bernasnews — Seseorang yang ibadahnya baik, bisa saja masuk neraka. Walaupun sholat, puasa, zakat, dan ibadahnya tertib, ia bisa menjadi manusia yang bangkrut. Ini bisa terjadi kalau muamalahnya buruk, suka menyakiti orang lain, dan tanpa pernah meminta maaf.
“Oleh karena itu, tradisi saling meminta maaf itu penting, agar terhapuskan dosa sesama manusia,” kata Prof Moch Mahfud MD, Ketua Yayasan Mataram yang juga mantan Menko HukHam dalam acara Buka Bersama dengan sivitas akademika Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta di Hotel Tara Jalan Magelang Yogyakarta, Senin (24/3/2025).
Hadir dalam acara tersebut Rektor UWM Prof Edy Suandi Hamid, beserta segenap Wakil Rektor, serta pengurus Yayasan Mataram Prof Djoko Suryo dan Ajar Budi Kuncoro MSc.
Dikatakan, adanya acara lebaran Idul Fitri, yang bukan tradisi Islam, namun sangat baik untuk silaturahim, dan dalam kesempatan itu saling memeberi maaf. Sebab, jika di antara manusia masih ada yang saling dendam, maka itu bisa menghilangkan pahala ibadahnya semasa hidup. “Karena itu dikatakan sebagai manusia yang bangkrut,” tegas Prof. Mahfud.
“Ttradisi lebaran yang dimulai zaman Walisongo, menunjukkan bahwa Islam di Indonesia berkembang dengan budaya lokal yang positif. Lebaran yang selalu dibarengi dengan ketupat, mempunyai makna sebagai laku papat, yakni: lebar, lebur, luber, dan labur,” ungkapnya.
Lebar berarti luas, lebur artinya dosa atau kesalahan yang sudah diampuni, luber mengandung makna pemberian pahala berlebih, serta labur artinya wajah yang ceria. “Ketupa dibuat dari janur, yang maknanya jati ning nur, atau di sebut fitrah. Jatining nur berarti telah kembali ke Fitrah, dengan harapan menjadi perilaku yang terus membaik,” ujar Prof Mahfud.
Sebelumnya Rektor UWM Prof Edy Suandi Hamid dalam sambutannya menyampaikan momen Buka Bersama menjadi salah satu momen penting saat semua dosen dan tenaga Pendidikan dan wakil mahasiswa bertemu. “Di samping bukber, momen lainnya ada syawalan atau lebaran, dan dies natalis,” ucapnya.
Juga dilaporkan bahwa setelah sebagian besar pembangunan Kampus Terpadu UWM selesai, saat ini sebagian aktivitas kuliah dan perkantoran sudah pindah ke Kampus Terpadu di Banyuraden.
“Insha Allah tahun ini juga semua pindah ke Kampus Banyuraden. Namun Rektor dan Yayasan masih akan berkantor di Mangkubumen sebagai tempat kedudukan kampus UWM,” ucap Prof Edy Suamndi Hamid.
Dalam kesempatan itu, Prof Edy juga menyampaikan tentang perkembangan pendaftaran mahasiswa baru yang masih sama dengan tahun lalu. Berharap rahun ini tetap ada mahasiswa dari beasiswa Kartu Indonesia Pintar, dan dari Afirmasi Pendidikan.
“Ini penting jangan sampai ada calon mahasiswa berkualirtas tidak bisa sekolah lantaran ketiadaan beasiswa. Namun sampai saat ini belum ada kepastian apakah ada atau tidak beasiswa KIP dan Adik karena masalah pemotongan anggaran,” pungkasnya. (*/nun)