Dalam Pengelolaan Sampah, Negara Belanda Sedang Galakkan Program ‘Statie Geld’

Penampakan mesin penukaran kemasan/ botol minuman di sebuah supermarket di Belanda. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Persoalan pembuangan sampah setidaknya ada angin segar dimana Pemerintah Kota Yogyakarta telah berupaya menggandeng investor dari untuk mengelola sampah yang dihadapi. Pengelolaan sampah yang dilakukan nantinya mengusung teknologi dari Korea, teknologi berupa proses pembakaran dengan H2O dengan suhu tinggi ini mampu mengolah sampah 60 ton per hari.

Menilik pengelolaan sampah yang dibutuhkan sejatinya adanya sinergitas dan kolaborasi oleh semua pihak, antara pemerintah, masyarakat, dan produsen, utamanya barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods). Masyarakat lebih pada peri laku hidup bersih dan sehat serta mindset bahwa sampah rumah tangga yang dihasilkan musti harus dilakukan pemilahan sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Sementara, pemerintah kota sendiri selain soal kebijakan, regulasi, juga selalu memasukan persoalan sampah dalam setiap agenda kerja. Pemerintah lah yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk tempat pembuangan sampah. Juga menggali inovasi-inovasi pembaharuan dalam pengelolaan sampah, yang kesemuanya pendanaannya dari pajak.

Seorang pembaca sebut saja namanya Yan Suryoputri dari negara Belanda, memaparkan pengeloaan sampah di negara di mana ia telah puluhan tahun tinggal. Ibu kelahiran Jogja ini menjelaskan, bahwa mekanisme urusan sampah dan limbah telah berjalan baik selama berabad-abad di Belanda.

Tempat pembuangan baterai bekas yang disediakan oleh Supermarket di Belanda. (Foto: Istimewa)

Menurut Yan Suryoputri, namun dalam pengelolaan sampah selalu ada inovasi pembaharuan yang kesemuanya selalu masuk dalam agenda pemerintahan lokal. Sedangkan pendanaannya berasal dari pajak daerah yang dikenakan pada penduduk berdasar rasio harga rumah. “Apabila bertempat tinggal di sebuah villa mewah pajaknya tentu lebih mahal dibanding dengan tinggal di rumah sewa,” ungkap dia, kepada redaksi bernasnews, beberapa waktu lalu.

Lanjut Yan Suryoputri menceritakan, bahwa kotamadya jugalah yang menyediakan depo-depo pembuangan sampah bahan gelas untuk didaur ulang (recycle), serta depo-depo sampah tekstil yang lokasinya di sekitar supermarket. “Siapapun bisa membuang di situ. Kemudian, tiap supermarket juga harus punya tempat penampungan baterai-baterai yang mati karena limbah baterai harus diproses, tidak boleh dibuang sembarangan,” terang dia.

Dikatakan, sekarang yang sedang digalakkan adalah program ‘Statie Geld’ (uang jaminan), pada botol-botol plastik minuman ataupun kaleng-kaleng minuman. Setiap konsumen membeli produk yang ditentukan itu yang berarti konsumen juga membeli kemasannya dengan nilai tertentu. Kemasan yang telah kosong dapat dikumpulkan yang kemudian ditukarkan menjadi uang.

“Caranya adalah bawa kemasan kosong itu ke supermarket yang telah menyediakan mesin penukar. Masukan satu persatu kemasan kosong pada mesin otomat, yang nanti akan keluar tercetak nota yang bisa ditukarkan uang ke kassa setempat. Jadi sekarang orang tidak selalu membuang botol atau kaleng minumannya,” ujar Yan Suryoputri. (ted)