bernasnews – Belum lama ini atau sebelum masa tenang Pilkada 2024 berlangsung, Program Studi (Prodi) Studi Humanitas Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogja, bekerja sama dengan Koalisi Lintas Isu, Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS), Deliberaksi, serta Lab Demokrasi, menggelar Mimbar Suara Warga bertema Dialog Komunitas Kota Jogja bersama Calon Walikota Jogja.
Dosen Prodi Studi Humanitas UKDW sekaligus Ketua Panitia Endah Setyowati mengatakan acara ini ingin memberikan ruang bagi masyarakat dan calon wali kota untuk berdialog secara langsung terkait berbagai masalah yang ada di akar rumput di Kota Yogyakarta.
Selain itu, kegiatan ini juga penting mendorong pemilih di Kota Jogja agar bisa membuat keputusan secara rasional, menghindari politik transaksional, dan berpartisipasi dalam proses demokrasi yang sehat.
“Penting mendorong pemilih di Kota Jogja untuk menetapkan preferensi mereka secara rasional, mengesampingkan tawaran transaksional, dan berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi yang sehat sebagai upaya mewujudkan iklim politik programatik,” jelasnya.
Adapun lima topik besar yang dibahas dalam forum ini antara lain inklusivitas, ketenagakerjaan, pendidikan, sampah, dan perumahan perkotaan (urban housing).
Acara ini juga akan menampilkan penyerahan policy brief, yaitu hasil kajian mengenai isu-isu krusial yang dihadapi Kota Jogja, sebagai bahan pertimbangan bagi calon pemimpin dalam merumuskan kebijakan yang lebih baik untuk kota tersebut.
“Dengan mengedepankan edukasi dan netralitas, UKDW berkomitmen untuk menyediakan ruang diskusi yang sehat dan konstruktif, agar masyarakat dan mahasiswa dapat menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab. Kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif dalam proses demokrasi dan memperkuat jaringan kolaborasi untuk pembangunan Kota Jogja yang lebih baik,” kata Endah.
Salah satu yang menarik adalah persoalan sampah. Diketahui, ketiga pasangan calon, Heroe Poerwadi bersama Sri Widya Supena; Hasto Wardoyo bersama Wawan Hermawan, dan Muhammad Afnan Hadikusumo bersama Singgih Raharjo beradu gagasan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Dalam sesi dialog, Adi perwakilan dari Lingkar Keadilan Ruang menyoroti beban berat hilir dalam pengelolaan sampah, terutama dari sektor hotel dan restoran.
Diungkapkan Adi, Yogyakarta memiliki sekitar 1.900 hotel namun hanya satu yang telah menyelesaikan pengelolaan sampah secara mandiri. Bahkan, lonjakan volume sampah saat liburan, seperti saat lebaran, mencapai hingga 200 ton per hari setengahnya berasal dari sektor ini.
Menjawab pertanyaan itu, pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Yogyakarta nomor urut 1, Heroe Poerwadi-SW Supena, menekankan pentingnya fokus pada hilir dalam menyelesaikan masalah sampah. Menurutnya, perlunya investasi pada mesin pengelola sampah, yang saat ini baru tiga unit tersedia di Kota Yogyakarta.
“Kapasitas ketiganya hanya mencakup 150 ton dari total 300 ton sampah harian. Mungkin terkait dengan kebijakan anggaran, memang berkali-kali kita sampaikan bahwa prioritas APBD 2025 itu untuk penutasan masalah sampah, berapapun biayanya,” jelasnya.
Sementara Heroe berjanji memberikam insentif bagi RT/RW yang mampu mengurangi volume sampah serta menginisiasi penambahan kader khusus pengelolaan sampah di tingkat kelurahan.
“Program jumilah-jumangkut (juru memilah-juru mengangkut) bisa menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah,” ujar cawawali Supena.
Berbeda, paslon nomor urut 2, Hasto Wardoyo, mengusulkan agar ada edukasi masyarakat dan pelibatan warga dalam pengelolaan sampah, termasuk memastikan industri dan perusahaan turut bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah. Ditekankan Hasto, tanggung jawab utama tetap pada pemerintah.
“Saya akan memanfaatkan mesin incinerator yang sudah tersedia 3 unit dan dana insentif daerah untuk meningkatkan kapasitas. Saya sepakat bahwa tentu perhatian kita jangan terus menekan pada warga yang terus menerus seolah-olah disalahkan membuat sampah atau mengeluarkan sampah yang tidak benar, tapi justru industri dan perusahaan yang juga harus kita ajak bersama-sama,” jelas Hasto.
Sementara paslon nomor urut 3, Afnan-Singgih mengusulkan pendekatan darurat 100 hari untuk menangani sampah yang sudah terlanjur menumpuk.
“Perlu mendorong industri untuk lebih bertanggung jawab melalui kebijakan insentif/disinsentif,” tandasnya. (lan)