News  

Revitalisasi Benteng Kraton Selesai, Begini Respon Ketua Pokdarwis Panembahan Gumregah

Penampakan Pojok Benteng Kraton Yogyakarta lor wetan, yang pernah runtuh akibat perang Geger Spei. Gambar diabadikan Rabu (10/7/2024). Foto: Tedy Kartyadi/ bernasnews.

bernasnews — Revitalisasi Benteng Baluwerti Karton Yogyakarta secara masif terus berproses pembangunannya, sebagian terutama di sisi timur bagian dalam telah selesai dan nampak keindahan serta kegagahan kekokohan benteng itu.

Kita bisa bayangkan keindahan apabila kelak seluruh benteng selesai direvitalisasi. Keindahan benteng, oleh seorang pujangga dituliskan dalam tembang (lagu) macapat Mijil, “Ing Mataram betengira hinggil, Ngubengi Kedathon, Plengkung lima mung papat mengane, Jagang jero toyaning wening, Tur pinacak suji, Gayam turut lurung,”.

Dikutip dari buku Esiklopedi Kraton Yogyakarta, yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan (Kandha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, Cetakan Kedua 2014, bahwa satu tembang macapat Mijil di atas menggambarkan keadaan beteng dan plengkung serta jagang atau parit yang mengelilingi beteng Kraton Yogyakarta.

Suasana dalam benteng sisi timur yang membentang di Kampung Mangunegaran, Kelurahan Panembahan, Kraton, Yogyakarta, Rabu (10/7/2024). Foto: Tedy Kartyadi/ bernasnews.

Adapun terjemahan bebas dari tembang tersebut adalah sebagai berikut, “Di Mataram (Kraton Yogyakarta) mempunyai beteng tinggi yang mengelilingi kraton. Plengkungnya lima buah dan hanya empat yang terbuka. Parit yang mengelilingi beteng dalam dan airnya jernih, lagi pula diberi pagar pacak suji, dan pohon gayam di sepanjang jalan,”.

Benteng kraton beserta bangunan yang ada di dalamnya termasuk keberadaan bangunan Kraton Yogyakarta merupakan bagian yang tidak terpisahkan terpisahkan dari Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia, ditetapkan dalam Sidang ke-45  Komita Warisan Dunia (World Heritage Commite/ WHC), di Riyadh, Arab Saudi, tanggal 18 September 2023.

Warisan Budaya Dunia (World Heritage) dengan tajuk ‘The Cosmologigal Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks’, berbeda dengan kompleks candi atau warisan dunia lainnya yang mudah terlihat karena bentuknya. Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan sebuah konsep tata ruang yang penuh makna.

“Secara simbolis, konsep tata ruang ini melambangkan keselarasan dan keseimbang hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, maupun manusia dengan alam,” terang Y. Sri Susilo, Ketua Pokdarwis Panembahan Gumregah, Kemantren Kraton, Yogyakarta, kepada bernasnews, Rabu (10/7/2024).

Suasana pembangunan revitalisasi beteng bagian dalam yang membentang di pinggir ruas Jalan Madyosuro, Kampung Gamelan, Kelurahan Panembahan. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Seperti diketahui bahwa bangunan Benteng Kraton Yogyakarta sisi timur merupakan masuk kewilayahan Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton. Selain terdapat central kuliner gudeg Mijilan, yang telah dikenal oleh wisatawan secara nasional maupun internasional.

Kekinian wilayah Kelurahan Panembahan juga bertumbuh kafe dan resto yang mempunyai kekhasannya tersendiri. Artinya, sebagai bagian dari sirip-sirip Sumbu Filosofi dan penyangga Kraton Yogyakarta, tentu kedepannya bisa menjadi destinasi wisata yang menarik.

“Jika revitalisasi beteng kraton sudah jadi maka dapat dioptimalkan untuk mendukung kegiatan pariwisata, baik wisata budaya maupun sportourisme (olahraga). Wisata budaya dapat dilakukan dengan melihat kemegahan beteng dengan jalan kaki atau bersepeda,” kata Susilo, yang juga penggiat gowes dan pengamat kuliner.

Lebih lanjut Susilo mengatakan, agar dapat dioptimal maka perlu disiapkan paket wisata untuk menikmati keindahan beteng dan obyek wisata jeron beteng lain. Menurut dia, paket tersebut dapat dijual kepada wisatawan domestik dan mancanegara, yang juga harus melipatkan pokdarwis lainnya yang ada di Kemantren Kraton.

“Sinergi dan kolaborasi antara Kraton, Dinas Pariwisata, Biro Wisata & Pokdarwis menjadi syarat pokok keberhasilan penjualan paket wisata tersebut. Juga ditambah kesiapan masyarakat serta pengampu wilayah yang ada di kampung-kampung setempat,” ujar Susilo, yang juga Pengurus KADIN DIY. (ted)