bernasnews — Pohon Kelapa merupakan salah satu vegetasi kekayaan negara Indonesia, yang serba guna dari buah, daun, pelepah hingga batangnya dapat dimanfaatkan semua sehingga sangatlah pantas jika tunas kelapa dijadikan untuk simbol gerakan Pramuka.
Buah kelapa yang terdiri dari daging, tempurung dan sabut, sudah sangat jelas manfaatnya. Daging kelapa dimanfaatkan dalam masak memasak, sedangkan tempurung dan sabut sudah sangat sering dijumpai sebagai bahan karya seni maupun sebagai peralatan dapur, seperti sendok sayur, sapu dan tali.
Selain itu, limbah berupa tempurung dan sabut kelapa ini juga dapt diolah menjadi biochar dan cocopeat, sebagai media untuk bercocok tanam, baik tanaman hias, sayuran, ataupun tanaman lainnya. Pembuatan dua produk ini menjadi kegiatan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam pengabdian pada masyarakat dengan memanfaatkan limbah kelapa, di Kalurahan Tayuban, Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, DIY.
“Biochar adalah bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organic melalui proses pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas atau pyrolysis,” papar Rahma Primadani Putri (Pendidikan Kimia), dalam keterangan yang dikirim oleh Humas UNY, beberapa waktu lalu.
Aplikasi biochar ke lahan pertanian (lahan kering dan basah) dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air dan hara, memperbaiki kegemburan tanah, mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan perkembangan penyakit tanaman tertentu serta menciptakan habitat yang baik untuk mikroorganisma simblotik.
“Aplikasi biochar mampu memberikan efek positif terhadap stabilitas agregat tanah, retensi air dan hara akibat peningkatan karbon tanah,” ungkap dia.
Lanjut Rahma menjelaskan, alat dan bahan pembuatan biochar adalah tungku pembakaran, alat tumbuk, tempurung kelapa dan air. Cara membuatnya tempurung kelapa dikeringkan lalu masukkan dalam mesin pencacah.
Kemudian kayu bakar dimasukkan dalam drum lalu bakar cacahan tempurung kelapa secara pyrolysis selama 3 jam. Setelah menjadi arang dikeluarkan dan siram dengan air. “Setelah itu keringkan di bawah sinar matahari. Tumbuk hingga halus menjadi biochar yang siap untuk digunakan,” pungkas Rahma.
Selanjutnya, Muhammad Shiddiq Wicahyo memaparkan cara pembuatan cocopeat yakni serbuk dari serabut kelapa, dengan pH antaran 5,0 hingga 6,8 sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman apapun. Media tanam menggunakan cocopeat biasanya digunakan dalam metode hidroponik.
“Cocopeat dapat meningkatkan serapan unsur hara, mengurangi pencucian hara, menambah daya tampung air dan degradasi kesehatan tanah. Dapat meningkatkan KTK, meningkatkan biomassa dan kelimpahan mikro organisme, dan membantu menetralkan pH tanah, ” terang mahasiswa UNY Pendidikan Teknik Mekatronika itu.
Bahan dan alat pembuatan cocopeat adalah toples, gelas ukur, sarung tangan, gula pasir, larutan starter dan air. Larutan starter dapat menggunakan pupuk organik cair. Cara membuatnya pisahkan cocofiber dan cocopeat menggunakan sisir besi. Kemudian masukkan serbuk cocofeat dalam larutan, aduk sampai rata.
“Campurkan 30 gram gula pasir dan 30 ml EM4 dalam 2 liter air, lakukan fermentasi selama 2-6 minggu dalam suhu ruang, pastikan wadah tertutup rapat. Cocopeat siap digunakan,” ujar Muhammad Shiddiq Wicahyo.
Munurut Putri Primadani, meskipun cocopeat dan biochar merupakan media tanah yang dapat digunakan untuk bercocok tanam namun terdapat perbedaan antar keduanya dimana cocopeat memiliki kemampuan dalam menahan air.
“Sedangkan biochar memiliki kemampuan untuk menahan air, menaikkan pH tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik sehingga mudah diserap oleh tanaman,” kata dia.
Apabila cocopeat dan biochar digunakan secara sendiri-sendiri dapat memberikan manfaat yang baik bagi tanaman, tetapi apabila keduanya digunakan secara bersamaan akan memberikan manfaat yang lebih untuk tanaman.
Menurut anggota UKM Penelitian UNY itu, komposisi yang tepat dalam penggunaan cocopeat maupun biochar dengan menggunakan tanah apabila tidak dicampurkan keduanya adalah 1:1. “Sedangkan apabila cocopeat dan biochar digunakan secara bersamaan maka komposisi antara tanah dengan keduanya adalah 2 : 1,” ujar Putri Primadani. (*/ ted)