News  

Film Sampai Nanti Hanna Ajak Penonton Punya Keberanian Keluar dari Hubungan Toxic

Para pemeran Film Sampai Nanti, Hanna! sapa penonton di JAFF. (Foto : Wulan/ bernasnews)

bernasnews – Salah satu film yang akan segera tayang di layar lebar bioskop Indonesia, Sampai Nanti, Hanna! melanjutkan perjalanannya dengan pemutaran spesial di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024.

Pemutaran film “Sampai Nanti, Hanna!” karya Agung Sentausa ini sukses digelar di acara Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada Selasa (3/12/2024).

Special screening ini disambut antusias oleh para penonton, terutama saat sesi tanya jawab. Mereka senang karena bisa berinteraksi langsung dengan pemain utama sekaligus kru yang terlibat.

Film yang bercerita cinta, luka, dan harapan ini  menjadi pusat perhatian dalam diskusi setelah pemutaran JAFF 2024. Penonton terhubung dengan perjuangannya untuk keluar dari hubungan yang salah dan menemukan kebebasan. 

Febby Rastanty yang memerankan karakter utama Hanna, selama ini hanya menganggap kekerasan fisik lebih berbahaya dibandingkan kekerasan verbal. Padahal keduanya bisa menimbulkan dampak yang sama-sama besar terhadap kesehatan mental seseorang.

“Makin membuka mataku aja bahwa verbal abuse, maksudnya kekerasan verbal tuh ada, lho. Kadang kan selama ini kita mengganggap kalau kekerasan tuh udah identik dengan fisik tuh pasti,” kata Febby Rastanty, Selasa (3/12/2024).

Febby mengatakan bahwa kekerasan verbal bisa membuat seseorang merasa depresi hingga memerlukan pendampingan profesional. Sehingga dia ingin, melalui film Sampai Nanti, Hanna! Ini bisa membuka mata dan meningkatkan kesadaran penonton akan bahaya kekerasan verbal.

“Jangan pernah malu atau takut buat minta bantuan atau tanya cari bantuan ke profesional,” kata Febby.

“Terus ya, kalau memang ini sudah di tahap menyakiti diri sendiri ya pergi sih. Jangan pernah takut untuk pergi, kalau memang sudah di tahap menyakiti diri sendiri,” tuturnya.

Sementara pemeran Gani yang dimainkan oleh Bio One menyampaikan perspektif tentang perannya. 

“Film ini ngajarin kita soal pilihan. Kita bisa memilih jadi orang yang menyakiti, atau memilih jadi orang yang membantu orang lain untuk memulai lagi. Gani adalah contoh bahwa mencintai itu nggak harus buru-buru, tapi harus tulus, bahkan kalau itu berarti menunggu kesempatan kedua,” katanya.  

Sang sutradara, Agung Sentausa, juga menceritakan latar belakang di balik karya barunya itu. Rupanya, “Sampai Nanti, Hanna!” terinspirasi dari kisah-kisah banyak orang.

“Kisah ini beragkat dari kenyataan yang banyak dialami orang,” tutur Agung.

Agung tak menepis bahwa salah memilih pasangan adalah hal yang berat, tetapi keberanian untuk keluar dari hubungan yang salah adalah pesan utama yang ingin disampaikan melalui film ini. (lan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *