bernasnews — Prof. Aloysius Gunadi Brata, S.E., M.Si., Ph.D, menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul “Menakar Kuasa Destruksi Kreatif (Dalam Dinamisme Ekonomi)”, bertempat di Hall Lantai 3 Gedung Slamet Rijadi (Student Center), Kampus 2 Univesritas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) Babarsari, Yogyakarta, Kamis (11/7/2024).
Hadir dalam pidato pengukuhan tersebut sejumlah guru besar dari universitas antara lain Prof. Budy P Resosudarmo, Crawford School of Public Policy, ANU; Prof. Doddy Setiawan, FEB UNS, dan beberapa guru besar UKSW Salatiga, Jawa Tengah.
Dalam pidatonya, Prof. Aloysius memberikan gambaran atau contoh destruksi kreatif (creative destruction) dari sebuah cover buku yang disobeknya. “Buku yang saya sobek covernya ini nampak menjadi rusak, di sisi lain sobekan cover tersebut jika dimanfaatkan untuk keperluan lain maka penyobekan cover buku tidak hanya bersifat merusak namun juga dapat menimbulkan manfaat,” ucap Prof. Aloysius, penulis yang produktif di beberapa jurnal bereputasi internasional.
Teori destruksi kreatif digagas oleh Schumpeter (1947). Teori tersebut menggambarkan suatu proses di mana inovasi dan teknologi baru membongkar struktur yang ada dan melahirkan struktur yang baru. Proses inilah yang secara terus-menerus melahirkan kemajuan dan menjadi fakta penting kapitalisme.
“Destruksi tidaklah selalu sekedar destruksi, tetapi lebih dari itu adalah bahwa destruksi justru dapat memberikan sesuatu yang lebih baru dan maju, ada dinamisme. Proses tersebut dapat berlangsung terus-menerus seperti sebuah siklus, yang menghasilkan kemajuan yang dinamis,” ujar Prof. Aloysius.
Dikatakan, perihal destruksi kreatif tampak tidaklah sesederhana sekedar menekankan inovasi ataupun teknologi baru demi dinamisme ekonomi, terlebih untuk pertumbuhan ekonomi belaka. Ketimpangan, keterbatasan daya dukung lingkungan, dan segala macam bentuk neraka modern bisa seketika hadir di tengah kita bila destruksi kreatif diterima begitu saja tanpa menengok lebih dalam asal-usul, kepentingan, dan dampak-dampak negatifnya.
“Kiranya penting untuk sejak dini awas dan jeli terhadap sisi destruktif dari destruksi kreatif,” tegas Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY.
Tentu ada pertanyaan penting, apakah ada kemampuan dan kemauan untuk menjinakkan “Badai Schumpeter” agar kesejahteraan sebagian besar manusia tidak kian tertinggal atau ditinggalkan oleh dinamisme ekonomi yang digerakkan oleh inovasi. “Pastilah tidak ada jawaban yang tuntas dan tunggal untuk isu tersebut,’ ungkap Guru Besar kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan.
Tetapi seharusnya ada perubahan yang transformatif, dan tidak membebani terutama kelompok yang selama ini masih terjebak dalam perangkap hidup kelas nan rentan. Sebagaimana disebutkan di atas, keterbukaan untuk memperdebatkan, membincangkan, pun merumuskan dan mencapai serta mengimplementasikan inovasi menjadi penting.
“Tanpa hal-hal demikian, yang mungkin terjadi adalah tenggelam ke palung laut nan dalam, terbawa oleh mitos-mitos yang menjadi jangkar pemikiran inovasi yang sisi destruktifnya dapat saja lebih berat daripada sisi kreatifnya,” terang Prof. Aloysius.
Dalam kesempatan itu, Sushardjanti Felasari, S.T., M.Sc.CAED, Ph.D. selaku Wakil Rektor I UAJY mengucapkan selamat atas pengukuhan Prof. Aloysius Gunadi Brata, S.E., M.Si., Ph.D. Bahwasannya sampai pada pengukuhan ini, jumlah Guru Besar UAJY adalah 18 orang dan akan segera bertambah 3 Guru Besar lagi dari berbagai bidang ilmu. Adapun Prof. Aloysius merupakan Guru Besar ke-4 yang pernah dimiliki oleh FBE UAJY.
“Menjadi seorang guru besar tentu bukan akhir dari pencapaian karir seorang dosen. Tetapi justru menjadikan gelar ini sebagai semangat yang senantiasa membangkitkan inspirasi baru untuk melahirkan karya-karya yang lebih unggul dan inovatif,” pungkas Felasari. (ted)