JREF 2024: Strategi Hilirisasi Pertanian dan Ketahanan Pangan di Jawa

Narasumber dan moderator diseminasi hasil kajian forum JREF 2024. (Foto: Kiriman Y. Sri Susilo, ISEI Yogyakarta)

bernasnews — Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM dan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan Java Regional Economic Forum (JREF) 2024.

Kegiatan dengan topik “Strategi Hilirisasi Pertanian Guna Meningkatkankan Nilai Tambah dan Memperkuat Ketahanan Pangan di Jawa”, dengan agenda Koordinasi Wilayah (Rakorwil) dan Diseminasi Hasil Kajian Hilirisasi Pangan Wilayah Jawa dilaksanakan di Hotel Westin, Surabaya, Rabu (20/11/2024).

Dalam acara kegiatan diseminasi diikuti oleh 280 peserta yang merupakan perwakilan Kementerian/Lembaga terkait, Kepala Perwakilan BI se-Jawa, Pemda/Biro/Dinas Provinsi terkait se-Jawa, Pengurus Asosiasi Pengusaha/Industri, Pengurus ISEI se-Jawa, Akademisi dan pemangku kepentingan lainnya.

Juga hadir perwakilan dari DIY diantaranya Ibrahim, Kepala KPwBI DIY; Yuna Pancawati, Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Setda DIY; Y. Sri Susilo, Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta; Hari Kusuma SN, Wakil Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta; Ardito Bhinadi, Peneliti FEB UPNVY, dan sejumlah Kepala Dinas Pemda DIY yang terkait.

Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim Erwin Gunawan dalam sambutan menyatakan, bahwa kinerja ekonomi wilayah Jawa hingga triwulan III 2024 tetap terjaga dengan inflasi/IHK (Indeks Harga Konsumen) yang terjaga serta inflasi kelompok makanan dan minuman yang melambat.

Menurut Erwin, berkaitan dengan pasokan pangan untuk pengendalian inflasi, maka upaya untuk mendorong hilirisasi pangan sangat penting. “Upaya hilirisasi pangan diharapkan dapat mendorong momentum perbaikan ekonomi dan stabilisasi ekonomi,” kata Erwin, dalam rilis yang dikirim oleh Y. Sri Susilo, Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta.

Selanjutnya Erwin menjelaskan output dari hilirisasi pangan adalah meningkatnya persentase output terhadap sektor agroindustri, penimngkatan serapan tenaga kerja dan peningkatan pendatan rumah tangga.

Sementara itu, Deputi Direktur DKEM BI Maxmilian T. Tutuarima menyatakan berdasarkan multi-pronged approach, hilirisasi pangan dapat memperkuat strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta mendukung pemerataan ekonomi dan ketahanan pangan.

“Model pengembangan hilirisasi pangan yang sukses umumnya mengacu pada model bisnis end-to-end mencakup kegiatan dari hulu hingga hilir,” tegas dia.

Menurut Maxmilian, setidaknya terdapat tiga faktor kunci sukses dalam hilirisasi pangan. Ketiga hal termaksud adalah, 1) faktor produksi terkait dengan adopsi teknologi meningkatkan produktivitas, peningkatan nilai tambah (hilirisasi), serta pengolahan pascapanen. 2) Kelembagaan yang mencakup kewirausahaan, kelembagaan usaha, standarisasi/sertifikasi produk, serta pembiayaan. 3) Promosi termasuk skema kemitraan/model bisnis, optimalisasi berkembanganya teknologi, serta kemudahan ekspor.

Kepala KPwBI DIY Ibrahim foto bersama perwakilan DIY di forum JREF 2024 usai kegiatan. (Foto: Kiriman Y. Sri Susilo, ISEI Yogyakarta)

Selanjutnya Hasil riset dengan judul “Strategi Hilirisasi Pertanian Guna Meningkatkan Nilai Tambah dan Memperkuat Ketahanan Pangandi Jawa” dipresentasikan oleh Sahara, Diretur ITAPS IPB/Guru Besar IPB. Dalam kajian ini dipilih komoditas Beras, Cabai Bawang Merah, Rumput Laut,  Perikanan (Tuna, Tongkol, Cangkalang/TTC, Udang, Lele), dan Kopi.

Kesimpulan dari riset tersebut antara lain, 1) produk hilirisasi terbatas pada produk siap konsumsi dengan tantangan kendala pasokan bahan baku (on-farm), modal, teknologi, pembiayaan, dan pasar (off-farm). Peluang pengembangan hilirisasi dapat dioptimalkan melalui diversifikasi produk olahan ke sektor industri makanan minuman, farmasi, kesehatan, dan kosmetik, serta penguatan kemitraan dengan horeka, pasar ekspor, dan industri pengolah.

2) Khusus produk perikanan, hasil analisis rantai nilai menunjukkan bahwa produk segar memiliki nilai tambah tertinggi dan proses menjaga kesegaran menjadi bagian dari upaya meningkatkan nilai tambah produk.

3) Investasi hilirisasi komoditas Beras, Cabai, Bamer, Tuna Tongkol Cakalang (TTC), Rumput Laut, Udang, Kopi memiliki dampak positif terhadap output, pendapatan rumah tangga, dan penyerapan tenaga kerja.

4) Produk hilirisasi terbatas pada produk siap konsumsi dengan tantangan kendala pasokan bahan baku (on-farm), modal, teknologi, pembiayaan, dan pasar (off-farm). Peluang pengembangan hilirisasi dapat dioptimalkan melalui diversifikasi produk olahan ke sektor industri makanan minuman, farmasi, kesehatan, dan kosmetik, serta penguatan kemitraan dengan horeka (hotel, restoran dan katering), pasar ekspor, dan industri pengolah.

Dalam kesempatan yang sama seusai acara, Ibrahim selaku Kepala KPwBI DIY menyampaikan terima kasih dan apresiasinya kepada mitra kerja dan kolega baik perwakilan Pemda DIY, Anggota Tim Peneliti dan ISEI Cabang Yogyakarta. “Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas kehadiran serta partisipasi rekan kerja dan kolega baik perwakilan Pemda DIY, Anggota Tim Peneliti dan ISEI Cabang Yogyakarta,” ujarnya. (*/ ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *