Mencintai dan Merayakan Literasi Bersama MALIGU

MALIGU dari edisi ke edisi. Media ini mengajak masyarakat mencintai dan merayakan literasi. (Foto : Kiriman Praba Pangripta)

bernasnews – Menjalani dan merayakan sesuatu bukan saja merupakan keniscayaan, namun dapat menjadi kebutuhan atau keharusan. Misalnya, sesuatu itu adalah kehidupan kita masing-masing. Dengan cinta, penuh tanggung jawab, dan suka cita, kita sebagai insan manusia akan menjalani kehidupan di dunia ini dan atau mewarnai kehidupan supaya hidup. Bagaimana kita berupaya semakin mencintai kehidupan.

Bagaimana dengan “mencintai dan merayakan kehidupan” itu? Bagi sebagian orang, barangkali akan berpendapat bahwa boro-boro ada perayaan, untuk dapat hidup biasa-biasa saja sudah susah payah. Padahal, merayakan kehidupan tidak harus dengan pesta atau mengeluarkan uang banyak. Dengan telah melaksanakan aneka tugss dan romantika kehidupan seharian, kemudian rehat sejenak untuk bersyukur atau melaksanakan “me time”, cukup kiranya.

Bagian dari kehidupan manusia dulu, kini dan mendatang yang tidak terpisahkan adalah keberadaan literasi. Saat ini, pemerintah menetapkan (paling tidak) ada enam komponen literasi dasar yang harus dikuasai setiap pembelajar. Keenam komponen itu adalah membaca-menulis, numerasi, sains, digital, finansial, dan budaya-kewargaan. Dalam perkembangan, sektor pembangunan dan elemen masyarakat memberikan tambahan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan.

Upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi dalam kehidupan dilakukan dengan berbagai kegiatan oleh para pihak. Mulai lingkup internasional, nasional, daerah, lokal, sampai ke pribadi warga masyarakat. Di dalam negeri, peringatan Hari Literasi Nasional dilaksanakan pada tanggal 8 September.

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) memperingati Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Internasional juga pada tanggal 8 September. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB ini menetapkan hari itu untuk mendorong literasi serta membentuk masyarakat yang lebih terpelajar, adil, damai dan berkelanjutan. Peringatan secara internasional telah berlangsung sejak tahun 1967.

Di tanah air, secara nasional kita mengenal adanya Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan pada ke-21 melalui keterlibatan dan partisipasi seluruh warga negara Indonesia. GLN memiliki “tiga anakan” yakni Gerakan Literasi Keluarga (GLK), Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan Gerakan Literasi Masyarakat (GLM).

Dengan adanya tiga gerakan literasi sebagai bagian dari GLN itu, menunjukkan bahwa di posisi manapun dan ketugasan apapun kita sebagai insan dan warga negara tersentuh, disentuh, dan (diharapkan) menyentuh literasi. Dengan adanya sebuah gerakan, tentu yang positif seperti dinamika literasi, kita diharapkan dapat TERGERAK. Setelah tergerak, harapan kemudian adalah BERGERAK, dan akhirnya mau dan mampu MENGGERAKKAN orang lain. Sehingga alasan dan tujuan diadakannya gerakan literasi pun dapat terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat bagi setiap insan manusia.

Apakah menggerakkan diri sendiri dan orang lain untuk mau belajar dan berkarya literasi itu mudah? Sejauh pengalaman pribadi dan pengalaman orang banyak di lapangan, ternyata tidak mudah. Awalnya, menyadarkan sesuatu itu memang tidak mudah dan apalagi mempertahankannya. Namun kalau kita mau berhasil, maju dan kompetitif, kita harus mau dan mampu belajar dan berkarya literasi.

Di tengah perjuangan atas gerakan literasi, ada kabar baik bahwa di Kota Literasi Yogyakarta sejak lima tahun silam telah terbit secara berkala Majalah Literasi Guru atau MALIGU. Media yang diterbitkan oleh Lembaga Mitra Mekar Berkarya atau MMB (yang sebelumnya ditangani oleh Komunitas Literasi Yuk Belajar Menulis) dan CV Gema Godam Grafika telah menyajikan karya tulis fakta, opini dan fiksi seputar literasi pendidikan dan kehidupan.

Ibarat menyalakan lilin kecil di tengah ruang atau suasana kurang terang, MALIGU secara nyata ikut berperan dalam gerakan literasi itu. Media ini mengajak masyarakat untuk mencintai literasi. Melalui aneka topik laporan utama, opini atau fiksi dari edisi demi edisi menunjukkan garapan tim kerja yakni praktisi media, pendidik, pustakawan sampai praktisi kesehatan itu telah mencoba ikut “membaca tanda-tanda” yang perlu mendapatkan perhatian bersama.

Kita lihat laporan utama edisi perdana yakni PR Besar Reformasi Pendidikan; kemudian berlanjut ke laporan : Cinta dan Kangen Yogya? Ya Menulis Buku; Gerakan Sekolah Menyenangkan Perlu Menekuni Literasi; MALIGU Award untuk Tiga Tokoh Sleman; Melalui Buku Berkabar Buku; Guru Diajak Ikut Atasi Kenakalan Remaja; Literasi Penting Dibangun di Keluarga; Satu Tetas Darah dapat Selamatkan Orang.
Akhirnya, selamat dan sukses untuk MALIGU yang genap berusia lima tahun pada tanggal 22 Desember 2024. Selamat menginspirasi dan memotivasi masyarakat untuk bersama-sama mencintai dan merayakan literasi. (Y.B. Margantoro, Wartawan dan Pegiat Literasi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *