bernasnews — Lima windu atau 40 tahun untuk usia sebuah perusahaan atau bisnis merupakan fase yang bisa disebut hebat karena tetap eksis hingga kini. Selain telah melampaui beberapa kali pergantian presiden yang berati juga mengalami pergantian kebijakan dalam bidang ekonomi.
Juga bisa terhindar dari badai Covid-19 di mana dampak pandemi ini telah memporak porandakan berbagai bisnis dan usaha baik dalam bidang jasa maupun produk banyak yang gulung tikar. Apalagi dalam perusahaan yang memadukan kepentingan bisnis dan aspek sosial secara bersama, tentunya akan lebih rentan lagi.
Namun semua kalkulasi itu tidak berlaku untuk usaha Pembuatan dan Toko Peti Jenazah Sedyo Rahayu, yang bertempat di Jalan Gambiran, Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta. Usaha yang dirintis oleh pasangan suami istri Yosef Tata Bhumi Putranto dan Maria Tatik Supriyatingsih, sejak tanggal tanggal 19 November 1984, tepatnya 40 tahun silam.
Dalam rangka ungkap syukur 40 tahun berkarya, Keluarga Besar Sedyo Rahayu menyelenggarakan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Laurentius Dwi Merdi Nugroho, Pr dan dilanjut acara Ramah Tamah bersama Romo, para Suster Sang Timur Komunitas Pakel, mitra kerja dan relasi, serta seluruh karyawan, bertempat di Kapel Susteran SangTimur, Jalan Batikan, Yogyakarta, Minggu (24/11/2024).
Dalam sambutannya Yosef Tata Bhumi Putranto yang didampingi oleh sang istri Maria Tatik Supriyatingsih menyampaikan ucapan terima kasih kepada Romo Merdi dan juga suster-suster karena tanpa bimbingan dan doanya tidak bisa berbuat apa-apa, serta mengapresiasi pada seluruh panitia/ karyawan yang telah mempersiapkan acara ini dengan baik.
“Juga terima kasih kepada semua mitra kerja atau relasi Sedyo Rahayu, yang diantaranya dari toko-toko bunga dan toko snack yang telah melayani bekerja sama untuk bersama memberikan pelayanan terhadap konsumen atau keluarga yang berduka,” ungkap Pak Totok, panggilan akrab Yosef Tata Bhumi Putranto.
Sementara itu Tatik sang istri menambahkan, bahwa mengawali usaha pembuatan peti jenazah hingga kini adalah dari masa kebangkrutan usaha material (bahan bangunan) yang kemudian banting setir usaha ini yang diberi nama usaha Sedyo Rahayu.
“Awalnya Pak Totok tidak berkenan namun karena ada harapan berupa misi sosial harus diutamakan sehingga beliau mengizinkan. Sampai sekarang puji Tuhan lantaran hingga kini Boss kami (Tuhan) tetap mempercayakan untuk mengelola Sedyo Rahayu. Jadi kami ini semuanya sekadar buruhNya saja dan misi sosial itu yang tetap harus diutamakan,” ujar dia.
Tatik juga berharap agar jalinan kerja sama dengan para mitra, Romo dan Suster tetap dipererat dan dikembangkan lebih lanjut untuk masa-masa yang akan datang. “Sekarang yang melanjutkan usaha ini adalah anak-anak kami yang semuanya ada 4 orang, dua putri dan dua putra. Namun kami berdua masih tetap mendampinginya,” imbuhnya.
Sedyo Rahayu dalam menapaki usia bisnis yang ke 40 tahun, di bawah naungan manajemen PT. Kusuma Bumi Rahayu (Juni, 2020) dalam era digital marketing juga telah mempersiapkan dengan baik. Hal ini bisa terlihat dari produk-produk peti jenazah yang dijualnya diberi merek dan barcode guna menghidari pemalsuan dan persaingan yang tidak sehat, pembuatan flyer price list, dan pemanfaatan media sosial untuk promosi.
Pelayanan Sedyo Rahayu buka selama 24 jam, dengan tagline “Berkarya Melayani Sesama”, selain peti jenazah dan perlengkapan. Juga melayani jaysa memandikan dan perawatan jenazah (pangrukti laya), serta tenaga angkat peti untuk pengantaran sampai ke pemakaman. Adapun beberapa jenis peti yang dijual antaralain, jenis Mataraman (peti biasa), Ventura, Diplomat, dan Ukir Relief Perjamuan Terakhir, Yesus bersama 12 muridnya. (ted)