bernasnews — Permasalahan sampah di Jogja yang semakin bertambah dan tidak terkendali disebabkan oleh berbagai permasalahan dan hambatan dalam pengelolaanya. Diantara permasalahan tersebut, yaitu masalah pelaporan data timbulan sampah yang tidak akurat. Data sampah di Jogja menjadi salah satu persoalan utama dalam pengelolaan sampah karena data yang dipublikasikan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
Permasalahan selanjutnya adalah terkait penetapan biaya retribusi sampah yang tidak transparan serta bersifat tetap dan merata. Hal ini menyebabkan munculnya permasalahan pungutan liar dan kecurangan dalam pengelolaan dana retribusi sampah. Disisi lain, modal biaya pengolahan sampah dari pemasukan berupa biaya retribusi sampah yang general, tidak sesuai dengan fluktuasi beban biaya pengelolaan sampah yang ditangani, sehingga menyebabkan banyak tempat pengelola sampah yang merugi dan berhenti beroperasi.
Berdasarkan hal tersebut, sekelompok mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menghadirkan ABSIS sebuah sistem pengelolaan sampah berupa timbangan digital yang terhubung secara langsung dengan sistem pendataan berupa website. Mereka adalah Masruuroh Lissada dan Diva Harsanti Evana (Teknik Lingkungan), serta Fierel Arga Perdana dan Reyhan Hilmi Arsyad (Teknik Mesin). Dosen pembimbing Dr. Hijrah Purnama Putra, S.T., M.Eng.
“Sistem ini akan merekam berat timbulan sampah langsung dari sumber secara aktual dan akurat dari hasil penimbangan dengan cara yang efisien. Selain itu, timbangan juga akan memberikan kemudahan dalam menetapkan biaya retribusi sampah yang adil dan transparan sesuai dengan jumlah sampah yang dihasilkan,” papar Masruuroh Lissada, selaku Ketua Tim.
Data timbulan sampah akan terpublikasi pada website ABSIS, dimana data tersebut dapat diakses oleh umum. Pengelola sampah maupun nasabah yang dilayani dapat mengakses website ABSIS menggunakan akun pribadi yang terdaftar untuk melihat riwayat jumlah timbulan sampah yang dilayani atau dihasilkan dan jumlah tagihan retribusi sampahnya. “Sasaran penggunaan timbangan ABSIS adalah TPS3R maupun tempat pengelolaan sampah yang secara langsung mengelola sampah di masyarakat,” tandasnya.
Adapun mekanisme kerja produk ABSIS yaitu, 1) Pengangkut sampah, terlebih dahulu menimbang sampah menggunakan timbangan ABSIS sebelum sampah diangkut ke motor/truk pengangkut. 2) Selanjutnya, dilakukan proses scanning barcode sehingga data sampah yang masuk ke database sesuai dengan id nasabah/penyetor sampah. 3) Selanjutnya, data berat sampah dan akumulasi biaya retribusi akan ditampilkan di LCD timbangan dan akan terkirim otomatis ke website ABSIS. 4) Data hasil penimbangan dapat diakses oleh penyetor sampah maupun pengangkut sampah untuk melihat track record timbulan sampah serta tagihan biaya retribusinya. 5) Adapun data akumulasi timbulan sampah per daerah, dapat diakses secara umum dan ter-update secara realtime.
Lanjut Lissada menjelaskan, hadirnya sistem ABSIS menjadi salahsatu solusi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Jogja, bahkan Indonesia dengan sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif. Melalui digitalisasi data sampah, sistem ini diharapkan mampu menghasilkan data sampah yang terintegrasi, akurat, dan transparan yang akan memberikan kemudahan pemerintah dalam menerapkan arah kebijakan dan merencanakan fasilitas pengelolaan sampah yang optimal.
“Serta yang utama, menggunakan sistem ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi masyarakat/ penghasil sampah untuk lebih bijak mengurangi serta mengelola sampahnya secara mandiri,” ungkapnya. (*/ nun)