bernasnews — Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan memberikan apresiasi tinggi kepada para pendidik dan tokoh masyarakat yang telah berjasa memajukan pendidikan. Ia menekankan pentingnya peran para guru dan tokoh masyarakat dalam membentuk karakter generasi muda yang kelak akan menjadi pilar utama Indonesia Emas 2045.
“Perjuangan tanpa pamrih yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dan para guru patut kami apresiasi. Tidak mudah menemukan sosok-sosok luar biasa yang mampu membawa kemajuan signifikan dan berdampak langsung pada anak-anak didik kita,” kata orang nomor dua, di Pemkot Yogya, dalam sambutannya saat hadiri acara syawalan dan ramah tamah yang digelar oleh SD Muhammadiyah Jogokariyan, Minggu (13/4/2025).
Pihaknya juga menyoroti pentingnya ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Pemerintah Kota Yogyakarta, imbuh Wawan Harmawan, akan terus mendukung peningkatan sarana dan prasarana sekolah, termasuk perbaikan atap dan gedung, demi kenyamanan belajar para siswa.
“Kami berkomitmen memberikan fasilitasi yang dibutuhkan, agar proses belajar dan ibadah bisa berlangsung dengan aman dan nyaman. Komunikasi yang intensif antara sekolah dan pemerintah sangat penting agar hal ini bisa segera direalisasikan,” ujar dia.
Wawali Kota Yogya juga menyampaikan harapannya agar SD Muhammadiyah Jogokariyan bisa menjadi model sekolah unggulan, tidak hanya di tingkat lokal namun juga bertaraf internasional.
Kepala SD Muhammadiyah Jogokariyan Fika Widiana Kuspratiwi, dalam sambutannya membeberkan bahwa perjalanan sekolah yang dipimpinnya tidaklah mudah. Menurut Fika, fase awal pendirian sekolah tersebut disebutnya sebagai proses “babat alas” yang penuh tantangan.
“Kami memulai dengan banyak keterbatasan, namun terus berupaya membangun karakter dan mutu pendidikan secara konsisten. Saat ini kami memiliki enam target karakter utama yang telah kami digitalisasi,” ungkap Fika, dilansir dari Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta.
Dikatakan, salah satu program unggulan Mujonta (SD Muhammadiyah Jogokariyan) adalah pembiasaan ibadah dengan pendekatan ramah. Untuk siswa kelas 1–3 diterapkan budaya bangun subuh tanpa marah.
“Adapun untuk kelas 4–6 dibiasakan bangun untuk salat malam, juga tanpa tekanan. Setiap tujuh anak didampingi satu ustadzah selama 21 hari guna memantau kebiasaan ini. Jika belum berhasil, pemantauan dilanjutkan selama 21 hari lagi,” terang Fika.
Sekolah Mujonta juga aktif dalam program tahfidz dan tahsin Al-Qur’an dengan target capaian dua juz. Selain itu, penguatan etika dan soft skill peserta didik menjadi perhatian utama melalui peran promotor etika.
Dalam aspek manajemen, SD Muhammadiyah Jogokariyan sudah mulai mengimplementasikan sistem digitalisasi berbasis CSR dari mitra komunitas Mujonta, guna mengontrol mutu pendidikan secara terpadu.
“Meskipun sudah banyak kemajuan, kami sadar masih memiliki kekurangan. Kami mohon dukungan agar SD Muhammadiyah Jogokariyan bisa menjadi sekolah berstandar internasional,” ujar Fika.
Sementara tingkat kepuasan terhadap mutu pendidikan di Mujonta juga sangat tinggi untuk saat ini. Dalam jangka panjang, sekolah menargetkan pendirian sekolah internasional dengan sistem boarding khususnya bagi siswa kelas 5 dan 6.
“Kami ingin melahirkan lulusan yang unggul, beradab, berakidah lurus, dan mampu beribadah dengan benar. Sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi sukses yang mendapatkan rezeki halal dan berkah,” tandasnya. (ted)