bernasnews — Pengelolaan sampah di kabupaten Sleman dianggap belum berhasil walaupun pengurangan sampah lumayan naik dari 9% menjadi 13%, akan tetapi penanganan atau pengelolaannya turun. Untuk itulah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman mengadakan acara Workshop Training of Trainer (TOT) bertempat di sebuah hotel, di Sleman Utara, Selasa (21/1/2025).
Kegiatan dihadiri oleh petugas lapangan 17 orang perwakilan dari kapanewon, 4 orang dari petugas kawasan dan 4 orang dari Nara sumber, serta dari tim pengelolaan persampahan DLH Sleman.
Acara dibuka oleh Kepala Bidang Kebersihan dan Ruang Hijau DLH Sleman Junaedi, S.ST mewakili Kepala DLH yang berhalangan hadir. Menurut Junaedi, TOT ini diadakan karena untuk menyatukan visi dan misi serta untuk menyikapi pengelolaan persampahan di Sleman khususnya dan DIY pada umumnya.
“Hal tersebut dikarenakan efek dari ditutupnya TPA Piyungan, yang selama ini masyarakat tahunya hanya mengumpulkan dan membuang saja sampah yang dimilikinya,” ujarnya.
“Maka dari itu yang kita butuhkan sekarang adalah perubahan dalam pola pengelolaan sampah, yang harusnya dari hulu sudah bisa diminimalisir, pilah dan kelola di tempat. Misal dengan membuat biopori atau jugangan untuk sampah organiknya,” tambah Junaedi.
Meskipun demikian, lanjut Junaedi menerangkan, bahwa hal itu pun masih kewalahan karena faktanya masih banyaknya aduan yang masuk ke DLH. Terutama aduan tentang pembakaran sampah di lingkungan pemukiman oleh jasa pengelola sampah, yang pembakarannya belum sempurna dan tidak sesuai standar yang seharusnya.
“Dari DLH telah mengeluarkan sistem baru SIOS ESTU, yang diharapkan kedepan bisa lebih intens dalam memotivasi lingkungan sekitar agar lebih baik lagi dalam pengelolaan persampahan, “tegas Junaedi.
Dalam giat ini, sebagai nara sumber TOT adalah dari DLH Sleman Fitasari Ayu Wulandari, ST, MPA, MA, yang menyampaikan tentang kebijakan pengelolaan persampahan pasca ditutupnya TPA Piyungan. Juga memaparkan bagaimana bahayanya jika penanganan sampah yang dibakar yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan.
Sementara itu, Andi yang juga dari DLH Sleman menyampaikan sosialisasi sistem SIOS ESTU, yang lebih menekankan pada data dan administrasi tentang sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Pasalnyaadministrasi dan data yang riil di lapangan sangat diperlukan.
“Hal tersebut berpengaruh pada kinerja pengelolaan sampah di Sleman yang selama ini data yang ada belum maksimal,” ujar Andi. (nun)