BERNASNEWS.COM – Guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan lembaga wisata, Dinas Pariwisata (Dinpar) Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan pendampingan bagi calon pelaku wisata desa. Kegiatan bertajuk Pendampingan SDM dan Lembaga Wisata Desa Mandiri Budaya di Aula Kalurahan Wedomartani dengan peserta sejumlah warga setempat yang berencana mengelola sejumlah destinasi wisata berbasis desa ini bekerjasama dengan Pemerintah Kalurahan Wedomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman. Kegiatan berlangsung mulai 11 hingga 15 Oktober 2021.
Kabid Pengembangan Kapasitas Pokdarwis Dinpar DIY Titik Sulistyani mengatakan perlunya kita menyiapkan SDM pengelola wisata dengan baik, terprogram dan terukur. Terlebih untuk mendukung kian bertumbuhnya sejumlah destinasi wisata di tiap desa.
“Kita berharap para pengelola desa wisata mampu mengembangkan potensi desanya untuk mendukung pariwisata tanpa meninggalkan budaya lokal yang ada. Tiap desa wisata harus mampu membingkai ciri khas yang dimiliki sehingga menarik minat wisatawan untuk datang,” kata dia.
Mengacu pada Peraturan Gubernur DIY No 40 tahun 2020 tentang Kelompok Sadar Wisata dan Desa/ Kampung Wisata, setiap kalurahan hanya boleh memiliki satu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pokdarwis ini yang akan mewadahi sejumlah desa wisata (deswita) yang ada di tiap kalurahan. “Jika di sebuah kalurahan sudah ada beberapa desa wisata, maka ya harus melebur jadi satu di bawah koordinasi dan manajemen Pokdarwis di tingkat kalurahan. Tentu ini butuh saling komunikasi,” terang Titik.
Saat ini, di Kalurahan Wedomartani sudah ada empat desa wisata yang bertumbuh, yakni Wisata Ledhok Blotan, Gebang Park, Umbul Pajangan di Padukuhan Saren dan Dewi Kalkun. Juga sejumlah tempat yang akan dijadikan destinasi baru, seperti Embung Watuanten, Pendopo Krapyak dan Kampung Batik.
Salah satu pengelola Gebang Park, Aswin mengatakan, di seputaran Candi Gebang saat ini sedang dikembangkan penangkaran burung Unta, Merak serta beberapa binatang dan tanaman impor lainnya, seperti pohon Tabebuya Jepang. “Di tempat kami sudah ada bangunan pra sejarah Candi Gebang. Ini kami lestsrikan dengan dukungan daya tarik lain. Misalnya nanti keliling candi dengan naik burung Unta,” terangnya.
Hal senada diuungkapkan pengelola Dewi Kalkun, Sempu, Dwi Yuda, yang menawarksn wisata edukasi dan konservasi di bantaran Kali Kuning, Sempu. “Kami ingin mengajak wisatawan kembali mengenal dan melihat langsung biota asli sungai juga tanaman lokal yang mungkin sudah mulai langka, misalnya pohon kepuh, gondang, wadang, aren, gayam dan sejumlah vegetasi yang berfungsi menyimpan air,” ujarnya.
Selama lima hari berturut-turut, para pengelola deswita Wedomartani tersebut mendapat materi dari akademisi dan praktisi pariwisata yang difasilitasi Dinpar DIY. Materi yang disampaikan diantaranya mengenal potensi wisata, manajemen desa wisata, analisa SWOT dan Digital Marketing. Harapannya pengelolaan deswita di tingkat kalurahan dengan dukungan manajemen yang baik, mampu menjadi jembatan peningkatan kesejahteraan bagi warganya. Tanpa meninggalkan tradisi lokal dan budaya setempat. (AG Irawan)