Ekonomi Syariah: Sebagai Bentuk Kepatuhan, Cara Hidup dan Aktivitas Bisnis yang Membawa Manfaat

Pidato Pengukuhan Guru Besar Anggito Abimanyu. (Foto: Kiriman Y. Sri Susilo, ISEI Jogja)

bernasnews — Anggito Abimanyu menyampaikan pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar Bidang Ekonomi pada Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Pidato pengukuhan dengan judul “Ekonomi Syariah Sebagai Bentuk Kepatuhan, Cara Hidup dan Aktivitas Bisnis yang Membawa Manfaat”, di Balairung, Gedung Pusat UGM Yogyakarta, Selasa (4/2/2025).

Hadir dalam pidato pengukuhan antara lain Mantan Wakil Presiden Maruf Amin dan Boediono, Penasehat Khusus Presiden Wiranto, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan sejumlah Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih.

“Hadir juga kolega guru besar, dosen dari berbagai universitas dan rekan sejawat Anggito Abimanyu termasuk dari ISEI,” jelas Y. Sri Susilo, Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta/ Anggota Bidang V PP ISEI, kepada bernasnews, seusai hadiri acara.

“Ekonomi Syariah adalah cabang Ilmu Ekonomi yang mengikuti hukum atau prinsip Syariah Islam,” ungkap Anggito Abimanyu yang juga Wakil Menteri Keuangan Kabinet Merah Putih. Menurut Titok panggilan akrab Anggito, para pengikut ekonomi Syariah menjalankannya dengan alasan kepatuhan atau kewajibanan agama Islam, seperti hahal, maslahat dan tidak riba.

“Ada lagi yang  beranggapan ekonomi Syariah adalah cara hidup berbagi, bersih dan sehat,” ujar Titok, yang juga Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat ISEI.

Selanjutnya Anggito dengan mengutip Iqbal dan Mirakhtar (2013) menjelaskan, bahwa sebagian orang percaya bahwa aktivitas bisnis dengan prinsip Syariah dapat menciptakan permintaan baru sehingga membawa manfaat bagi pelakunya.

Prof. Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc (Kanan) bersama Prof. Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono, MPM., ASEAN Eng, Dekan Sekolah Vokasi UGM. (Foto: Kiriman Y. Sri Susilo, ISEI Jogja)

Anggito Abimanyu pun tidak lagi melihat ekonomi Syariah hanya sebagai sistem alternatif  dan penyeimbang dari sistem ekonomi konvensional. “Saya menemukan cara pandang baru dalam memaknai ekonomi Syariah sebagai ekspresi kepatuhan dan ketundukan (submissiveness) terhadap agama dan wahyu yang diturunkan Allah Azza wa Jalla kepada umat manusia,” ucap Titok, yang juga Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI.

Hal tersebut merupakan perwujudan yang lebih esensial seperti kepatuhan, cara hidup dan manfaat yang merupakan bagian esensial dan integral dari ajaran Islam. “Saya praktikan kesetiaan pada transaksi yang tidak memberikan toleransi pada terjadinya gharar (ketidakjelasan transaksi), masyir (spekulasi) dan tidak mengandung riba (usury),”tegas Titok, suami dari Edharmayati Latief dan ayah dari Mahditya Putra Mahardhika dan Nadia Rachma Pratiwi. Menurut Anggito, tidak hanya halal tetapi juga thayibbah sebagai bagian dari perilaku atau cara hidup yang lebih baik dan sehat.

Dalam pidato pengukuhan tersebut, Anggito Abimanyu, Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM menjelaskan aspek derajat kepatuhan atau religiosity, cara hidup dan bisnis dalam memilih produk perbankan Syariah, konsumsi produk halal dan manfaat perjalanan umrah.

Sementara dalam pidato pengukuhan tersebut, juga dirilis lagu “Perjalanan Cinta” karya Anggito bersama Yovie Widianto (Kahitna Band). Sebuah lagu dengan syair inspiratif-religi yang dipesembahkan untuk istri Titok tercinta. (*/ ted)