bernasnews.com — Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak atau 1000 hari Pertama Kelahiran. Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Oleh karena itu, Radio Sonora Network menggelar kegiatan Corporate Social Responsibilty (CSR) yang bertajuk ‘Sonora Peduli Stunting’. Kegiatan ini digelar dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke 50, secara serentak di 12 kota jaringan Sonora, salah satunya juga dilenggarakan oleh Sonora Yogyakarta.
“Kegiatan CSR yang dilakukan berupa pemberian edukasi kepada para calon pengantin mengenai pentingnya nutrisi untuk janin selama masa kehamilan triwulan pertama, pendistribusian nutrisi tambahan untuk ibu-ibu hamil dan menyusui serta makanan pendukung tumbuh kembang anak Balita,” terang Station Manager Sonora Yogyakartra Benni Listiyo kepada bernasnews.com, Senin (12/9/2022).
Mengutip laman kemkes.go.id, lanjut Benni, faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. “Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi hingga menderita anemia, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak,” ungkap dia.
Dikatakan, hasil Riskesdas 2018 menyebutkan kondisi konsumsi makanan ibu hamil dan balita tahun 2016-2017 menunjukkan di Indonesia 1 dari 5 ibu hamil kurang gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein, 7 dari 10 Balita kurang kalori, serta 5 dari 10 Balita kurang protein.
Terkait remaja putri, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) beberapa waktu lalu memaparkan, bahwa berdasarkan Survei Kementerian Kesehatan masih terdapat remaja putri usia 15-19 tahun dengan kondisi berisiko kurang energi kronik sebesar 36,3 persen, wanita usia subur 15-49 tahun dengan risiko kurang energi kronik masih 33,5 persen, dan mengalami anemia sebesar 37,1 persen.
“Mengingat kondisi tersebut, Radio Sonora Network menegaskan komitmennya untuk turut serta mendukung upaya penurunan angka stunting yang fokus pada 5 sasaran. Kelimanya masing-masing yaitu, calon pengantin (catin), ibu hamil, anak di bawah dua tahun (Baduta), anak di bawah lima tahun (Balita) dan Ibu pasca bersalin,” beber Benni.
Kegiatan CSR Sonora Peduli Stunting akan dilaksanakan serentak pada bulan September 2022 melalui kerjasama dengan beberapa pihak terkait, seperti Puskesmas, Posyandu, BKKBN dan Pemerintah Propinsi/Kota/Kabupaten setempat untuk menyalurkan nutrisi tambahan kepada ibu-ibu hamil dan menyusui serta anak-anak Balita (di bawah lima tahun).
Sementara dalam kesempatan tersebut, Direktur Radio Sonora Viliny Lesmana menyatakan, target pemerintah dalam menurunkan angka stunting pada tahun 2024, tidak bisa dilakukan sendirian.
“Perlu kerjasama dan partisipasi dari semua pihak, terutama media massa dan pihak swasta untuk mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024, mengingat saat ini angka stunting Indonesia masih tinggi yaitu 24,4 persen, ” ungkap Viliny. (ted)