News  

UWM Gelar Sosialisasi dan Doa Bersama, Mengawali Pembangunan Tahap II Kampus Terpadu UWM

Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Edy Suandi Hamid, M.Ec beserta jajaran pimpinan UWM foto bersama dengan tamu undangan usai acara sosialisasi dan doa bersma mengawali pembangunan Tahap II Kampus Terpadu UWM. (Nuning Harginingsih/ bernasnews)

bernasnews — Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta akan melanjutkan pembangunan kampusnya Tahap II, dengan mendapatkan dukungan dari Kementrian  PUPR dan Kementrian BUMN. Acara sosialisasi dan doa bersama mengawali Pembangunan diselenggarakan, di Pendopo Kampus Terpadu UWM, Kalurahan Banyuraden, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Minggu (21/7/2024).

Kegiatan ini dihadiri oleh Rektor  UWM Prof. Edy Suandi Hamid, M.Ec, Para Wakil Rektor dan Pimpinan Kampus UWM, Panewu Gamping Tamzis Sarwana, S.Sos, M.I.P, Lurah Banyuraden Sudarisman, S.T, Muspika Kapanewon Gamping, Ketua RW dan RT lingkungan setempat. Juga beberapa perwakilan warga sekitar serta konsultan dan pelaksana pembangunan.

Rektor UWM Prof. Edy dalam sambutan menyampaikan  permintaan maaf kepada warga sekitar apabila dalam proses pembangunan tahap ke II kampus UWM ini merasa terganggu. Pasalnya nantinya akan ada suara – suara bising mungkin bisa terjadi sampai malam hari lantaran target akhir tahun ini pembangunan harus sudah selesai.

“Tahap ke II pembangunan ini akan dibangun seluas 4.823 m2  dengan biaya Rp.46.19 Milyar, terdiri dari dua Gedung  Widya Pambiji dan Papan Radya  dari PUPR dan Kementrian BUMN. Adapun untuk membangun Gedung  Piwulangan seluas 2.652 m2 dan  Rligiuos Center (Widya Nusantara ), dengan total anggaran sebesar Rp.33.473 Milyar,” ungkap Prof. Edy.

Lebih lanjut Rektor UWM mengatakan, bahwa yang dikerjakan Kampus UWM adalah Kerja Ibadah, yakni membangun sarana pendidikan, menyediakan tempat untuk menuntut ilmu karena mutu pendidikan  kita masih rendah. Menurut Prof. Edy, hal itu berdasar dari angka PISA (Progamme For International  Student Assessment) dari OECD, yang membandingkan kemampuan mata pelajaran matematika, membaca, sains para siswa, dari 80an anggota Indonesia masuk lapisan paling bawah.

Hal itulah yang menjadi tantangan kita untuk  mencerdaskan anak bangsa dan pendiri UWM yakni Sultan HB IX peduli dengan masalah tersebut sehingga pada tahun 1982 mendirikan Kampus UWM ini. “Sultan HB IX bukan sekedar mengekor lembaga Pendidikan (Perguruan Tinggi) yang sudah ada namun beliau ingin membangun pendidikan  yang berbasis budaya, budaya Yogyakarta yang adiluhung,” terang Prof. Edy.

“Juga ingin melahirkan sarjana , cendekiawan yang tidak saja pintar namun juga memiliki karakter yang baik, berakhlak mulia, attitude yang sesuai dengan budaya timur termasuk para dosen dan tendiknya. Sehingga tema yang kita ambil dalam acara ini adalah Menuju UWM Unggul Berbasis Budaya,” tandasnya.

Sementara itu, Panewu Gamping Tamzis Sarwana dalam kesempatan ini menyampaikan, bahwa UWM  itu ada dua plat merahnya dan ada plat Kraton-nya. Menurut Tamziz, lantaran ini kampus milik kraton  dan semua tanah di Yogyakarta adalah milik kraton yang diberikan kepada rakyatnya dan  sudah diakui di seluruh dunia.

“Sehingga BPN pun dalam pengurusan soal pertanahan selalu berkoordinasi dengan Pemerintahan Daerah DIY bukan berdasar aturan Negara Republik Indonesia,” ucap dia.

Pihaknya berharap pembangunan Kampus UWM tahap ke II, dari pihak pelaksana pembangunan agar menaati kode etik yang berlaku. Apabila terjadi hal – hal yang ingin disampaikan silahkan datang ke lokasi dan kita harus selalu kontroling pembangunannya.

“Untuk  kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan di kampus, sillahkan bekerjasama dengan warga sekitar. Misalnya dengan menghidupkan UMKM yang ada, dengan memesan makanan/ konsumsi  dari warga sekitar. Juga pemberdayaan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh UWM bisa melibatkan warga sekitar kampus,” harap Tamzis. (nun)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *