bernasnews — Pelajaran Pendidikan Pancasila menjadi salah satu mata Pelajaran yang termasuk momok dan menakutkan bagi siswa seperti halnya mata pelajaran Matematika, yang penuh dengan angka serta hitung menghitung. Meskipun pelajaran Pendidikan Pancasila hanya berupa tekstual namun untuk memahami dan mengimplementasikan bagi siswa pendidikan dasar atau SD tentu cukup menyulitkan.
Adalah Meyla Dewi Azizah seorang mahasiswa PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negri Yogyakarta (UNY) menggagas permainan monopoli yang berisi materi-materi mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang dinamai Monesa (Monopoli Negaraku Indonesia).
Menurut Mela sapaan akrabnya, pembuatan Monesa sebagai upaya untuk menarik perhatian siswa agar mereka termotivasi karena media pembelajaran yang menyenangkan sehingga mereka mendapatkan pengetahuan sekaligus kesenangan.
“Inovasi permainan monopoli ini ditujukan untuk mengasah kerja sama antar siswa. Melalui media Monesa diharapkan siswa mendapatkan haknya untuk belajar sambil bermain dengan suasana yang menyenangkan sehingga pelajaran tidak lagi menjadi beban siswa,” kata Mela, dalam keterangan yang dikirim, Kamis (22/2/2023).
Penelitian dan pengembangan Monesa dilakukan di SD Negeri Kadireso, Pajangan, Kabupaten Bantul terhadap siswa kelas empat pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Ide membuat Monesa didapat saat Mela melakukan observasi di SD Negeri Kadireso Bantul, yang belum menemui media pembelajaran yang beragam.
“Saya melihat anak-anak sedang berolahraga dengan bermain catur secara bergiliran. Dari situlah saya menemukan ide untuk membuat media pembelajaran yang berbasis permainan” ujar alumni SMAN 3 Bantul tersebut,” ujar Mela.
Alumni SMAN 3 Bantul itu berpikir untuk membuat permainan monopoli dengan menggunakan meja catur. Kemudian setelah mencari referensi di internet akhirnya terciptalah media berbasis permainan yang berisikan kartu-kartu, pion, bintang dan papan Monesa. Media ini juga dapat diintegrasikan ke beberapa mata pelajaran.
Mela memaparkan, bahwa Monesa terdiri dari papan permainan dengan lebar 50cm x 50cm yang di dalamnya termuat 36 petak, yang terdiri dari 24 petak rumah adat, 4 petak kartu belajar, 4 petak kartu langkah, 1 petak garis start, 1 petak taman bernyanyi, 1 petak taman menari, 1 petak bebas parkir.
“Kartu langkah merupakan langkah peserta untuk menjalankan pionnya. Kartu belajar merupakan kartu yang berisi pertanyaan untuk pemain yang pionnya menetap di petak kartu belajar, ia harus mengambil kartu belajar dan menjawab pertanyaan,” terang Mela.
Sementara kartu tantangan, berisikan pertanyaan yang harus dijawab untuk mendapatkan kartu hak milik dan skor. Kartu hak milik, berisikan jawaban dari kartu tantangan dan sebagai tanda jika petak tersebut sudah dimiliki. Pion merupakan benda kecil berbentuk orang-orangan yang menunjukan posisi pemain, dan bergerak sesuai angka dadu yang didapat oleh pemain.
“Bintang penghargaan adalah simbol skor yang diperoleh siswa. Kotak penghargaan merupakan balok yang bagian penutupnya diberi stiker. Juga terdapat tas penyimpanan Monesa dan buku panduan berisi panduan-panduan bermain monesa,” beber Mela.
Dikatakan, penelitian ini mendapatkan hasil yang memuaskan. Hasil penelitian kepada guru pun menyatakan bahwasanya media ini sangat praktis, bermanfaat untuk siswa, menarik perhatian siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa. Sedangkan hasil dari siswa menunjukan bahwa permainan ini sangat baik dan layak, serta dapat melibatkan seluruh siswa secara bergantian dan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk aktif berkomunikasi, interaksi, dan berkolaborasi dalam pembelajaran.
Mela juga berharap kepada seluruh calon guru agar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didiknya. “Kita sebagai seorang calon guru harus bisa memenuhi kebutuhan setiap peserta didik, seperti halnya peserta didik yang suka bermain kita dapat menciptakan pembelajaran yang berbasis permainan dalam pembuatan media ajar, peserta didik yang suka membaca bisa diberikan sumber bacaan, peserta didik yang suka dengan menonton bisa diputarkan video,” ungkap dia. (*/ ted)