bernasnews – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk kedua kalinya menggelar Festival Panji Internasional bertajuk ASEAN Panji Festival. Festival ini bekerja sama dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, sekaligus melibatkan berbagai komunitas budaya yang ada di setiap daerah termasuk Universitas Gadjah Mada (UGM) yang turut andil sebagai penyelenggara seminar internasional.
Dosen Program Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana UGM yang juga pembicara di seminar internasional, Dr. Gr. Lono. L Simpatupang, M.A mengatakan kegiatan ini memiliki tujuan untuk mempromosikan warisan budaya Panji (Inao) yang penetapannya oleh UNESCO sebagai Memory of the World pada tahun 2017 diusulkan bersama oleh Indonesia, Myanmar, Inggris dan Belanda.
Budaya ini, lanjutnya, harus dikenalkan kepada khalayak utamanya generasi muda.
“Bagaimana Panji yang sudah ditetapkan sebagai memory of the world itu bisa tetap dipelihara. Jadi dicari upaya upaya untuk melihat, belajar dari bentuk bentuk yang sudah ada, pelaksanaan nya macam apa baik itu di Indonesia, Thailand, Myanmar, Singapura dan lainnya untuk dipahami bersama bagaimana Panji itu bisa terus hidup. Sebab kita tau bahwa sesuatu itu terus hidup itu mengalami perubahan. Kalau itu tetap mungkin ada hal-hal yang tidak relevan dengan hal sekarang,” kata pembicara di seminar internasional, Dr. Gr. Lono. L Simpatupang, M.A, Jumat (12/10/2023).
Lono menyoroti bagaimana mengadaptasi cerita Panji yang telah ada sejak 1400 M atau di masa Majapahit itu supaya lebih menarik generasi masa kini. Menurutnya harus dipikirkan bagaimana cara untuk terus melestarikan sastra dan budaya Panji yang memiliki nilai budaya tinggi agar tetap diminati dari generasi ke generasi berikutnya.
Apalagi Panji telah memiliki dampak yang besar bagi negara-negara ASEAN lainnya. Saat ini banyak versi dan kisah yang berbeda sehingga berkontribusi pada keragaman dan potensi budaya Panji.
“Ini menunjukkan manfaat pada culture diplomasi, menunjukkan bahwa kita ini berbagi unsur unsur kebudayaan yang sama, tidak peduli itu negara Asean yang mana. Culture itu bukan sesuatu yang sekedar bisa kita mengerti dan pahami seperti properti sekarang ini. Culture itu sesuatu yang kita bagikan bersama sehingga kita bisa berkolaborasi bersama,” jelasnya.
Salah satu pembicara asal Thailand, Dr. Thaneerat Jatuthasri turut menceritakan kisah Panji atau dikenal Inao yang berkembang di negaranya. Menurutnya, cerita Inao memiliki perbedaan yang cukup detail jika dibandingkan dengan Panji di Indonesia.
Kendati begitu, Inao di kalangan masyarakat Thailand juga cukup populer dimana kisah yang dihadirkan juga memperlihatkan sosok Panji yang kharismatik itu.
“Inao sudah terkenal dari jaman dulu. Simbol Inao masih terpelihara dengan baik. Banyak orang mengetahui dan mewariskan ilmunya,” kata Salah satu pembicara asal Thailand, Dr. Thaneerat Jatuthasri.
Hampir sama dengan Indonesia, pengembangan Inao disana dikatakan Thaneerat diwujudkan dalam bentuk tarian serta seni pertunjukan.
Dirinya pun berharap, seminar internasional yang diikuti oleh ratusan peserta itu dapat melestarikan serta memperkuat lagi sastra dan budaya Panji yang ternyata tidak hanya menyebar di Nusantara, tetapi juga di negara-negara ASEAN.
“Drama tari bentuk pertama Inao di Thailand adalah tari. Kehidupan Inao dimulai di Istana Kerajaan Kebudayaan Inao kemudian berkembang menjadi pemikiran klasik, sastra, dan seni lukis,” imbuh dia.
Saat dijumpai terpisah, salah satu peserta, Topan Bagus Permadi menyampaikan sangat tertarik mengikuti seminar internasional yang membahas soal cerita Panji dari berbagai negara itu.
Selain memiliki kepentingan untuk penelitiannya lebih lanjut, Topan mengaku ingin mengetahui bagaimana adaptasi Panji sehingga bisa sepopuler itu di Kawasan ASEAN.
“Kalau di ranah ASEAN menjadi semacam media untuk bernegosiasi dan saya juga melihat cerita Panji ini tidak hanya berhenti pada aspek tekstual saja tapi dia juga melebur pada siklus kehidupan disitu. Jadi ruang tentang tempat, dia bisa dibawa di berbagai tempat dan saya melihat untuk bisa dijadikan negosiasi untuk berkolaborasi disitu,” pungkas Topan. (lan)