News  

Paguyuban Sumarah Bekali Anggota Penghayat Kepercayaan agar Bisa Berkontribusi di Berbagai Sektor

Paguyuban Sumarah Gelar Sarasehan Nasional bertajuk peningkatan kapasitas bagi warga penghayat kepercayaan. (Foto : Wulan/ bernasnews)

bernasnews – Paguyuban Sumarah berkolaborasi dengan Direktorat Kepercayaan dan Masyarakat Adat (KMA), Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek), menggelar Sarasehan Nasional bertajuk peningkatan kapasitas bagi warga penghayat kepercayaan, Sabtu (5/10/2024).

Kegiatan ini menjadi upaya untuk memberdayakan para Penghayat Kepercayaan di berbagai wilayah termasuk di Yogyakarta agar dapat berkontribusi langsung di berbagai sektor.

Salah satu Generasi Muda Paguyuban Sumarah Aulia Dyah Rahmayanti mengatakan bahwa sosialisasi ini dilaksanakan tak lepas dari masih adanya sebagian masyarakat yang belum teredukasi tentang keberadaan penhayat kepercayaan.

Hal ini kemudian memicu adanya diskriminasi dan munculnya stigma-stigma negatif terkait penghayat kepercayaan sehingga membuat mereka sulit berkontribusi di banyak hal.

Oleh karenanya, lewat gelaran ini, pihaknya ingin ada pemberdayaan sekaligus memberikan kepercayaan diri bagi para penghayat kepercayaan yang notabene dapat berkontribusi terhadap bangsa dan negara.

Nantinya para peserta diajak mengenali kembali keberadaan penghayat kepercayaan yang menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia.

“Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu kearifan lokal dari budaya dan sejarah sesepuh Indonesia atau tokoh sejarah Indonesia yang wajib dilestarikan,” ujar Aulia saat ditemui di Pendopo Sumarah Wirobrajan, Sabtu (5/10/2024).

Selain itu, para penghayat kepercayaan diajak untuk memahami bagaimana menyikapi stigma negatif yang berkembang di masyarakat.  

Dalam hal ini pihaknya turut menggandeng Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) sebagai organisasi penghimpun penghayat kepercayaan. Dengan demikian, penghayat kepercayaan bisa turut berkontribusi dalam berbagai kegiatan masyarakat.

Aulia ingin menegaskankepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu jadi salah satu kearifan lokal dari budaya, sekaligus sejarah sesepuh Indonesia. Hal tersebut sudah ada selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

Selain melakukan pemberdayaan dam memberikan kepercayaan diri bagi para penghayat kepercayaan, sosialisasi tersebut juga mengajak para anggota untuk bijak dengan ragam stigma dari masyarakat.

“Dengan demikian, penghayat kepercayaan bisa turut berkontribusi dalam berbagai kegiatan masyarakat,” lontarnya.  

Perwakilan Direktorat KMA Kemendikbudristek Aji Widayanto mendorong agar para organisasi atau paguyuban penghayat kepercayaan yang ada di wilayah untuk meningkatkan kapasitas anggotanya. Sebab, terjadi tren penurunan dari aspek jumlah organisasi penghayat kepercayaan di Indonesia dari tahun ke tahun.

Aji menjelaskan sekitar tahun 1980 setidaknya ada 300-an organisasi penghayat kepercayaan di Indonesia. 

Sementara, pada tahun 2011 jumlahnya diketahui menurun menjadi 250-an organisasi. Selang 9 tahun kemudian tepatnya pada 2020 organisasi penghayat kepercayaan tersisa 176. Lalu, sedikit meningkat pada 2023 menjadi 179. Begitupula pada tahun 2024, hanya tersisa 153 organisasi yang aktif dan tercatat pada Direktorat KMA. 

Atas kondisi itu, Aji menuturkan masing-masing organisasi perlu melakukan upaya peningkatan kapasitas. Utamanya bagi perempuan dan generasi muda. Ini lantaran keduanya memegang peranan penting pada keberlanjutan organisasi.

“Realita ini patut menjadi perhatian pada para pengahayat karena banyak penurunan dari tahun ke tahun. Mungkin ada terkait dengan tata kelola organisasi dan lain-lain. Permasalahannya dari banyak aspek kenapa organisasi itu bisa bubar,” tandasnya. (lan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *