bernasnews — Dominican Youth Gathering (DYG) 2025 merupakan event besar yang mempertemukan para peserta didik dari seluruh cabang sekolah di bawah naungan Yayasan Santo Dominikus. Acara ini dihadiri oleh kontingen cabang Yogyakarta sebagai tuan rumah, kontingen cabang Cimahi, kontingen cabang Purwokerto, kontingen cabang Cirebon. Juga dari SD Veritas Pondok Sleman Yogyakarta dan SD Veritas Bogor Playen, Gunungkidul.
Acara digelar bertempat di Johanes Bosco School, selama tiga hari, tanggal16-18 Januari 2025. Antusias peserta didik sungguh terpancar dari wajahnya. Seluruh kontingen mengutus perwakilan dari SD, SMP, SMA yang masing-masing berjumlah 20 peserta. Tuan rumah sendiri yakni SMP Johanes Bosco terdapat anggota inti yang menginap dan anggota tambahan yang akan pulang ke rumah pada jam tertentu.
“Sebagai anggota ter-sepuh baik kakak SMP atau kakak SMA harus menjaga adik-adik SD. Aksi ini menunjukkan 6 semangat Santo Dominikus yakni semangat “berbelarasa” serta “persaudaraan dan kegembiraan”. Para peserta akan menjaga satu sama lain, memastikan semuanya sehat dan bahagia,” kata Dorothea Pane Melia, peserta dari SMA Dominikus Wonosari, Gunungkidul, DIY.
Kegiatan tidak selalu ditemani pendamping, mereka akan eksplore dunianya dan bersosialisasi dengan sarana dinamika kelompok. “Pembagian kelompok tidak bersatu dengan peserta yang sama asal kontingennya, seluruh peserta akan diacak untuk dinamika dalam kelompok yang telah diatur panitia,” ungkap Melia.
Hari pertama Kamis, 16 Januari 2022 pukul 12.00 WIB, beberapa kontingen mulai memenuhi area tempat diselenggarakannya Dominican Youth Gathering 2025. Kontingen Cirebon menempuh perjalanan sekitar 7 jam lamanya dengan bus. Kontingen Cimahi melebihi jam itu. Kontingen tamu paling dekat adalah Purwokerto dengan perjalanan kurang dari 7 jam.
“Pada saat registrasi, para peserta dibagikan ID card sebagai identitas, tertera juga nama kelompok di situ. Selain itu juga terdapat tas serut, kaos DYG 2025, bolpoin, serta buku catatan. Perlengkapan inilah yang wajib dibawa ketika berkegiatan,” terang Melia.
Hari itu, peserta diajak untuk makan siang bersama dengan tempat yang telah disediakan sebagai upaya cinta lingkungan, peraturan no waste (tanpa sampah) diterapkan di sekolah tersebut. Mereka tidak menyediakan tong sampah secara umum. Sangat menghindari sampah plastik termasuk limbah sabun cuci.
“Para peserta dan pendamping diwajibkan membawa tempat makan (lunch box) dan botol (Tumbler) masing-masing, yang kemudian akan dicuci untuk dipakai kembali saatnya makan,” jelas Melia.
Selanjutnya adalah sesi Opening Ceremony dihiasi dengan nuansa Jawa oleh gamelan yang dilantunkan oleh peserta didik SD Johanes Bosco. Dalam acara tersebut diantaranya terdapat kata sambutan, secara simbolis pemukulan gong sebagai pembukaan, dan tarian tradisional.
Kegiatan dilanjutkan dengan acara keakraban dalam kelompok. Oleh panitia, kelompok diberi nama dengan nama-nama Santo dan Santa pengikut Santo Dominikus. Peserta ditugaskan untuk menghias bendera kelompok dan yel-yel, yang dipentaskan dihadapan juri untuk penilaian.
Persaudaraan diantara peserta semakin erat dan pada hari-hari selanjutnya, Jumat (17’1), peserta secara berkelompok melakukan Outbound. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk nilai persaudaraan, kegembiraan, kesederhanaan, kekompakan, ketelitian, kerja sama yang mempererat bonding atau ikatan antar anggota kelompok. Di sisi lain, para anggota berlomba-lomba menyelesaikan misi agar mendapat banyak stiker dan juga mengumpulkan puzzle.
