bernasnews — Taman Wisata Tangkilan sebelum pandemi tahun 2020 merupakan salah satu destinasi wisata unggul di Kabupaten Sleman. Menempati Tanah Kas Desa (TKD) kurang lebih setengah hektar yang difungsikan sebagai taman wisata berbasis pengelolaan lingkungan.
Hal itu dikemukakan oleh Suradiman (66 tahun) warga pedukuhan Tangkilan, Sidoarum, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, saaat ditemui awak media, di Taman Wisata Tangkilan, Sabtu (25/1/205).
Suradiman mengungkapkan, bahwa dirinya merupakan salah satu warga yang dari awal ikut membangun Taman Wisata Tangkilan. Ia beserta warga Tangkilan sangat semangat ketika diajak membagun taman Tangkilan, dengan harapan bisa menjadikan Tangkilan menjadi tujuan wisata sehingga dikunjungi banyak orang.
“Ya harapanya setelah banyak pengunjung ekonomi warga juga meningkat,” ujar Suradiman.
Memang dari awal pembentukan Desa Wisata Tangkilan perkembangannya sangat pesat. Masih menurut Suradiman, bahwa keunikan dari taman Tangkilan adalah ada satu ground yang terletak di sebelah selatan pendopo merupakan taman yang tanaman dan aksesoris pendukung taman terbuat dari sampah plastik.
“Ada pohon, tanaman, bunga terbuat dari botol bekas tempat minuman pabrikan. Botol plastik ditata sebagai pembatas jalan setapak. Dengan penataan dan pemilihan warna menjadi daya tarik pengunjung,” beber Suradiman.
Ornamen yang lumayan besar adalah berbentuk jantung hati yang terbuat dari botol bekas air mineral. Di tempat ini salah satu spot yang sering dipakai latar belakang foto para pengunjung. Ornamen bentuk hati tersebut diberi lampu warna warni sehingga kalo malam lampu dinyalakan akan menambah indahnya taman.
“Selain ornamen jantung hati, taman juga dilengkapi dengan lampu taman dengan dengan kap atau penutup lampu dari sampah plastik, sehingga kalo malam hari menjadi tempat rekreasi yang menarik dengan lampu warna warni,” imbuh Suradiman.
Seiring ramainya pengunjung maka banyak warga berjualan berbagai makanan, minuman serta aksesoris dan produk lain, oleh pengurus dibuat lapak untuk tempat berjualan. Saat itu warga antusias untuk berjualan hingga lapak yang disediakan terisi semua.
“Tiap hari ratusan pengunjung yang datang, ada yang mempergunakan motor, sepeda atau gowes, mobil dan kereta kelinci. Apalagi setelah dibangunnya kolam renang di sebelah utara pendopo, pengunjung semakin banyak,” cerita Suradiman.
“Pengunjung yang datang bukan hanya dari Godean, datang dari luar wilayah Godean bahkan ada yang dari Magelang. Saat itu rasa rasanya Tangkilan akan rame pengunjung selamanya,” kenangnya.
Namun semua jadi berubah, imbuh Tukilah (62 tahun) yang juga warga Tangkilan. Ketika terjadi Pandemi Covid 19 di tahun 2020 pengunjung berangsur angsur berkurang, dan sampai puncak pandemi yang menghancurkan angan angan warga Tangkilan.
Pengunjung hilang mengakibatkan perawatan lokasi juga terkendala. Kalom renang yang tadinya menjadi favorit pengunjung juga terbengkalai. Kondisi kolam yang cepat kotor serta adanya kebocoran ketika diisi air menyebabkan perawatan kolam renang mengalami kendala.
“Sudah beberapa kali dibersihkan dan diperbaiki dengan berbagai cara tetep saja bocor dan berkerak sehingga kurang menarik pengunjung untuk berenang. Sehingga sampai sekarang kolam renang tidak dipergunakan,” ucap Tukilah.
Kondisi saat ini Taman Tangkilan sudah sangat memprihatinkan. Rumput tumbuh subur di mana mana. Kolam renang yang tidak terkelola, taman yang terbentuk dari berbagai sampah botol plastik sudah berserakan menjadi onggokan sampah. Berberapa bangunan mulai rusak, ada juga yang sudah roboh.
Sebenarnya ada upaya dari pengurus untuk membangkitkan keramaian datangnya pengungjung, dengan mengadakan pasar malam setelah pandemi berakhir. Namun upaya yang dilakukan belum bisa mengembalikan kejayaan masa lalu Taman Tangkilan, yang menarik itu.
“Sebenarnya kemunduran wisata Tangkilan bukan hanya disebabkan oleh Pandemi Covid-19 saja namun manajemen pengelola yang kurang terbuka, sehingga menimbulkan berbagai prasangka yang kurang baik,” ujar Suradiman, yang juga diiyakan oleh Tukilah.
Mereka berdua bersama warga yang mengikuti dari awal merasa sangat menyayangkan kondisi yang ada di Taman Tangkilan, yang kini menunggu kehancurannya. Namun sampai saat ini Tukilah bersama anaknya masih tetap berjualan kuliner sea food di tempat juga secara online.
Juga di pendopo itu, tiap sore mbak Wiwien masih menggelar camilan gorengan dan makanan yang lain. Mereka masih bertahan menanti tangan malaikat merubah Taman Tangkilan menjadi surga kunjungan wisata seperti awal-awal berdiri sebelum pandemi. (nun/Kusnadi, Berbah)