‘Mini Bieb’ Menumbuhkan Minat Baca ala Belanda, Begini Caranya!

Seorang warga sedang mencari buku yang akan dipinjam di sebuah Min Beib, Mini Bieb yang ada di Nijmegen, Belanda. Foto sekadar untuk ilustrasi (Foto: Dok. bernasnews)

bernasnews — “Buku adalah Jendela Dunia”, demikian frasa sederhana ini mungkin telah kita dengar berkali-kali namun cukup banyak yang tidak paham makna yang terkandung di dalamnya sangat menakjubkan.

Bagaimana kita menjabarkan dengan buku untuk membuka jendela wawasan menuju dunia pengetahuan, imajinasi, dan pemahaman yang begitu luas.

Namun sangat disayangkan Indonesia yang selama ini telah terstigma sebagai negara yang warganya minat bacanya rendah. UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia.

Artinya minat baca warga sangat rendah. Menurut data UNESCO minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen, bahwa dari 1.000 orang Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca.

Kita tidak akan membahas persoalan itu lantaran pemerintah pun telah berupaya untuk meningkatkan minat baca warga Indonesia melalui dinas/ OPD terkait. Sementara minat baca pun akan dapat tumbuh apabila ada usaha mandiri dari warganya.

Seperti contoh yang dilakukan oleh warga Belanda, mereka atas inisiatif sendiri membuat “Mini Bieb” berupa lemari buku yang dipajang di pinggir-pinggir jalan sehingga siapa pun dapat membaca atau meminjam buku yang ada.

“Bieb itu singkatan dari Bibliotheek yang artinya perpustakaan. Sejumlah buku yang ada di lemari tersebut berasal dari masyarakat umum, jenis bukunya pun bermacam-macam ada novel, komik, literatur, religie, filsafat, dan lain-lain, Bukunya bisa berganti-ganti,” terang Yan Suryoputri, kepada bernasnews, melalui whatsapp, Selasa (19/3/2024).

Penampakan “Mini Bieb” atau perpustakaan kecil di sebuah perumahan wilayah dekat Kota Arnhem, Belanda. (Foto: Kiriman Yan Suryoputri)

Lanjut Yan Suryoputri menjelaskan, bahwa pengisi almari merupakan inisiatif pribadi maupun dari kelompok-kelompok lingkungan. Buku-buku yang telah dibaca dan sudah tidak diperlukan lagi oleh pemiliknya maka inisiatif sendiri dimasukkan ke almari Mini Bieb.

“Uniknya siapa pun boleh pinjam untuk baca dibawa pulang. Setelah selesai baca buku yang dipinjam bisa dikembalikan di lemari Mini Bieb yang lain. Saya pernah ambil pinjam buku di Mini Bieb yang ada di Nijmegen, kemudian setelah usai baca saya masukkan di Mini Bieb, Desa Oosterbeek,” beber Yan Suryoputri.

Ibu asli Jogja yang telah puluhan tahun menetap di Belanda itu menambahkan, buku-buku yang ada di Mini Bieb bisa berganti-ganti dan berkelana dari Mini Bieb satu ke Mini Bieb yang lain. “Saya pernah baca buku, yang didalamnya ada lampiran kartu semacam data asal buku didapatkan. Dalam kartu itu telah tertera 6 asal Mini Bieb dan saya merupakan yang ke-tujuh dari Mini Bieb yang berbeda,” kata dia.

Mini Bieb selain untuk menambah ilmu juga punya fungsi sosial. Meskipun kita tidak kenal dengan orang yang berkunjung di Mini Bieb namun terkadang lantas ada interaksi dan diskusi kecil soal buku-buku yang pernah dibaca. Ini tentunya bisa diadopsi oleh warga Jogja yang notabene sebagai Kota Pelajar,” pungkas Yan Suryoputri. (ted)