bernasnews – Jagat perfilman di Tanah Air kembali menghadirkan film teranyarnya berjudul Tebusan Dosa. Mengusung genre horor, film karya sutradara Yosep Anggi Noen ini menggebrak industri perfilman Indonesia pasalnya menawarkan perspektif baru sehingga membawa nuansa berbeda dengan film genre horor lainnya.
Dalam sesi media interview di Yogyakarta, Anggi mengatakan ini merupakan film horor pertama yang digarapnya selama terjun langsung di industri perfilman.
Kata dia, film yang akan tayang perdana 17 Oktober mendatang ini akan menampilkan pendekatan unik dengan kisah horor di lingkungan sub-urban yang menggeser paradigma umum film hantu Indonesia yang kerap berlatar tempat terpencil atau rumah angker.
“Kami mencoba membangun horor dari hal-hal yang organik dan dekat dengan keseharian masyarakat. Bukan hantu konvensional yang menjadi fokus, melainkan ketakutan akan kehilangan dan trauma yang menghantui,” kata Sutradara Yosep Anggi Noen saat konferensi pers di Cinepolis Lippo Plaza Yogyakarta, Senin (14/10/2024), sore.
Dengan mengangkat tema kehilangan, harapan, dan kekuatan keluarga, Anggi mengatakan film Tebusan Dosa ini memberikan pengalaman sinematik yang lebih dari sekadar hiburan.
Selain itu, film ini juga bisa menjadi sebuah renungan tentang kehidupan dan keluarga. Menariknya, film ini juga menyentuh isu-isu sosial yang relevan dimana menggambarkan perjuangan perempuan dari kalangan menengah ke bawah mencari kebahagiaan dan mempertahankan keluarga.
“Ini adalah film tentang harapan. Jangan pernah kehilangan harapan, meskipun jalannya menakutkan,” tambah Yosep.
Pemeran Utama yang memerankan karakter Wening, Happy Salma menceritakan Tebusan Dosa sangat riil, di mana tokoh utama perempuan yang mengalami hal berat kecelakaan dan kehilangan anak dan ibunya.
Di film ini, Happy Salma mengaku juga merasakan kisah yang seram, sehingga tak butuh sugesti tertentu untuk berperan.
“Kisahnya sendiri sudah seram, biasanya kita bangun dengan artistik atau cerita yang dibangun sebagai sugesti. Di film ini ceritanya sudah buat seram, peristiwa dan teks secara alami membangun rasa takut saya. Ini mengapa terasa sangar relate dan harapannya sampai ke penonton,” ujar Happy.
Peran Wening ini, kata dia, tidak hanya menuntut emosi mendalam sebagai seorang ibu, tetapi juga berbagai keterampilan baru yang harus dikuasai Happy.
Menghadapi berbagai tantangan dalam mendalami peran ini, Happy Salma harus belajar mengendarai motor dan jualan online.
Bagi dia, film ini bukan sekadar cerita horor. Tetapi ada drama, misteri, dan lapisan emosi yang sangat dalam. Bahkan banyak penonton yang mengatakan film ini terasa sangat nyata.
“Mungkin ini bisa jadi relate bagi banyak perempuan dari kalangan menengah ke bawah, yang setiap harinya berjuang untuk bertahan hidup,” katanya.
Sementara Putri Marino yang memerankan Tirta, seorang podcaster misteri, Tebusan Dosa menjadi film horor perdananya yang langsung membawa tantangan besar.
Dia merasa cerita yang dibangun sangat berelasi dengan kehidupan sehari-hari yang membuat juatru sangat menakutkan.
“Kami berusaha keluar dari stereotipe horor yang gitu lagi gitu lagi. Harus ada kemungkinan lain, membicarakan rasa takut, bahwa ada hantunya, iya. Tapi ini di situasi sehari-hari yang dihadapi,” pungkasnya. (lan)