Budi Gantungkan Rejeki dengan Jajakan Cilung

Budi Wahyono saat memasak Cilung dan para pelanggannya. (Foto: Kiriman Kusnadi)

bernasnews — Makanan camilan berbahan tepung aci atau kanji dari pati singkong menjadi makanan favorit bagi masyarakat berbagai lapisan dari anak anak sampai emak emak. Seperti yang dilakukan oleh Budi Wahyono (41 tahun) warga Dawung, Tegaltirto, Berbah, Kabupaten Sleman, DIY. Ia mengantungkan hidupnya dengan berjualan panganan dari aci.

Budi Wahyono atau akrab disapa Budi, merintis usaha berjualan panganan sejak tahun 2007. Ia memilih jenis makanan aci digulung atau Cilung, setelah sebelumnya pernah mencoba berbagai jenis panganan dari aci seperti Cilok, Cilur, dan lainnya.

Akhirnya ayah dua anak  menjatuhkan pilihan berjualan Cilung hingga kini. Menurutnya dari berbagai panganan berbahan aci Cilung memberinya keuntungan lebih. “Mungkin pas jalan rejekinya memang dari jualan Cilung,” kata Budi, saat ditemui penulis di tempat mangkal depan BRI Berbah, Selasa (7/1/2025).

Menurut Budi, jualan Cilung merupakan peluang usaha yang menjanjikan. Bila hari baik omset sehari bisa 300 ribu rupiah dan hasilnya bersihnya bisa separo dari omset. Namun bila pas hujan hasil penjualan bisa menurun karena pembelinya cukup sepi, orang jarang yang keluar rumah.

“Kebanyakan kalau hujan mereka (pembeli) malas keluar rumah jika tidak benar-benar ada hal yang penting,” ungkapnya.

Sosok Budi Wahyono (41 tahun) pedagang Cilung, warga Dawung, Tegaltirto, Berbah, Kabupaten Sleman. (Foto: Kiriman Kusnadi)

Bermodalkan sepeda motorbebek Budi berjualan Cilung. Motor dilengkapi rombong (bagasi) dari bahan besi dan plat alumunium berada di bagian belakang, yang berfungsi untuk tempat peralatan dan bahan Cilung seperti tabung gas LPG, kompor, wajan, plastik, tusuk cilung, minyak, tepung  dan telur. Rombong tersebut juga sekaligus sebagai tempat memasak dan menyajikan Cilung kepada pembeli.

Selain itu, pada rombong tersebut ada tempat khusus berupa lubang untuk menancapkan payung yang bisa dilepas jika motor berjalan dan dipasang ketika mangkal di suatu tempat. Payung tersebut berukuran lumayan besar, dengan diameter sekitar satu meter lebih. Cukup untuk menaungi ketika Budi melakukan proses memasak dan melayani pembeli.

Budi dan juga banyak teman pedagang lain yang disebut pengasong, berjualan dengan motor rombong tidak hanya mangkal di satu tempat tertentu. Dengan mengandalkan motor bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain mencari keramaian pelanggan. Biasanya mereka akan mencari tempat kegiatan yang mengumpulkan masa. Misal, seperti pertunjukan jathilan, senam, jalan sehat, pengajian, pertandingan olah raga, lomba anak-anak, resepsi pernikahan juga di sekitar komplek sekolahan.

“Yang penting ada kerumunan banyak orang itu adalah potensi untuk berjualan,”ujar Budi. Dalam berjualan Budi dengan sesama pengasong saling kerjasama untuk berbagi informasi tempat yang ada keramaian atau pengumpulan massa.

Budi Wahyono juga tergabung dalam kelompok UMKM Kalurahan Tegaltirto, Kapanewon Berbah. Meski telah terdaftar sebagai anggota Forkom UMKM Berbah namun karena kesibukannya berdagang sehingga belum bisa ikut pertemuan anggota.

Selain sebagai anggota Forkom UMKM Berbah, Budi juga merupakan binaan mbah Wanto Center  (MWC), yang salah satunya diampu oleh Fedryansah Gea Arrysal, SH pengusaha muda yang peduli dengan pengusaha kecil. (nun/ Kusnadi, Berbah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *