Bantu Petani Salak, Tim Wirausaha Merdeka UNY Ciptakan Kue Pie dan Susu dari Salak

Tim Wirausaha Merdeka UNY menampilkan karya inovasi olahan salak berupa kue pie dan susu salak. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Bagi pecinta kuliner terutama makanan camilan tentu sudah tidak asing dengan kue pie. Menurut berbagai sumber, kue pie populer sebagai sajian yang biasanya dihidangkan dalam berbagai jamuan di Amerika.

Kue pie terbuat dari semacam adonan pastry yang diberikan isi tertentu. Adonan pastry dijadikan sebagai bagian luar atau permukaan, yang di dalamnya diisi dengan berbagai isian seperti buah-buahan atau isian daging, dan sebagainya.

Salah satu varian dari kue pie adalah pie susu, kue ini telah menjadi ikon oleh-oleh wisata Bali. Rasanya yang sangat khas, manis dan legit sangat disukai oleh wisatawan yang berkunjung ke pulau dewata tersebut, rasanya belum lengkap kalau tidak membawa buah tangan kue pie susu.

Hal ini yang menginspirasi sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang berkolaborasi dengan mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) untuk membuat kue pie berbahan dasar salak.

Mereka adalah Rubiyantiningsih, Oktavia Anggraini, Agnes Tessalonica Vibrianna, Rubaiatul Adawiyah dan Tri Hidayati yang tergabung dalam tim Wirausaha Merdeka UNY.

Seperti telah diketahui, bahwa salak merupakan buah komoditas perkebunan autentik yang berasal dari Kabupaten Sleman, DIY. Pada saat panen raya, pohon salak menghasilkan buah salak yang melimpah namun tidak sebanding dengan tingkat konsumsinya sehingga harga jual salak menjadi sangat murah di pasar.

Pasalnya petani hanya menjualnya secara langsung tanpa adanya pengolahan. Dengan demikian, diperlukan inovasi untuk memperpanjang umur simpan dan menambah variasi melalui produk olahan yang lebih inovatif.

Produk inovasi olahan salak menjadi kue pie dan susu salak karya Tim Wirausaha Merdeka UNY. (Foto: Istimewa)

Menurut Ketua Tim Wirausaha Merdeka UNY Rubiyantiningsih pemilihan olahan salak menjadi pie dan susu salak lantaran kedua produk ini familiar di kalangan masyarakat utamanya anak muda.

“Pie salak yang memiliki cita rasa otentik yaitu, manis, gurih dan sedikit rasa asam, berbanding terbalik dengan pie susu. Ciri khas dari pie salak ini yaitu pada penggunaan selai salak yang terbuat dari 100 persen buah salak asli,” katanya, dalam rilis yang dikirim, Senin (9/12/2024).

Oktavia Anggraini menambahkan, pie salak ini diberi nama atau brand “Zalakuy” diambil dari bahasa latin salak yaitu, Salacca Zalacca, sedangkan ‘Kuy’ sendiri adalah bahasa kekinian yang memiliki makna mengajak. Makna Zalakuy secara keseluruhan yaitu mengajak masyarakat untuk menikmati sajian olahan salak.

Menurut Oktavia, ada tujuan mulia dari inovasi buah salak yaitu untuk menggiatkan ekonomi petani salak, menjadi peluang bisnis lokal serta menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dan membantu pertumbuhan ekonomi daerah.

“Pengolahan salak menjadi produk pie dan susu ini juga membantu mengurangi atau mengantisipasi buah salak hanya menjadi limbah, yang mungkin tidak terjual karena kondisi fisik atau kelebihan pasokan,” ujar Oktavia.

Sementara itu, Agnes Tessalonica Vibrianna mengatakan, bahwa pemasaran Zalakuy melalui beberapa platform sosial media, WhatsApp yang digunakan untuk perantara antara konsumen dan produsen dalam berkomunikasi. Juga  Instagram yang digunakan untuk menaikan branding pie salak dengan selalu mengunggah kegiatan usaha pie salak ini agar semakin dikenal banyak orang.

“Selain Instagram sebagai media promosi, kami juga menggunakan Facebook dan Tiktok untuk mengunggah konten tentang usaha pie salak yang sedang berjalan. Tidak lupa kami juga membuat akun di aplikasi seller center supaya produk kami masuk di keranjang Tiktok, X dan Tokopedia, sehingga kita dapat memperjualbelikan produk kami disana,” tandas Agnes. (*/ ted)