Malam hari mulai pukul 18.00 WIB acara dilanjutkan dengan Culture Night. Di mana para peserta dari cabang kontingen masing-masing menampilkan suatu pertunjukan. Tentu ini dinilai juga oleh tim juri. Mostly penampilannya adalah drama musikal. Adapun yang membedakan adalah, setiap karya dibumbui kreativitas yakni alur yang tidak tertebak, penampilan menari, bernyanyi, acting. Juga dekorasi dan properti menarik seperti bendera, kursi, tak lupa make up dan kostum untuk menghiasi acara malam itu.
“Riuh tepuk tangan menggema tiap kali penampilan dimulai dan selesai. Para penampil diberi waktu 20 menit pada setiap pertunjukan. Acara selesai pada pukul 21.30 WIB. Seluruh peserta segera tidur. Meski ada yang masih berbincang di luar kamar untuk mempererat persaudaraan atau sekedar berkenalan satu sama lain,” ujar Melia.
Kamar peserta dan pendamping dipisah lokasinya dan dibagi sesuai kontingen dan jenis kelamin. Bagi peserta didik putra pada skala SMP – SMA menghuni kamar di lantai 2 SMP Johanes Bosco. Sedangkan peserta didik putri dalam rentang kelas SMP – SMA menginap di lantai 1 SMP Johanes Bosco. Sementara peserta didik SD menginap di sekitar SD Johanes Bosco.
“Indahnya peristiwa mengantri kamar mandi, dihadiri oleh 300 lebih orang membuat para peserta harus bangun lebih awal untuk meraih kamar mandi kosong. Ada yang rela berjalan ke Gereja Baciro di luar gedung sekolah untuk mandi lantaran tak ingin mengantri. Hal tersebut mengajarkan peserta didik untuk melatih kesabaran juga gerak cepat,” beber Dorothea Pane Melia.
Tak mengurangi spiritualitas seorang pewarta, hari-hari kegiatan selalu ditutup dengan doa bersama di lokasi indoor SMP Johanes Bosco. Kegiatan Night Prayer pada hari pertama dipandu oleh peserta cabang Purwokerto. Selanjutnya, hari kedua dipimpin doa completarium singkat dari para suster, frater, dan Romo.
Klimaksnya, hari Sabtu 18 januari 2025 adalah acara “Operasi Semut”. Para peserta terbagi dalam kelompok yang sama tetapi lebih kecil. Peserta didik SD tetap di area SMP Johanes Bosco. Sementara itu, peserta didik SMP dan SMA harus berjalan kaki 10 menit lamanya ke area green house milik suster-suster OP untuk transplanting dengan menanam pepaya.
Para peserta DYG 2025 yang menanam pepaya akan menanam jejak kenagan di Yogyakarta. “Jika pepaya sudah berbuah, boleh diambil,” seru Suster M. Albertine OP, yang memandu acara itu. Kegiatan Operasi Semut pada masing-masing kelompok diawali dengan meditasi alam singkat dan berakhir masih pagi hari. Kemudian dilanjutkan dengan mandi, sarapan dan acara sharing knowledge oleh Student Exchange Philippine.
Pukul 12.00 WIB acara ditutup secara resmi dengan misa penutupan. Misa tersebut dipimpin oleh empat Romo dari asal yang berbeda, para pelayan altar seperti petugas koor, misdinar, dan among umat dari kontingen Yogyakarta. Empat Romo tersebut, Selebran Utama oleh Romo Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Semarang Romo Yoseph Nugroho Tri Sumartono,Pr. Adapun sebagai Konselebran Romo Paroki Gereja Kristus Raja Baciro Romo Andreas Novian Ardhi Prihatmoko, Pr; Romo Paroki Keluarga Kudus Banteng (alumni) Romo Thomas Budi Riyanto, MSF, serta Formator Calon Imam OP dari Surabaya Romo Agustinus Agus Hermawan, OP.
“Misa diselenggarakan dengan nuansa Jawa. Ada gamelan yang dipadukan pada beberapa lagu koor dan juga iringan dari biola, gitar, serta keyboard. Alat musik tersebut dimainkan oleh peserta didik SD dan SMP Johanes Bosco Yogyakarta,” beber Melia.
“ Dan berakhirlah Dominican Youth Gathering 2025 yang bertuan rumah di Yogyakarta. DYG selanjutnya akan dilaksanakan di kontingen cabang Purwokerto, dua tahun yang akan datang. Marilah kita wujudkan tahun predicare, berjalan bersama mewartakan kebenaran. Salam Veritas,” ujar Melia, sapaan akrab Dorothea Pane Melia, peserta SMA Dominikus Wonosari. (ted/ Asterina, Humas SMP Joannes Bosco Yogyakarta)