Permainan Jadul, Adu Gambar Wayang yang Semakin Langka

Penampakkan lembar gambar wayang, yang untuk memainkan harus dipotong-potong layaknya dijadikan kartu. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews — Mainan gambar wayang yang tertampil sebagai penghias artikel di atas bagi generasi kekinian tentu sudah jarang yang paham. Selain gambar wayang, kemudian disusul dengan gambar tokoh-tokoh super hero seperti Superman, Batma, Spiderman, dan sebagainya.

Sebagai permainan, gambar tersebut harus digunting atau dipotong-potong sesuai ukuran bidangnya yang kemudian dijadikan semacam kartu. Keberadaan permainan ini sempat jaya pada kisaran tahun 1970an sehingga banyak kios dan warung di kampung yang menjual mainan gambar tersebut.

Mbah Yun (65 tahun) seorang warga nJeron Benteng Kraton Yogyakarta mengungkapkan, bahwa anak-anak di sudut-sudut kampung masih ada yang memainkan gambar relatif masih ada. Hanya saja tidak seramai seperti zaman anak-anak dahulu. “Anak-anak sekarang lebih senang mainan hape atau gameonline,” ungkap dia.

Lebih lanjut sesepuh kampung ini menyatakan ketidaksetujuannya apabila permainan gambar wayang ini dianggap untuk ngajari judi pada anak-anak. Menurut Mbah Yun, permainan gambar wayang  bisa sebagai media untuk memperkenalkan seni budaya wayang sejak usia anak-anak.

“Memang benar di sudut pojok gambar tertera angka-angka namun ada bentuk permainan kartu gambar wayang si pemain harus bisa menjumlah dari angka yang tertera itu. Juga ada semacam bayar-bayaran namun itu merupakan apresiasi bagi yang menang bukan sebagai taruhan,” papar Mbah Yun. Ada tiga jenis permainan gambar wayang, sebagai berikut;

Umbul atau Keplekan:

Permainan jenis ini lazimnya hanya dimainkan oleh dua anak saja namun lebih pun juga bisa. Caranya, ambil selembar gambar (kartu) biasanya anak akan memilih tokoh wayang idolanya. Kemudian diletakkan di telapak tangan oleh masing-masing kedua peserta, lantas ditepukan hingga kartu jatuh ke tanah, kartu/ gambar yang posisinya terbuka atau terlentang yang dinyatakan menang.

Tekpo:

Permainan ‘Tekpo’ dimainkan oleh 4 anak yang duduk melingkar, dengan dipimpin oleh seorang anak yang mempunyai koleksi kartu gambar terbanyak. Tumpukan kartu dikocok, kemudian dibagi 4 sesuai jumlah peserta.

Masing-masing peserta membalikan tumpukkan kartu itu, apabila angkanya lebih besar dari milik pimpinan maka dia akan dapat apresiasi sejumlah gambar wayang berdasar kesepakatan bersama. Uniknya, jika dalam kartu tertera angka dua desimal.

Misal sebuah kartu berangka 25 maka yang dihitung adalah angka 5. Peserta dapat angka 25 (5), sementara pimpinan dapat angka 17 (7) maka yang dinyatakan menang adalah pimpinan dan dimana peserta yang kalah harus membayar pada pimpinan, sebaliknya kalau peserta mempunyai angka 19 (9) pimpinan yang membayar.

Dalam permainan Tekpo, masing-masing pemain masih mendapatkan kesempatan untuk menggantikan kartu yang dimiliki dengan tujuan untuk mendapatkan angka yang lebih besar dari milik pimpinan permainan sebab kalau sama atau draw, misal 17 (7) dengan 37 (7) maka peserta tidak mendapatkan apresiasi.

Jip jipan:

Prinsip permainan ‘Jip jipan’ seperti halnya permainan ‘Tekpo’ namun yang dibagikan hanya dua kartu, juga berdasar jumlah angka yang tertera sebagai ekor. Dimaikan oleh 4 peserta yang masing-masing mendapat kesempatan untuk saling tukar menukar kartu tapi dengan cara ditelungkupkan.

Peserta yang akan menukarkan kartu sembari berucap “jip” apabila disetujui maka peserta yang bersedia diajak bertukar kartu saat menukarkan juga mengucapkan “jip”. Proses tukar menukar kartu akan dihentikan apabila dirasa masing-masing peserta telah cukup dan peserta yang jumlah angkanya besar dinyatakan menang.

Perhitungan jumlah angka dalam kartu juga unik. Misal peserta mendapatkan dua kartu dengan angka 17 (7) dan 28 (8), maka hitungannya adalah 7 ditambah 8 sama dengan 15, maka besaran angka peserta adalah 1 tambah 5 dijumlah 6. Begitu pula bagi peserta lainnya. (ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *