bernasnews – Perkembangan teknologi yang begitu pesat seharusnya membawa dampak positif bagi berbagai sektor termasuk para pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) jika dimanfaatkan dengan baik.
Namun sayangnya, sebagian besar UMK termasuk di Yogyakarta belum memanfaatkan teknologi digital tersebut. Padahal pasar akan terbuka luas apabila mulai melirik platform online yang memberikan kemudahan dalam menjual produk unggulannya bahkan mampu menggaet pasar yang lebih luas lagi hingga ke luar negeri.
Kondisi itu terungkap dalam Talk Show Diskusi Publik bertajuk ”Membangun Kemampuan Digital UMK Yang Berdaya Saing dan Inlusif di Yogyakarta” yang digelar di kampus FBE Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Rabu (31/1/2024).
Kepala Bidang Layanan Bidang Kewirausahaan Dinas Koperasi dan UKM DIY, Wisnu Hermawan mengatakan Pemerintah menarget mencetak satu juta wirausaha pada 2024. Sedangkan di Jogja saat ini juga dibidik untuk melahirkan 10 ribu wirausaha baru setiap tahunnya.
Tidak sekedar menelorkan wirausaha baru semata, pelaku usaha di DIY harus melek digital agar naik kelas dengan kolaborasi semua pihak.
“Dengan kemampuan berwirausaha, pelaku UMKM mempunyai keberanian mengambil secara cepat. Juga berani mengambil resiko, sehingga, mereka juga relarif cepat dalam adaptasi teknologi digital,” ujar Wisnu, Rabu (31/1/2024).
Menurut dia, seluruh pelaku UMKM DIY yang telah bergabung dalam Si Bakul Jogja otomatis dinyatakan telah melek digital berdasarkan logika pemerintah. Namun dari 345 ribu UMKM DIY, baru sepertiga dari jumlah tersebut melek digital.
Oleh karena itu, ia pun mendorong agar para pelaku usaha itu bisa memanfaatkan digitalisasi dengan baik untuk meningkatkan perekonomian nya.
“Dengan tingkat Kewirausahaan yang semakin tinggi dimungkinkan roda perekonomian dapat bergerak lebih cepat,” kata dia.
Sementara Prof Djoko Budiyanto dalam paparannya mengungkap rendahnya pemanfaatkan teknologi digital itu dikarenakan sebagian dari mereka masih lebih nyaman bertransaksi offline. Selain itu, tidak merasa tertarik dan kurangnya pengetahuan mengenai bisnis online.
”Kurangnya pengetahuan menjadi alasan terbesar yang menghambat pengembangan usaha melalui online. Inilah yang menjadi tantangan besar digitalisasi ekonomi,” tutur Djoko.
Hal senada juga diungkap oleh Peneliti Centre For Startegic and International Studies (CSIS), Adinova Fauri MSc. Berdasarkan hasil penelitian Yogyakarta termasuk dalam kategori yang masih minim melek teknologi.
Adinova menyebut para pelaku UMK yang belum memanfaatkan penjualan online itu rata-rata karena merasa cukup dengan transaksi offline. Selain itu ada pula yang belum mengetahui secara detail bagaimana memulai bertransaksi secara online di berbagai platform yang tersedia banyak saat ini.
”Kami melakukan penelian karena masih rendahnya pelaku UMK yang memanfaatkan platform digital. Tak hanya itu, ketrampilan digital mereka juga kurang sehingga sedikit yang memanfaatkan teknologi digital,” ujar peneliti Centre For Startegic and International Studies (CSIS), Adinova Fauri MSc.
Ia menyebut ada 4 pilar utama yang harus mulai diberi perhatian yaitu infrastruktur, institusi, sumber daya dan motivasi. Keempat pilar ini sangatlah penting agar kewirausahaan bisa maju dan terus bertumbuh.
“Contohnya pilar institusi dari pusat hingga daerah harus berkolaborasi dan berjalan bersama -sama. Jika ini tidak tercapai maka akan sulit UMKM kita bisa berkembang. Selain itu, sudah banyak program pelatihan namun yang ingin ditekankan adalah bagaimana potensi dan kolaborasi karena tujuan sama ingin mengembangkan UMKM,” ungkap dia.
Berangkat dari kondisi tersebut, Senior Lead Public Affairs Tokopedia Aditia Grasio Nelwan mengatakan pihaknya bakal rutin memberikan pelatihan ke berbagai daerah untuk membantu UMKM melek digital.
Program tersebut bernama Kelas Maju Digital yang spesifik memberikan pelatihan dan pembekalan kepada pemilik usaha di daerah untuk belajar penggunaan Tokopedia berikut penjualannya
“Turunnya kelas Maju Digital ada kelas Perempuan Maju Digital yang diperuntukkan bagi ibu-ibu rumah tangga yang mau skill up supaya menjadi pemilik usaha berskala nasional. Kita ada program Beli Lokal dengan tujuan masyarakat di daerah itu beli diutamakan dari sekitarnya. Kalau bisa pencarian dari Yogyakarta maka penjualnya dari Yogyakarta. Kita ingin supaya terjadi pemerataan ekonomi secara digital,” pungkasnya. (lan)