BERNASNEWS.COM — Berbusana adat secara jangkep (lengkap) perlu kita kampanyekan, namun sebelumnya kita harus instropeksi apakah busana yang kita kenakan benar-benar sudah jangkep. Namung jangan lupa tidak hanya dari sisi busana saja, perlu perhatian juga soal makanan. Dari semua itu yang paling penting adalah kita punya tulisan atau huruf/ aksara Jawa.
Hal itu disampaikan oleh GKR Mangkubumi dalam acara Dialog bersama Perempuan Pelestari Budaya Nusantara, Minggu (14/11/2021) sore, di Ndalem Poenakawan, Jalan KHA. Dahlan, Kota Yogyakarta. Acara ini diikuti oleh 150 wanita dari perwakilan komunitas antara lain Komunitas Perempuan Berkebaya, Perempuan Bersanggul Nusantara, Pawon Jogan, Pecinta Budaya Busana Nusantara, dan Komunitas Kain Kebaya Indonesia.
“Banyak anak-anak yang suka dan lebih mengenal makanan dari luar daripada makanan yang merupakan kekayaan kita (Indonesia). Kekinian juga banyak yang pingin belajar tulisan Jepang, Korea dan sebagainya, tapi kita lupa bahwa kita juga memiliki kekayaan aksara dan bahasa,” tutur Gusti Mangkubumi.
Dikatakan, bahwa dari aksara itulah inti daripada budaya, dengan berjalannya waktu kita diingatkan kembali bahwa dari tulisan-tulisan itu dapat diketahui cikal bakal adanya bumi Nusantara ini. Jati diri kita ada dalam aksara itu, dan ini belum banyak yang paham,” papar putri pertama Sultan HB X itu.
Puncak dari acara tersebut adalah pembacaan deklarasi bersama pembentukan secara resmi Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Nusantara, yang pembacaannya diwakili oleh para ketua komunitas yang hadir. Juga permintaan kesediaan GKR Mangkubumi sebagai pengayom dan pembinan komunitas tersebut.
Perempuan Pelestari Budaya Nusantara mempunyai motto Asah Asih Asuh. Dan memiliki Visi, sebagai wadah kegiatan dan aktifitas bersama untuk menjaga, menjadi tauladan, memberikan edukasi, menjadi filter dan benteng, serta menumbuhkan kecintaan Budaya Nusantara, Keraifan Lokal dan Budi Pekerti Bangsa Indonesia.
Sementara Misinya adalah, menjaga dan melestarikan Budaya Nusantara, Menumbuhkan kecintaan terhadap budaya asli Nusantara, Menjadi contoh dan tauladan Berbudi Luhur, Terwujudnya masyarakat yang cerdas sosial, cerdas emosional, cerdas intelektual dan cerdas spiritual dalam berbudaya, Membangun nilai intergritas dan loyalitas terhadap budaya dan kearifan lokal sebagai identitas dan jati diri Bangsa Indonesia. (ted)