bernasnews — Paguyuban penghobi keris (tosanaji) Pametriwiji didukung oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menggelar Pameran, Bursa, Saresehan dan Workshop Tosan aji, bertempat di Grha Keris Yogyakarta, Jalan Gamelan, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Yogyakarta, pada tanggal 20 -23 Juli 2023.
Kegiatan ini merupakan upaya dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY berupa pengembangan dan pemeliharaan Warisan Budaya Takbenda Keris, serta menghidupkan Grha Keris, dimana akan menjadi ruang bersama 21 Paguyuban/ Komunitas Tosan Aji, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rangkaian Kegiatan Bulan Suro 1957 Jumawal, yang digelar oleh Pametriwiji dan Dinas Kebudayaan DIY ini mengambil tema ‘Amarsudi Memetri Wesi Aji Amrih Lestari Budaya Linuri’, terbagi dalam empat kegiatan yakni Pameran dan Bursa, Saresehan Perwatan Tosan Aji Gagarak Yogyakarta (Boedhi Aditya) dan Hajad Dalem Siraman Pusaka Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat (KRT. Kusumonegoro), Sabtu, 22 Juli 2023, Jam 19:30 WIB, Work Shop Demo Jamasan (KRT. Purwosemantri & Tim), Minggu 23 Juli 2023, Jam 20:00 WIB.
Wahyu mewakili Pametriwiji selaku penyelengara dimana para pemimpin tidak dapat hadir menyampaikan apresiasi kepada para peserta dan tamu yang hadir. Ia juga mengemukakan, bahwa kegiatan dengan tema ‘Amarsudi Memetri Wesi Aji Amrih Lestari Budaya Linuri’, inti maknanya adalah berupaya dan belajar merawat tosan aji yang merupakan warisan budaya leluhur agar tetap lestari.
“Kegiatan ini tidak hanya merawat benda tapi juga takbenda, yang sudah diakui UNESCO. Kita percaya bahwa melestarikan budaya itu tidak hanya bisa dilakukan oleh satu pihaknya saja tapi semua stekholder harus saling bersenergi. Jadi tidak ada satu pemangku kepentingan yang merupakan satusatunya yang bisa melestarikan osan aji,” ujar Wahyu.
Dikatakan, dari para pejabat, dinas khususnya, paguyuban, pembuat wrangka, deder, pendok, keris, dan sebagainya. Selama kita bersama-sama punya komitmen untuk mejalankan proses serta niat yang baik untuk melestarikan saya rasa kebersamaa itu akan membawa spirit budaya itu akan tetap lestari. “Semua pihak diharapkan untuk bersama-sama melestarikan budaya dan kegiatan ini melibatkan semua pihak tidak hanya dari dinas, komunitas, namun juga dari pemerhati-pemerhati tosan aji, dengan kebersamaan tentu akan terwujud dalam pelestarian budaya,” kata Wahyu, berharap.
Dalam kesempatan tersebut, Abah Ali selaku Ketua Sekber Komunitas Tosan Aji menyampaikan apresiasi atas dukungan kegiatan dari Dinas Kebudayaan DIY, serta terima kasih pada beberapa perwakilan dari paguyuban pecinta keris yang telah hadir. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Paguyuban Pametriwiji adalah bagian dari program Dinas Kebudayaan DIY dan kegiatan ini merupakan kegiatan yang kali ketiganya.
“Tentunya sebagai program yang telah disiapkan oleh dinas akan berlanjut sampai bulan Oktober dan puncaknya pada November 2023 nanti. Maka dalam bulan Juli ini, Pametriwiji mendapatkan waktu untuk melaksanakan kegiatan di sini,” ucap dia.
Lanjut Abah Ali menjelaskan, tema yang pantas diangkat oleh Pametriwiji sebagai paguyuban atau komunitas pandemen tosan aji yang tertua, yang didirikan pada tanggal 17 April 1983. Saya ini pernah menjadi bagian dari Pametriwiji tahun 1987, sudah sepantasnya kalau pada hari ini pameran Pametriwiji kita apresiasi bahkan mendapatkan satu tempat yang baik di hati masyarakat.
“Maka kalau hari ini perwakilan dari Kementrian dari pusat Jakarta hadir tepat sekali. Pasalnya Pametriwiji merupakan paguyuban komunitas tosanaji atau keris yang paling tua di Jogja, rata-rata insan perkerisan dari Pametriwiji. Saya berharap dari teman-teman komunitas bagian dari Sekber juga dapat memberikan apresiasi berupa wacana, leterasi tentang keris sebagai warisan takbenda,” tandasnya.
Jumlah tosanaji yang dipamerkan dalam gelaran ini lebih dari 30 buah, yang diantaranya berupa keris, tombak, pedang, dan wedhung. Bukan berasal dari Jawa Tengah saja namun juga dari Cirebon, luar Jawa, seperti Bali dan Sumatera. Jadi kami ingin mengedukasi bahwa keris atau tosanaji itu tidak hanya berasal dari Jawa saja.
“Untuk zamannya (pembuatan) bermacam-macam, ada era baru yang dinamakan kamardikan, era nom-noman zaman Paku Buwono dan Hamengku Buwono, zaman menengah, serta era sepuh-sepuh seperti zaman Pejajaran, Majapahit. Kita berharap semua tangguh (model) bisa terwakili dalam pameran ini,” imbuh Wahyu, selaku panitia penyelenggara, kepada bernasnews, di sela-sela kegiatan. (ted)