Opini  

Sukses Perlu Perjuangan dan Komitmen

Drs Z. Bambang Darmadi, M.M, Instruktur Bersertifikasi BNSP dan Penulis Buku. (Foto: Dok. Pribadi)

bernasnews — Siapa yang tidak akan menyesal apabila suatu rencana atau cita-cita gagal diraih, tentu siapa pun akan menyesal, namun terkadang ada yang masih semangat untuk bangkit kembali karena adanya pernyataan begini, “Jangan tangisi dan sesali bila suatu kegagalan menimpa diri anda, akan tetapi berusahalah untuk tersenyum dan bersyukur atas peristiwa tersebut,”. Ungkapan tersebut tampaknya enak untuk didengar, akan tetapi tidak mudah untuk membangkitkan kembali, sehingga ada sebuah penyataan “Kegagalan merupakan proses menuju kesuksesan” yang perlu diperjuangkan dengan penuh tanggung jawab.

Kita memiliki suatu rencana sah-sah saja, asalkan rencana tersebut cukup realistis. Lalu bagaimana agar rencana dan realitanya tidak terlalu jauh berbeda? Tentu ada strateginya. Suatu mimpi yang indah tidak pernah terbayangkan bahwa dalam dunia senyatanya atau riel selalu dihadapkan pada suatu hambatan. Padahal hambatan tersebut sangat erat terkait dengan perencanaan yang dibuat. Salah satu hambatan yang ada karena tidak sedikit orang yang cepat puas diri, kurang kuat (Jawa: tangguh) dan kurang kreatif dalam menghadapi segala hambatan.

Padahal dalam pengambilan kebijakan pada organisasi-perusahaan, aspek kreatifvitas merupakan bagian yang melekat dalam setiap pengambilan keputusan. Lebih-lebih jika keputusan yang akan ditetapkan menyangkut problem yang kompleks dan rumit, maka penentuan unsur kreatif menjadi hal yang dominan. Sebab dalam kondisi yang demikian pengambil kebijakan dituntut untuk bertindak cepat dan tepat. Artinya, kita tidak boleh menunggu bola datang, akan tetapi bagaimana kita dapat mengambil bola tersebut dan memainkannya dengan indah dan cerdik, dan akhirnya mampu memasukkan bolanya dalam gawang untuk membuahkan gol.

Sebagai contoh kita dapat melihat sosok sang pahlawan mitologi bernama Aenas, bagaimana ia berani mengambil sikap atau keputusan secara kreatif dan adil.  Ada empat pemanah diminta untuk memanah burung merpati yang ditambatkan di pucuk tiang, dari empat pemanah tersebut hasilnya demikian: Pemanah pertama, ia tidak berusaha memanah merpati, tetapi membidik dan mengenai tiangnya. Pemanah kedua, ia mencoba memanah merpati, tetapi anak panahnya mengenai tambatnya. Pemanah ketiga, ia memanah dan anak panahnya mengenai merpati pada saat merpati itu melesat terbang. Pemanah ke-empat, ia melepaskan anak panahnya ke atas, di mana anak panah tersebut tiba-tiba menjadi kobaran api dan menghilang bersama burung merpati

Dari hasil panahan ke empat pemanah, Keputusan atau penilaian Aenas pada keempat pemanah tersebut adalah sebagai berikut: Bahwa hadiah ke-4 diberikan pada pemanah kedua, alasannya karena pemanah kedua diibaratkan bagaikan pemimpin yang mempunyai pencapaian di luar kemampuannya, dan mencoba untuk menunjukkan kepandaiannya, akan tetapi justru tidak mencapai sasaran. Hadiah ke-3 diberikan pada pemanah pertama, alasannya karena mereka mengetahui batas-batas kemampuannya dan bekerja dalam batasan itu. Hadiah ke-2 diberikan pada pemanah ketiga, alasannya karena mereka berhasil mencapai apa yang menjadi tujuannya.

Dari semua prestasi yang telah diraih oleh pemanah pertama, kedua dan pemanah ketiga, tenyata Aenas paling kagum terhadap pemanah yang anak panahnya membelah langit, yaitu pemanah yang ke-empat. Mengapa? Karena dia mengetahui bagaimana melakukan lebih dari sekedar membidik target (asaran), akan tetapi dia mengetahui bagaimana cara menunjukkan tugas dan pekerjaan secara kreatif. Maka layak dia memperoleh hadiah pertama. Sehingga banyak kegagalan manusia, dikarenakan kita kurang mampu menangkap persepsi dari esensi kehidupan.

Oleh karena segala aspek hidup dan kehidupan yang tidak produktif selayaknya telah ditinggalkan, dan diera yang penuh persaingan ketat seperti saat ini menuntut kita semua harus memiliki orientasi kerja secara kreatif, inovati dan produktif serta mampu bekerja  secara cerdas. Artinya, dengan hanya berbekal memiliki kecerdasan intelektual saja saat ini belumlah cukup tanpa dilengkapi dengan memiliki kecerdasan lain, yakni secara emosional dan kecerdasan bertahan serta kecerdasan secara spiritual.

Dengan demikian tersedianya konsep kreatif dan inovatif, pada suatu organisasi-perusahaan apapun,  belum tentu mampu untuk  berkembang secara pesat walaupun telah tersedia dua E, yakni: Employee dan Executive,   jika tidak dilengkapi dengan  E yang ketiga,  yakni Entrepreneurship (A.J.Ferreria). Oleh karenanya orang yang sukses (berhasil) tidak pernah menyerah (winners never quit) dan tetap berjuang dan komitmen dan rencananya, namun orang yang menyerah tidak pernah sukses  atau berhasil (quiters never win). (Z. Bambang Darmadi, Trainer and Business Practice)