruh Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (MPBI DIY). Namun, aksi tersebut bukan hanya milik buruh formal semata.
Sejumlah organisasi dan komunitas lintas sektor turut bergabung untuk menyuarakan kepentingan bersama. Di antara yang terlibat adalah:
- Serikat pekerja dari berbagai sektor industri
- Partai Buruh wilayah DIY
- Komunitas ojek online dan pengemudi becak motor
- Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta
- Aliansi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM)
Kolaborasi lintas kelompok ini menunjukkan bahwa isu ketenagakerjaan tidak hanya berdampak pada buruh, tetapi juga pada kelompok masyarakat lainnya yang turut terpinggirkan oleh sistem ekonomi yang timpang.
Detail Lokasi dan Rute Aksi Demo
Aksi Hari Buruh 2025 di Jogja akan dimulai pukul 08.00 WIB. Massa dijadwalkan berkumpul di ikon kota, yaitu Tugu Yogyakarta, sebagai titik awal.
Dari sana, peserta akan melakukan long march melewati Taman Parkir Abu Bakar Ali, dan akhirnya berkumpul di Titik Nol Kilometer, kawasan strategis di sekitar Malioboro yang sering menjadi pusat ekspresi publik.
Pemilihan rute ini tentu bukan tanpa alasan. Selain memiliki nilai simbolis sebagai pusat kota, jalur ini juga memungkinkan penyampaian pesan yang luas kepada warga dan pengambil kebijakan di daerah.
Masyarakat diimbau untuk menghindari kawasan tersebut, terutama pada pagi hingga siang hari, guna mengurangi potensi kemacetan.
Enam Tuntutan Utama Buruh di Hari Buruh 2025
Demo Hari Buruh tahun ini tidak hanya menyoroti kondisi kerja secara umum, tetapi juga mengajukan enam tuntutan utama yang menjadi sorotan utama perjuangan buruh:
- Penghapusan Sistem Outsourcing
Buruh menuntut diakhirinya praktik kerja alih daya yang dinilai menciptakan ketidakpastian kerja dan melemahkan perlindungan terhadap pekerja. - Penetapan Upah Layak
Seruan untuk menetapkan upah minimum yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak, agar pekerja dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, perumahan, dan pendidikan. - Pembentukan Satuan Tugas PHK
Tuntutan agar pemerintah membentuk satuan khusus untuk mengawasi proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), mencegah pelanggaran, dan memastikan keadilan bagi pekerja yang terdampak. - Pengesahan RUU Ketenagakerjaan yang Baru
Para peserta aksi mendesak DPR untuk segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang baru yang lebih berpihak pada kepentingan buruh dan memperkuat jaminan kerja. - Pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT)
RUU ini dianggap penting demi memberikan pengakuan dan perlindungan hukum yang layak bagi para pekerja rumah tangga yang selama ini rentan terhadap eksploitasi. - Pemberantasan Korupsi Lewat RUU Perampasan Aset
Desakan agar negara segera mengesahkan RUU Perampasan Aset untuk mendukung pemberantasan korupsi serta mengembalikan aset negara yang dirampas secara ilegal.
Isu Lokal Ikut Diangkat dalam Aksi
Selain enam isu nasional tersebut, demonstrasi juga akan menjadi wadah penyampaian tuntutan lokal yang tidak kalah penting. Beberapa di antaranya adalah:
- Penolakan terhadap penggusuran paksa warga di sejumlah wilayah DIY
- Dorongan terhadap pelaksanaan reforma agraria sejati demi kesejahteraan rakyat
Dengan mengangkat isu lokal, peserta demo ingin menegaskan bahwa perjuangan buruh tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan ruang hidup yang mereka tempati.
Aksi Hari Buruh 2025 di Yogyakarta diproyeksikan tidak hanya sebagai momentum untuk menyuarakan keresahan, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan cara yang damai, kreatif, dan penuh makna.
Pawai budaya yang menyertai unjuk rasa ini menjadi simbol bahwa kelas pekerja memiliki cara unik untuk mengekspresikan diri tanpa kekerasan.
Dengan kombinasi antara seni, solidaritas, dan kesadaran kolektif, aksi ini diharapkan mampu menggugah publik dan pemerintah untuk lebih serius dalam memperhatikan nasib para pekerja Indonesia.***