BERNASNEWS.COM — Rambut palsu atau juga sering disebut wig tentu sudah tidak asing bagi khalayak. Rambut palsu dibuat dari rambut sintetis ini berfungsi sebagai pengganti rambut asli untuk menunjang penampilan serta untuk estetika dan memberikan kesan cantik bagi pemakainya.
Memilih mengenakan rambut palsu atau wig sebagai pengganti rambut asli karena perawatannya yang lebih mudah dan murah. Juga tersedia aneka bentuk atau model, serta warna sehingga bagi pemakainya tidak perlu lagi untuk mengutak-atik rambutnya dan harus pergi ke salon kecantikan.
Namun di balik keindahan sebuah rambut palsu itu ternyata pembuatannya tidak semudah yang kita bayangkan karena memerlukan proses yang rumit dan memakan waktu yang cukup lama serta diperlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi saat membuatnya.
Seperti yang dilakukan oleh Sartini salah seorang pengrajin wig dari Dusun Tosari, Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo. Sosok ibu rumah tangga ini telah melakukan kegiatannya sebagai pengrajin wig sejak tahun 2007 hingga saat ini. Ia melakukan kegiatan membuat rambut palsu atau wig sekedar untuk mengisi waktu luang, sekaligus dijadikan sebagai sumber penghasilan ekonomi tambahan.
Dalam proses pembuatan wig, Sartini melakukannya dengan cara manual dengan tangan atau juga disebut songket. Alat yang digunakan pun sederhana, hanya menggunakan jarum untuk memasukkan rambut pada jaring rambut (net), serta pita pengukur untuk mengukur, gunting, dan meja kecil sebagai tumpuan. Sementara bahan baku utama dalam pembuatan wig yaitu, berupa satu lembar net yang menyerupai topi dan beberapa ikat rambut sintetis.
Saat ditanyai mengenai penghasilan perbulan sebagai pengrajin wig, Sartini mengungkapkan, bahwa penghasilannya perbulan tidak menentu. “Karena membuat wig ini hanya sebagai pengisi waktu luang di sela-sela kegiatannya sebagai ibu rumah tangga. Ketika pekerjaan membuat wig bisa maksimal saya bisa mendapatkan paling banyak Rp 1.500.000 dalam satu bulan,” terang Sartini kala ditemui di rumahnya, Kamis (30/9/2021).
Menurut Sartini, bahwa kemampuan setiap orang dalam membuat
wig berbeda, rekan kerjanya bahkan ada
yang bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 2.000.000 – Rp 2.500.000 dalam satu
bulannya.
Sementara untuk pengambilan bahan baku, Sartini mengambil dari pabrik kecil yang berada di Desel, Kalibawang yang merupakan anak cabang sebuah perusahaan besar yang berada di Wates, Kulon Progo, DIY. Setelah proses pembuatan wig selesai, Sartini akan menyetorkan kembali wig yang telah dikerjakan ke pabrik Desel.
“Kemudian dari pabrik Desel akan di setorkan kembali ke perusahaan besar yang ada di Wates untuk disalurkan ke pabrik pusat yang berada di Purbalingga, Jawa Tengah yang nantinya akan diekspor ke luar negeri, salah satunya Korea,” beber Sartini.
Sartini juga menambahkan, bahwa dirinya hanya membuat bagian-bagian tertentu yang disebut dengan bahan mentah. Jadi wig yang telah ia buat nantinya akan di-finishing di pabrik besar yang berada di Wates, Kulon Progo.
Begitu pula dengan penghasilan yang Sartini peroleh, murni berdasarkan seberapa banyak hasil pembuatannya karena pabrik Desel, Kalibawang menerapkan sistem pembayaran dengan konsep borongan, sangat beda dengan karyawan resmi yang kerja di perusahaan besar di Wates, yang menerapkan sistem UMR. (Luciani Berthin Aninda, Mahasiswa Public Relations ASMI Santa Maria Yogyakarta)