News  

Persoalan Halal, Edukasi Harus Terus Dilakukan agar Menjadi Konsumen Cerdas

Poster promo kegiatan. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Menjadi konsumen cerdas dan kritis dalam memilih produk halal adalah sebuah pilihan. Di Indonesia walau mayoritas penduduknya muslim, tetap harus dilakukan edukasi tiada henti, sebab kebanyakan umat memahami halal sebatas pada makanan dan minuman saja.

Pasalnya banyak barang barang yang kita gunakan dan harus diperhatikan kehalalannya juga. Halal itu memiliki pengertian luas, yaitu menyehatkan menentramkan dan membuat lebih melegakan karena memang diperintahkan oleh agama Islam.

Hal itu mengemuka dalam acara JSM Morning Talks via zoom, Rabu pagi (13/11/2024). Acara diskusi yang penyelenggaraannya bekerjasama dengan Bidang Halal MES DIY. Menghadirkan Prof.DR Hj Nur Khasanah Mahfudz, guru besar Farmasi Universitas Ahmad Dalan (UAD) Yogyakarta, sebagai narasumber.

Kegiatan ini diikuti oleh 98 peserta tersebar dari seluruh Indonesia dan bahkan ada 6 peserta dari Hongkong dan Taiwan.

Menurut Prof Nur Khasanah,  kita harus mau dan bersedia menjadi konsumen cerdas khusus nya dalam menggunakan produk produk yang setiap hari kita pakai. Misalnya, kain halal atau busana, sepatu, tas, kacamata, kebutuhan rumah tangga dari wajan, serok, garpu, dan bahkan kulkas sekalipun dipastikan ada lisensi dan sertifikat halal.

“Jadi jangan hanya dipahami bahwa halal hanya makanan dan minuman saja, tetapi produk produk yang setiap hari kita temukan harus ada sertifikat halalnya, karena inilah perintah agama kita agar mendapat kehidupan berkah dan ridho Allah,” kata dia, dalam keterangannya yang dikirim.

Dijelaskan Prof Nur Khasanah, tidak sulit untuk mengeceknya apakah produk produk itu telah tersertifikasi halal atau belum, diantara selain ada pencantuman logo halal versi gunungan wayang warna ungu atau lingkaran warna hijau untuk yang lama atau buka web www.bpjph.halal.go.id/search/sertifikat.

“Kalau belum yakin boleh berkirim WA ke Halal Indonesia +6281180103146 Atau email: [email protected]. Ada 50 juta lebih produk yang sudah terdaftar dan mendapatkan sertifikat halal, dan masih lebih banyak yg belum,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama Drs H Taufik Ridwan Ketua Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) DIY dan Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia DIY berharap, edukasi  menjadi konsumen cerdas tidak hanya dilakukan oleh para guru dan organisasi tetapi juga oleh keluarga di rumah.

Menurut Taufik, orang tua harus mulai memilihkan produk anak – anaknya yang tersertifikasi halal, apapun produknya.

“Mulailah dari produk produk yang kita pakai di kamar mandi dan dapur, bagaimana pasta gigi, sikat gigi, sabun, sampo, sisir dan bahkan cream pelembab harus jelas kehalalannya. Juga bagaimana sotel (alat penggoreng) untuk masak pun harus halal, wajan teflon pun harus halal,” harapTaufik.

Sementara itu Nur Aisyah Haifani, ST dari Lembaga Halal PWM DIY juga mengingatkan bahkan dalam dunia fashion, perkainan pun sudah banyak produk halal, khusus untuk fashion batik juga sangat erat kaitannya dengan produk halal. Misalnya malam untuk membatik, kuas, dan lainnya apakah halal? Maka sangat berpengaruh kepada produk fashion apakah halal dan layak kita gunakan atau sebaliknya.

Seorang peserta zoominar dari Gresik Arif mengungkapkan tentang sulitnya mencari produk produk halal di lapangan atau kehidupan sehari hari. Menurut Arif, bahkan ada produk yang belum mendaftarkan dan mendapatkan sertifikat halal tapi berani mencantumkan logo halal.

“Dalam hal ini harus ada tim monitoring pemanfaatan logo produk halal di mana pun agar masyarakat tidak ditipu oleh oknum yang menyesatkan dalam hal produk halal,” ujarnya. (*/ ted)