bernasnews — Gula Jawa atau juga ada yang menyebut gula merah merupakan produk yang akrab dalam keseharian masyarakat. Gula Jawa dibuat berbahan dasar air nira (legen) yang didapat dari air semacam getah tandan bunga pohon kelapa.
Gula Jawa menjadi salah satu andalan Desa Gedong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang lantaran potensi alamnya yang masih banyak tumbuh pohon kelapa di sini. Hanya sayang karena tidak adanya inovasi dalam produksinya sehingga kebanyakan pengrajin hanya sebatas menjadi pengolah dan pengepul, yang kemudian dijual kepada pedagang.
Hal inilah yang menjadi perhatian mahasiswa KKN UNY di Desa Gedong, yang membantu mengolah gula Jawa menjadi gula semut. Gula semut adalah gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai Gula Kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yang bersarang di tanah.
Mahasiswa KKN UNY tersebut adalah Diah Widiastutik prodi Pendidikan Kriya, Dimas Cahya Andriantopo prodi Manajemen, Mariyani Ulfah prodi Pendidikan Tata Busana, Lia Nur Jannah prodi PGSD, Lilis Fitri Anggraeni prodi Pendidikan Bahasa Perancis, Dennise Indrya prodi Pendidikan IPA, Haitsam prodi Teknik Informatika, dan Said Abdurrahman prodi Pendidikan Geografi.
Ketua Kelompok KKN UNY Desa Gedong Diah Widiastutik menjelaskan, bahwa mereka membuat gula semut sebagai salah satu sarana mem-branding Desa Gedong sebagai produsen gula yang sehat. “Harapannya gula semut ini dapat masuk atau dijual melalu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),” terang dia.
Lurah Desa Gedong Rustriningsih mengatakan, bahwa permasalahan produsen/ pelaku usaha gula Jawa ialah tidak bisa mengatasi naik turunnya harga gula Jawa. Sehingga hal itu juga berpengaruh pada perekonomian para pelaku usaha gula Jawa.
Sementara Sudrajat salah satu produsen gula Jawa memaparkan, banyak produsen gula Jawa masih belum bisa dalam menginovasikan produk dikarenakan beberapa factor, yaitu tidak ada sumber daya manusia yang bisa mengolah gula Jawa menjadi produk olahan yang lain serta kurangnya relasi dalam pemasaran karena sudah terbiasa gula jawa dijual ke pengepul.
“Ketidakstabilan harga di pasaran dan kurangnya inovasi produk menjadi permasalahan bagi pelaku usaha gula Jawa di Desa Gedong,” ungkap Sudrajat.
Pembuatan gula semut bisa dikatakan cukup mudah, diawali dari pengambilan air nira dari pohon kelapa secara berkala supaya menghasilkan air nira kelapa murni yang segar. Siapkan alat seperti tungku, kayu bakar, dan wajan.
“Proses perebusan air nira hingga air berubah warna dan mengental. Untuk proses ini diperlukan api dalam kondisi stabil untuk meminimalisir kegagalan dalam proses produksi. Proses pengadukan dilakukan ketika air nira sudah mulai mengental dan berkurang kapasitas airnya, lalu turunkan wajan dari tungku dan masih dilanjutkan proses pengadukan,” beber Dimas Cahya Andriantopo.
Dikatakan, proses pengadukan terus dilakukan sampai gula kental berubah menjadi gumpalan kering lalu gilas menggunakan batok kelapa hingga gula menjadi halus seperti bubuk kristal. Kemudian diayak menggunakan ayakan yang memiliki lubang sedikit rapat guna menghasilkan bubuk gula halus.
“Langkah terakhir yaitu pengemasan, dimana bubuk gula semut dimasukkan ke dalam kemasan pouch 250 gram yang sebelumnya sudah dibuat dengan desain sendiri. Kemudian di-pres menggunakan alat sealer press,” ujar Dimas Cahya Andriantopo.
Gula semut mengandung berbagai kandungan vitamin dan mineral lainnya seperti Thiamin (Vitamin B1), Riboflavin (Vitamin B2), Nicotinic Acid (Vitamin B3), Pyridoksin (Vitamin B6), Ascorbic Acid, Kalsium dan Niacin.
“Thiamin memperkuat sistem syaraf dan otot sedangkan riboflavin memperbaiki sistim kerja jaringan dan saluran pencernaan tubuh serta menghasilkan antibody,” terang Dennise Indrya.
Lanjut dia mengatakan, sesuai kandungan yang ada didalamnya, gula semut ini dapat mencegah rematik, flu dan ashma, mencegah kanker, menciptakan sistem imunitas, memperkokoh tulang dan sendi, melancarkan peredaran darah, dan membantu kesehatan kulit, sistem syaraf serta sistem pencernaan.
Sementara itu Mantan Lurah Gedong Sudaryanto mengapresiasi karya mahasiswa KKN UNY. Menurutnya, gula semut sebagai pemanis dalam teh lebih enak dan lebih manis jika dibandingkan dengan gula Jawa maupun gula pasir.
“Karena bubuknya mudah larut maka gula semut ini lebih efisien, bahkan jika dibandingkan dengan gula Jawa yang masih menyisakan gumpalan-gumpalan,” kata dia.
Sudaryanto juga berharap dengan adanya inovasi produk gula Jawa menjadi gula semut merupakan salah satu strategi awal guna meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam membangun perekonomian desa terutama di Desa Gedong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. (ted)