BERNASNEWS.COM — Aku adalah Gabrielle Aubrey W dan biasa dipanggil Aubrey salah satu murid dari SMP Maria Medatrix, Semarang. Murid yang ceria namun lemah dengan mata pelajaran matematika. Mungkin bagi beberapa orang, matematika bukanlah hal yang sulit, tetapi itu kebalikannya untukku. Pengalaman ketika kelas 7, seminggu sebelum ujian matematika akan dilaksanakan. Tentu bukan hal yang mudah, tetapi kuputuskan untuk belajar lebih giat demi mencapai nilai yang maksimal, memuaskan, dan tentunya tuntas.
Mengapa begitu menginginkan nilai maksimal ataupun memuaskan? Bukannya cuma ulangan matematika biasa yang hanya perlu menghitung dengan teliti? Meskipun hanya sebatas matematika dari SD aku sudah tidak terbiasa mendapat nilai yang tinggi ataupun maksimal. Dibawah KKM, mata pelajaran yang paling rendah di rapor, tidak tinggi, hanya paling maksimal cuma 68. Karena sudah beranjak ke SMP, niat untuk menambahkan nilai tentu lebih tinggi dan penuh keyakinan akan keberhasilan.
Kupelajari semuanya seminggu sebelumnya, video materi kutonton dan kupahami konsep soalnya. Buku paket kupelajari, banyak latihan soal, membuka kembali buku tulis yang penuh dengan angka itu, dan masih banyak lagi. Rasa malas kulawan, rasa bosan kulawan. Hanya ada keyakinan dan semangat penuh dalam mempelajari soal-soal tersebut. Kukerjakan dengan penuh keyakinan, semangat pantang menyerah dan percaya bahwa jika aku berusaha lebih giat lagi hasilnya pasti akan lebih maksimal lagi.
Terkadang dalam proses suatu pembelajaran banyak hal bisa menjadi penghalang untuk fokus. Kadang rasa kekhawatiran yang sering berbisik bahwa “aku tidak akan pernah tuntas”, atau bisikan otak yang mengatakan “mau sekeras apapun kamu berusaha, hasilnya akan tetap sama, tidak akan lebih baik”. Yah begitulah hidup, penuh cobaan. Kalau tidak ada cobaan bukan hidup itu namanya, xi..xi.. .
Lanjut, kadang bisikan-bisikan kekhawatiran itu tidak kutanggapi, namun kadang hal itu membuatku mengingat kembali akan kenangan kekecewaan akan nilai yang tidak mudah untuk dihadapi. Sampai rasa untuk berhenti belajar pun pernah muncul di benakku saking kecewanya dengan nilai. Tapi ingatan itu tidak cukup kuat untuk melawan keyakinanku untuk belajar lebih giat ini. Kuputuskan untuk tetap belajar lagi seperti kata- kata dari Mario Teguh yang memotivasiku ini. “ Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan,” kata Mario Teguh.
Ketika mengerjakan tentu banyak soal yang tidak mudah dimengerti, susah, lupa rumus, dan membingungkan. Proses yang tidak mudah, butuh perjuangan lebih, demi nilai yang maksimal dan lebih baik lagi. Setelah banyak proses yang dilalui dengan penuh perjuangan. Hari Selasa, hari yang ditunggu-tunggu dengan rasa yang penuh deg-degan. Tentu suatu kerutinitasku sebelum memulai sesuatu kuawali doa dan syukur kepada Tuhan, memohon bantuan dan bimbingannya selama pengerjaan soal-soal nanti. Setelah selesai memohon bimbingannya, kubuka form ulangan matematika. Meski kutahu yang akan keluar ada 50 soal, begitu kulihat angka 50 soal di form pikiranku sudah mulai kemana-mana. Entah rasa gelisah kalau waktunya tidak cukup, takut tidak bisa mengerjakan dan akhirnya hasilnya jelek. Tapi mau bagaimana lagi sudah latihan giat ko takut lihat 50 soal.
Kukerjakan satu persatu, meski tidak mudah pasti kuhitung dengan teliti. Memang ada beberapa soal yang tidak kuketahui jawaban maupun caranya, meski sudah dicoba hitung beberapa kali. Pasti dong, dalam mengerjakan ujian ada beberapa soal yang tidak bisa di jawab, kadang susah, nggak tau rumusnya, lupa cara/ konsepnya. Bahkan hal yang sering kudapati ketika mengerjakan ada satu yang utama, yakni kurang teliti. Jawabannya sudah benar, hanya saja kurang teliti apa yang dimaksud dengan soalnya. Sekitar dua jam, namun berbeda dengan yang dulu. Ada keyakinan yang dalam, bahwa hasilnya pasti akan memuaskan.
Selesai mengecek, mengoreksi berkali- kalidengan teliti jawaban yang sudah dikerjakan, akhirnya sudah kuputuskan untuk mengirimkan hasilnya. Tidak lupa untuk berdoa pada Tuhan sebelum mengirim, supaya kiranya hasilnya bisa memuaskan, dan untuk soal yang tidak ku ketahui, aku berharap saja aka ada keajaiban dengan jawabannya. Ku pencet tombol submit dengan campuran 30 persen kurang yakin, khawatir dan 70 persen yakin. Setelah terkumpul rasanya lega banget kayak habis liburan setahun, nggak ada beban. Tinggal menunggu hasilnya satu minggu setelahnya.
Satu minggu telah berlalu, hari Senin kusapa lagi dengan penuh rasa ingin tahu dan yang paling utama yaitu degdegan banget. Apakah hasilnya tuntas? Atau tetap di bawah KKM? Di sinilah saat dimana keyakinan dan keraguan menjadi seimbang 50:50. Saat nilaiku ditunjukkan, kututup mataku terlebih dahulu walau penasaran karena degdegan yang menumpuk dalam pikiran. Dan setelah kutengok hasilnya adalah 88. Rasa senang yang tak bisa ditutupi ini kuluapkan dengan teriakan keras tanpa ragu.
Tidak menyangka dan terharu nilai matematika pertama yang tuntas. Lompat-lompat, seluruh ruangan terisi dengan teriakan kegembiraanku. Tak perlu kata-kata lagi, spechless dengan senyuman manis terletak di mukaku. Bersyukur kuhaturkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, atas rahmat dan berkat bimbingannya selama pengerjaan. (Gabrielle Aubrey Wikaningtyas, SMP Maria Mediatrix, Semarang)